Harapan dan Kepergian

0 komentar


Di tengah malam yang sunyi, aku sendiri dan merasakan ada yang sakit di dada serasa tulang rusukku telah patah, aku merasa kehilangan sesuatu yang begitu berharga. Semua  karenamu dinda dan kini aku mengakui bahwa aku merindukan mu dan aku sangat membutuhkan kehadiranmu.  Kau adalah tulang rusukku yang hilang kenapakah takdir tidak bisa mempersatukan kita kembali, kenapakah penyesalan selalu datang terlambat kini aku sendiri bersama penyesalan yang tiada berujung.

aku selalu ingat terakhir kalinya kita berjumpa  setelah bertahun lamanya terpisah oleh jarak dan waktu.  suatu hari di sebuah taman dimana banyak terjadi pertemuan dan perpisahan,  kita beradu pandang diantara kerumunan orang, pandangan kita sama-sama dirundung rasa rindu yang menggebu.

"Apa kabar dinda?" tanyaku sedikit gugup

"Baik… ngg.., kakak ?" suara indahmu masih terdengar seperti dulu

"Baik"

"emmh dinda sedang buru-buru"

"oh ya nggak papa, mau kemana?"

"tempat kerja" jawabmu sambil tersenyum lalu kau beranjak meninggalkanku

"nomor telepon kakak masih sama seperti dulu, belum ada yang berubah, telepon kakak jika sempat"

kau lalu berbalik masih dengan sebuah senyuman kemudian kau mengangguk memberiku sebuah kepastian dan harapan, aku serasa hidup kembali, karena  aku tak menemukan semangat hidupku  saat kau tidak bersamaku lagi apalagi ketika itu kau pergi karena keegoisanku, karena kebodohanku sendiri.

Tetapi sayang pertemuan itu adalah untuk yang terakhir kalinya bagi kita karena tak kutemukan lagi dirimu setelahnya yang kudengar  adalah bahwa engkau mengalami kecelakaan dan kau termasuk orang yang meninggal dalam kecelakaan itu kau pergi untuk selamanya meninggalkan semua harapanku dan harapan mu

pada saat akhir seperti ini kita selalu mengingat awal, aku ingat ketika itu pada suatu senja di tepi pantai kau duduk disampingku, tangan halusmu merangkulku, kau bermanjaan di pelukanku, disaksikan matahari terbenam kau menanyakan kepastian cintaku

"siapa yang paling kakak cintai didunia ini?" tanyamu

"dinda dong?" jawabku langsung

"Menurut kakak, dinda ini siapa?"

aku berpikir sejenak, lalu menatap mu dengan pasti

"dinda adalah tulang rusuk kakak "

"maksudnya?"

"tahukah dinda ketika  Adam kesepian ketika sendiri di surga, tuhan tentu mengetahuinya kemudian Dia mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati."

Kemudian kita menikah setelah kita berdua merasa telah berjodoh, kau dan aku mengalami masa yang indah dan manis setelah menikah namun untuk untuk sesaat saja. Setelah itu, kita berdua mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kian mendera. Hidup kita menjadi membosankan. Problema kehidupan datang silih berganti Kenyataan hidup yang kejam membuat kita mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain.

kita mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. kemudian Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, engkau lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, engkau berteriak

“Kakak nggak cinta lagi sama dinda!”

aku sangat membenci ketidak dewasaan mu dan secara spontan aku balik berteriak,

“kakak menyesal kita menikah! dinda ternyata bukan tulang rusuk kakak!”

Tiba-tiba engkau menjadi terdiam,  berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matamu merah dan  basah. kau menatap ku, seakan tak percaya pada apa yang telah kau dengar sendiri dan aku menyesal akan apa yang sudah aku ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, kau kembali ke rumah dan mengambil barang-barangmu, kau bertekad untuk berpisah.

“Kalau dinda bukan tulang rusuk kakak, biarkan dinda pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing.” teriakmu penuh dengan emosi
kemudian kitapun bercerai, aku berkeyakinan kita bukanlah jodoh

Lima tahun berlalu setelah itu. aku tidak menikah lagi karena ternyata tak bisa kutemukan lagi wanita seperti engkau dinda, kemudian aku berusaha mencari tahu akan kehidupanmu dan keberadaanmu aku ingin kembali kepadamu, memperbaiki segalanya namun terpaksa aku harus menelan kekecewaan setelah tahu engkau menikah kembali lalu bercerai dan memilih menjalani hidup seorang diri. kau tidak beri kesempatan untukku kembali, kau tak menungguku dinda. kita malah menjalani hidup sendiri-sendiri, kemudian ketika kita berdua mencoba membuka pintu hati  pada saat pertemuan disebuah taman itu dan saling memberi kesempatan untuk menjalani bahtera yang pernah kita lalui tetapi takdir malah memisahkan kita, engkau dipanggil olehNya begitu cepat tepat ketika kita menanamkan kembali harapan yang telah lama terkubur dalam keegoisan kita masing-masing.

dan dimalam yang sunyi ini sekali lagi dadaku serasa sakit, tulang rusukku telah hilang karena kupatahkan








Leave a Reply

Labels