(Dinda II) Forever

1 komentar


Dinda, malam ini tak terkirakan indahnya perasaanku, wajahmu, senyummu, tubuhmu dan semuanya membuat perasaanku hanyut dalam birahi, kini aku tak ingin memikirkan yang lain lagi, hanya dirimu dindaku..........
Remang-remang nyala lampu dikamar kita, cicak-cicak saling mengintip, semut-semut pura-pura mencari gula padahal tahukah engkau dinda, sebenarnya mereka iri kepada kita, mereka ingin ,seperti kita, mereka ingin memadu cinta yang bergejolak panas, amat bergetar serasa jarum waktu berhenti berputar, sinar matamu tajam amat menyala indah menusuk-nusuk jantungku. engkaulah dinda bidadariku malam ini dan untuk selamanya, takkan aku sia-siakan pengorbananmu malam ini..

“kanda seperti takut akan sesuatu, apa yang sedang dipikirkan?” suaramu menyadarkan ku
Aku tersenyum, ah matanya! Mata hitam buah leci, apapula sebutannya yang pantas yang jelas indah sekali sepasang mata yang menatap manja ke arahku.

“tidak ada dinda, kanda hanya takut bila dinda meninggalkan kanda” jawabku dengan penuh perasaan mendalam, aku tersenyum bahagia
Jiwaku serasa terbang ketika tiba-tiba tangannya mengelus-elus leherku, apa yang sedang kau lakukan? Kubiarkan saja engkau memainkan tubuhku sesuka hatimu.

“tanganmu itu dinda lembut sekali........”lirihku
Mendengar itu kau malah iseng mencubit leherku, lalu tersenyum manja

“ich curang ah, dari tadi dinda terus yang.....”

“yang apa?”

“ich..” dengan genitnya kau sekali lagi mencubit leherku agak keras sekarang
Kurangkul badannya, kupeluk erat, tubuh bagian atasnya sudah terbuka, dua bukit kembar yang empuk dan hangat menekan dadaku, dan terasa indah dinda, rasakanlah cintaku dalam setiap detak jantung ini, sengaja engkau kupeluk supaya kau rasakan gejolak dalam dada ini
Kini sang bidadari dalam pelukanku, terasa gelombang-gelombang cinta menyatu, saling berinteraksi. Kulihat diluar hujan masih rintik-rintik dan sang rembulan tidak menampakan diri, mungkin dia malu menyaksikan kami berdua , cinta cinta dan cinta tak ada yang lebih dari cinta malam ini, biar saja tak ada sinar rembulan karena bagiku cahaya matamu sudah cukup terang dan mampu menyinari hatiku.

“kanda sayang.....” suara manja mu kembali menyadarkanku dari perasaan layaknya terbang

“apa dinda sayang?” sedikit ku renggangkan pelukanku dan kutatap matanya, oh wahai darahku serasa bergejolak ketika menatap wajah cantiknya yang sungguh menawan

“adinda sangat mencintai kakandaku sayang..” katanya tersenyum, kau lagi-lagi membuatku sangat tersanjung melebihi apapun

“kakanda juga sangat mencintai adindaku sayang” balasku denga lebih mesra, kukedipkan sebelah mataku dan ucium bibirnya sesaat saja lalu kupeluk erat kembali, sudahlah kekasih ku tak ingin kata-kata biasa, aku ingin bahasa tubuh kita yang sekarang berkata-kata
Wajahmu dinda tepat berada dileherku, kurasakan hembusan nafasmu, kurasakn detak jantungmu dan kurasakan pula cintamu, malam ini adalah malam yang tak mungkin aku lupakan , bersamamu waktu terasa tak berarti biar selamanya pun seperti ini aku tak peduli selama engkau dalam pelukanku semuanya kan terasa indah.

Serasa tak ada suara diluar ataukah kita terlalu hanyut dalam cinta, ya dinda kekasihku karena kini yang aku dengar hanya alunan nada-nada cinta, aku merasa ada angin sejuk menerpa wajah kita dari luar lewat jendela kamar yang dibiarkan terbuka, hujan kini telah reda sepenuhnya, dan tempat ini tempat terindah sepanjang hidupku, bersama memandang gelapnya malam dan remang-remang nyala lampu kamar, dinda aku ingin selamanya kau berada dalam pelukanku, selamanya kita berada dalam cinta, terasakah olehmu getar-getar cinta ini, merasuki tubuh sampai pada hati yang terdalam, menyatu dengan sel-sel yang ada dalam tubuh kita, oh sayang apa aku terlalu berlebihan?
Kini kulihat sang rembulan menampakan diri, sinarnya sedikit demi sedikit memasuki jendela lalu sampai juga menyinari wajah kita.

“lihatlah kanda, bulan itu sudah tak malu-malu lagi” katamu sambil menunjuk bulan

“ya dinda, mungkin dia bosan mengintip saja dibalik awan”

Kita berdua sama-sama menyaksikan sang rembulan yang bersinar terang melengkapi kemesraan dan kehangatan ini

“maukah kanda bawakan rembulan itu” pintamu hanya memandangi rembulan
Aku tersenyum tentunya,
“andaikan kanda mampu dinda, pasti telah kanda bawa dari langit hanya untuk dinda seorang”

“bohong ah!”

“ah dinda sayang, kanda ini hanyalah seorang manusia biasa yang hanya bisa mencintai dinda dengan sepenuh hati”

Aku tersenyum dan kau pun tertawa manja, kita tahu percakapan kita ini lebay dan berlebihan tapi hanya sebagai pelengkap kemesraan kita berdua

“kanda bawalah dinda terbang, lakukan dinda sesuka hati, dinda berikan segalanya...”
Mendengar itu lalu aku tatap wajahmu, wajah yang tersinari rembulan, mata yang menatapku manja, dan aku lihat bibir mu yang nakal itu, benarkah itu kekasihku? Sebesar itukah cintamu itu padaku?

“oh dinda.........” lalu aku cium bibir mu, aku lumat habis, aku baringkan diatas ranjang

Dinda engkau tersenyum selalu, diatas ranjang cinta ini kau berikan cintamu yang nyata, kau korbankan kesucianmu padaku dengan keikhlasan. Tak terkira pengorbanan mu itu padaku karena aku bukanlah seorang yang sempurna, aku sangat banyak kekurangan dan pengorbanan mu itu sangatlah berarti untukku, suasana yang sepi ini membuat kita berdua hanyut dalam surga dunia, dalam lautan asmara yang diimpikan semua orang, kudaki puncak kenikmatan yang selalu ku nanti malam ini.
Di luar, bintang-bintang berhamburan menghiasai percintaan kita, lalu terdengar suara jangkrik bersahutan menyoraki, cicak-cicak di dinding masih sibuk mengintip dan semut-semutpun masih berpura-pura mencari gula, mungkin bukan mengintip nyatanya mereka terang-terangan menyaksikan pernyataan cinta ini, penyatuan cinta ini dinda.
Berjam jam dinda, berjamjam lamanya kita mencicipi surganya cinta, tapi apalah artinya waktu buat kita, hingga penghabisan saat ini, kita berjanji selalu bersama, dan mulai detik ini sampai kapanpun aku beikrar akan selalu mencintai, menjaga, menyayangimu. Seluruh jiwa ragaku untukmu. Terima kasih dinda.

One Response so far

Leave a Reply

Labels