Dinda, malam ini tak
terkirakan indahnya perasaanku, wajahmu, senyummu, tubuhmu dan semuanya membuat
perasaanku hanyut dalam birahi, kini aku tak ingin memikirkan yang lain lagi,
hanya dirimu dindaku..........
Remang-remang nyala lampu
dikamar kita, cicak-cicak saling mengintip, semut-semut pura-pura mencari gula
padahal tahukah engkau dinda, sebenarnya mereka iri kepada kita, mereka ingin
,seperti kita, mereka ingin memadu cinta yang bergejolak panas, amat bergetar
serasa jarum waktu berhenti berputar, sinar matamu tajam amat menyala indah
menusuk-nusuk jantungku. engkaulah dinda bidadariku malam ini dan untuk
selamanya, takkan aku sia-siakan pengorbananmu malam ini..
“kanda seperti takut akan
sesuatu, apa yang sedang dipikirkan?” suaramu menyadarkan ku
Aku tersenyum, ah matanya!
Mata hitam buah leci, apapula sebutannya yang pantas yang jelas indah sekali
sepasang mata yang menatap manja ke arahku.
“tidak ada dinda, kanda
hanya takut bila dinda meninggalkan kanda” jawabku dengan penuh perasaan
mendalam, aku tersenyum bahagia
Jiwaku serasa terbang ketika
tiba-tiba tangannya mengelus-elus leherku, apa yang sedang kau lakukan?
Kubiarkan saja engkau memainkan tubuhku sesuka hatimu.
“tanganmu itu dinda lembut
sekali........”lirihku
Mendengar itu kau malah
iseng mencubit leherku, lalu tersenyum manja
“ich curang ah, dari tadi
dinda terus yang.....”
“yang apa?”
“ich..” dengan genitnya
kau sekali lagi mencubit leherku agak keras sekarang
Kurangkul badannya,
kupeluk erat, tubuh bagian atasnya sudah terbuka, dua bukit kembar yang empuk
dan hangat menekan dadaku, dan terasa indah dinda, rasakanlah cintaku dalam
setiap detak jantung ini, sengaja engkau kupeluk supaya kau rasakan gejolak
dalam dada ini
Kini sang bidadari dalam
pelukanku, terasa gelombang-gelombang cinta menyatu, saling berinteraksi.
Kulihat diluar hujan masih rintik-rintik dan sang rembulan tidak menampakan
diri, mungkin dia malu menyaksikan kami berdua , cinta cinta dan cinta tak ada
yang lebih dari cinta malam ini, biar saja tak ada sinar rembulan karena bagiku
cahaya matamu sudah cukup terang dan mampu menyinari hatiku.
“kanda sayang.....” suara
manja mu kembali menyadarkanku dari perasaan layaknya terbang
“apa dinda sayang?”
sedikit ku renggangkan pelukanku dan kutatap matanya, oh wahai darahku serasa
bergejolak ketika menatap wajah cantiknya yang sungguh menawan
“adinda sangat mencintai
kakandaku sayang..” katanya tersenyum, kau lagi-lagi membuatku sangat
tersanjung melebihi apapun
“kakanda juga sangat
mencintai adindaku sayang” balasku denga lebih mesra, kukedipkan sebelah mataku
dan ucium bibirnya sesaat saja lalu kupeluk erat kembali, sudahlah kekasih ku
tak ingin kata-kata biasa, aku ingin bahasa tubuh kita yang sekarang
berkata-kata
Wajahmu dinda tepat berada
dileherku, kurasakan hembusan nafasmu, kurasakn detak jantungmu dan kurasakan
pula cintamu, malam ini adalah malam yang tak mungkin aku lupakan , bersamamu
waktu terasa tak berarti biar selamanya pun seperti ini aku tak peduli selama
engkau dalam pelukanku semuanya kan terasa indah.
Serasa tak ada suara
diluar ataukah kita terlalu hanyut dalam cinta, ya dinda kekasihku karena kini
yang aku dengar hanya alunan nada-nada cinta, aku merasa ada angin sejuk
menerpa wajah kita dari luar lewat jendela kamar yang dibiarkan terbuka, hujan
kini telah reda sepenuhnya, dan tempat ini tempat terindah sepanjang hidupku,
bersama memandang gelapnya malam dan remang-remang nyala lampu kamar, dinda aku
ingin selamanya kau berada dalam pelukanku, selamanya kita berada dalam cinta,
terasakah olehmu getar-getar cinta ini, merasuki tubuh sampai pada hati yang terdalam,
menyatu dengan sel-sel yang ada dalam tubuh kita, oh sayang apa aku terlalu
berlebihan?
Kini kulihat sang rembulan
menampakan diri, sinarnya sedikit demi sedikit memasuki jendela lalu sampai
juga menyinari wajah kita.
“lihatlah kanda, bulan itu
sudah tak malu-malu lagi” katamu sambil menunjuk bulan
“ya dinda, mungkin dia
bosan mengintip saja dibalik awan”
Kita berdua sama-sama
menyaksikan sang rembulan yang bersinar terang melengkapi kemesraan dan
kehangatan ini
“maukah kanda bawakan
rembulan itu” pintamu hanya memandangi rembulan
Aku tersenyum tentunya,
“andaikan kanda mampu
dinda, pasti telah kanda bawa dari langit hanya untuk dinda seorang”
“bohong ah!”
“ah dinda sayang, kanda
ini hanyalah seorang manusia biasa yang hanya bisa mencintai dinda dengan
sepenuh hati”
Aku tersenyum dan kau pun
tertawa manja, kita tahu percakapan kita ini lebay dan berlebihan tapi hanya
sebagai pelengkap kemesraan kita berdua
“kanda bawalah dinda
terbang, lakukan dinda sesuka hati, dinda berikan segalanya...”
Mendengar itu lalu aku
tatap wajahmu, wajah yang tersinari rembulan, mata yang menatapku manja, dan
aku lihat bibir mu yang nakal itu, benarkah itu kekasihku? Sebesar itukah
cintamu itu padaku?
“oh dinda.........” lalu
aku cium bibir mu, aku lumat habis, aku baringkan diatas ranjang
Dinda engkau tersenyum
selalu, diatas ranjang cinta ini kau berikan cintamu yang nyata, kau korbankan
kesucianmu padaku dengan keikhlasan. Tak terkira pengorbanan mu itu padaku
karena aku bukanlah seorang yang sempurna, aku sangat banyak kekurangan dan
pengorbanan mu itu sangatlah berarti untukku, suasana yang sepi ini membuat
kita berdua hanyut dalam surga dunia, dalam lautan asmara yang diimpikan semua
orang, kudaki puncak kenikmatan yang selalu ku nanti malam ini.
Di luar, bintang-bintang
berhamburan menghiasai percintaan kita, lalu terdengar suara jangkrik
bersahutan menyoraki, cicak-cicak di dinding masih sibuk mengintip dan
semut-semutpun masih berpura-pura mencari gula, mungkin bukan mengintip
nyatanya mereka terang-terangan menyaksikan pernyataan cinta ini, penyatuan
cinta ini dinda.
Berjam jam dinda,
berjamjam lamanya kita mencicipi surganya cinta, tapi apalah artinya waktu buat
kita, hingga penghabisan saat ini, kita berjanji selalu bersama, dan mulai
detik ini sampai kapanpun aku beikrar akan selalu mencintai, menjaga,
menyayangimu. Seluruh jiwa ragaku untukmu. Terima kasih dinda.
kacau