Di tengah malam yang
sunyi, aku sendiri dan merasakan ada yang sakit di dada serasa tulang rusukku
telah patah, aku merasa kehilangan sesuatu yang begitu berharga. Semua karenamu dinda dan kini aku mengakui bahwa aku
merindukan mu dan aku sangat membutuhkan kehadiranmu. Kau adalah tulang rusukku yang hilang
kenapakah takdir tidak bisa mempersatukan kita kembali, kenapakah penyesalan
selalu datang terlambat kini aku sendiri bersama penyesalan yang tiada
berujung.
aku selalu ingat terakhir
kalinya kita berjumpa setelah bertahun
lamanya terpisah oleh jarak dan waktu.
suatu hari di sebuah taman dimana banyak terjadi pertemuan dan
perpisahan, kita beradu pandang diantara
kerumunan orang, pandangan kita sama-sama dirundung rasa rindu yang menggebu.
"Apa kabar
dinda?" tanyaku sedikit gugup
"Baik… ngg.., kakak
?" suara indahmu masih terdengar seperti dulu
"Baik"
"emmh dinda sedang
buru-buru"
"oh ya nggak papa,
mau kemana?"
"tempat kerja"
jawabmu sambil tersenyum lalu kau beranjak meninggalkanku
"nomor telepon kakak
masih sama seperti dulu, belum ada yang berubah, telepon kakak jika
sempat"
kau lalu berbalik masih
dengan sebuah senyuman kemudian kau mengangguk memberiku sebuah kepastian dan
harapan, aku serasa hidup kembali, karena
aku tak menemukan semangat hidupku
saat kau tidak bersamaku lagi apalagi ketika itu kau pergi karena
keegoisanku, karena kebodohanku sendiri.
Tetapi sayang pertemuan
itu adalah untuk yang terakhir kalinya bagi kita karena tak kutemukan lagi
dirimu setelahnya yang kudengar adalah
bahwa engkau mengalami kecelakaan dan kau termasuk orang yang meninggal dalam
kecelakaan itu kau pergi untuk selamanya meninggalkan semua harapanku dan
harapan mu
pada saat akhir seperti
ini kita selalu mengingat awal, aku ingat ketika itu pada suatu senja di tepi
pantai kau duduk disampingku, tangan halusmu merangkulku, kau bermanjaan di
pelukanku, disaksikan matahari terbenam kau menanyakan kepastian cintaku
"siapa yang paling
kakak cintai didunia ini?" tanyamu
"dinda dong?"
jawabku langsung
"Menurut kakak, dinda
ini siapa?"
aku berpikir sejenak, lalu
menatap mu dengan pasti
"dinda adalah tulang
rusuk kakak "
"maksudnya?"
"tahukah dinda
ketika Adam kesepian ketika sendiri di
surga, tuhan tentu mengetahuinya kemudian Dia mengambil rusuk dari Adam dan
menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat
menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati."
Kemudian kita menikah
setelah kita berdua merasa telah berjodoh, kau dan aku mengalami masa yang
indah dan manis setelah menikah namun untuk untuk sesaat saja. Setelah itu,
kita berdua mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup
yang kian mendera. Hidup kita menjadi membosankan. Problema kehidupan datang
silih berganti Kenyataan hidup yang kejam membuat kita mulai menyisihkan impian
dan cinta satu sama lain.
kita mulai bertengkar dan
pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. kemudian Pada suatu hari, pada akhir
sebuah pertengkaran, engkau lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan,
engkau berteriak
“Kakak nggak cinta lagi
sama dinda!”
aku sangat membenci
ketidak dewasaan mu dan secara spontan aku balik berteriak,
“kakak menyesal kita
menikah! dinda ternyata bukan tulang rusuk kakak!”
Tiba-tiba engkau menjadi
terdiam, berdiri terpaku untuk beberapa
saat. Matamu merah dan basah. kau
menatap ku, seakan tak percaya pada apa yang telah kau dengar sendiri dan aku
menyesal akan apa yang sudah aku ucapkan. Tetapi seperti air yang telah
tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air
mata, kau kembali ke rumah dan mengambil barang-barangmu, kau bertekad untuk
berpisah.
“Kalau dinda bukan tulang
rusuk kakak, biarkan dinda pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan
sejati masing-masing.” teriakmu penuh dengan emosi
kemudian kitapun bercerai,
aku berkeyakinan kita bukanlah jodoh
Lima tahun berlalu setelah
itu. aku tidak menikah lagi karena ternyata tak bisa kutemukan lagi wanita
seperti engkau dinda, kemudian aku berusaha mencari tahu akan kehidupanmu dan
keberadaanmu aku ingin kembali kepadamu, memperbaiki segalanya namun terpaksa
aku harus menelan kekecewaan setelah tahu engkau menikah kembali lalu bercerai
dan memilih menjalani hidup seorang diri. kau tidak beri kesempatan untukku
kembali, kau tak menungguku dinda. kita malah menjalani hidup sendiri-sendiri,
kemudian ketika kita berdua mencoba membuka pintu hati pada saat pertemuan disebuah taman itu dan
saling memberi kesempatan untuk menjalani bahtera yang pernah kita lalui tetapi
takdir malah memisahkan kita, engkau dipanggil olehNya begitu cepat tepat
ketika kita menanamkan kembali harapan yang telah lama terkubur dalam keegoisan
kita masing-masing.
dan dimalam yang sunyi ini
sekali lagi dadaku serasa sakit, tulang rusukku telah hilang karena kupatahkan