Danau yang jernih
menggambarkan langit yang membiru di siang ini, terlihat bumi seperti terbelah
dua, aku menatapnya dengan takjub bersama beribu perasaan yang
menghampiri, udara cukup panas dan
mungkin akan sangat terasa bila saja aku tidak berteduh di bawah pohon,
Tetapi suasana seperti ini
tak juga membuat hatiku merasa tenang, dipinggir danau aku tetap merenung
tentang perkataan temanku yang kian hari kian memojokanku, disisi lain mungkin
karena aku saja yang terlalu diambil hati dan cenderung lemah menanggapi nya,
disaat lamunanku berkelana entah kemana tiba-tiba ada seseorng secara tiba-tiba
menepuk pundakku dari belakang, aku berbalik dan kulihat cahaya yang cerah,
kulihat binar mata yang indah, kulihat senyum yang menawan kearahku. Kulihat kau
berdiri didepanku, dinda.
"kakak sedang apa
disini?" tanya mu
"sedang bersantai
din, dinda sudah dari mana?" kulihat kau memakai tas bepergian
"dinda baru dari
rumah bibi, lalu di mobil tadi dinda lihat kakak melamun di sini" jawabmu
lalu duduk di sampingku
Ternyata dari jauh kau
tahu kalau aku melamun, sedari tadi aku tidak sadar akan sekelilingku dan
tahu-tahu kau sudah ada di belakangku
"kakak kenapa?"
"kakak
hanya....ee.. kesepian"
Kulihat kau memasang raut
wajah yang tidak mengerti
"lho kesepian koq
melamun sendiri, kalau kesepian kan bisa ngobrol-ngobrol dengan siapa kek
bukannya diem melamun disini, emang nya kakak kesepian kenapa?"
Kurasa kau benar dinda,
ada kamu sekarang karena sungguh aku ingin berbagi dan aku tidak tahu kepada
siapa, tidak ada yang lebih aku percayai di dunia ini selain kamu
"kakak merasa berbeda
dari orang-orang di sekeliling kakak dinda"
"berbeda
gimana?"
"kata mereka kakak
ini nggak normal, karena kakak tidak melakukan hal-hal seperti mereka, karena
kakak tidak membaur dalam pergaulan yang
mereka sebut 'zaman sekarang' meski kakak sendiri yang tidak mengingikan
pergaulan 'zaman sekarang' karena sangat jauh dari keyakinan yang kakak pegang
yang kenyataannya membuat pikiran-pikiran antara kakak dan mereka sangat jauh
berbeda, kakak kesepian karena tidak ada yang sehati dengan kakak
sekarang"
"pergaulan zaman
sekarang seperti apa yang kakak maksudkan itu dan apa yang mereka lakukan
itu?"
"entah semua ini
terjadi pada masa sekarang atau telah sedari dahulu sudah ada hanya yang kakak
tahu mereka menyebutnya zaman sekarang, yaitu sesuatu yang telah terlarang
menjadi kebiasaan dan tidak dipermasalhkan secara serius, seperti minum-minuman
keras dan hubungan sex yang bebas menjadi trend dan kebiasaan sehari-hari yang dianggap
biasa-biasa saja mereka menyebutnya 'zaman sekarang'"
"lalu mereka itu
siapa?"
"teman-teman kakak,
saudara kakak dan orang - orang di sekeliling kakak" jawabku tanpa ragu
"jadi kakak maunya
apa, mempermasalahkannya secara serius seperti apa?" kudengar nada suaramu
sedikit meninggi
"tidak ada dinda,
karena tidak ada yang bisa kakak lakukan dan apapula hak kakak untuk
melakukannya dinda, kakak hanya merasa miris dengan keadaan sekarang ini, dan
tidak ada yang akan kakak lakukan"
Kulihat dari sudut mata
kau menatapku dengan iba
"kakak tidak perlu
merasa seperti itu, Allah itu maha adil kak, mereka akan mendapatkan balasannya
sesuai dengan kelakukan mereka dan wajar
saja bila kakak merasa berbeda namun janganlah kakak bersedih karena apa yang
kakak yakini sangatlah mulia, tetapi maaf jangan pernah berpikiran kakak lebih
baik dari mereka karena keadaan ini"
"maksud dinda?"
tanyaku
"maaf bukannya maksud
dinda menuduh kakak apa-apa, hanya dinda berpesan janganlah kakak sombong dengan
kepribadian kakak sekarang yang menurut kakak benar, janganlah kakak merasa
paling benar dari orang - orang di sekeliling kakak, karena kebenaran hanya
milik Allah semata, ketika seseorang merasa paling benar maka sesungguhnya dia
telah mewarisi sifat iblis yang laknat, dinda juga tidak ingin kakak menjadi
seorang yang munafik"
Jujur aku merasa
tersinggung sekaligus malu pada diriku sendiri dinda, kau begitu jujur dan
tegas, membuatku tersadar dari keangkuhanku, dan aku menyadari perbuatan -
perbuatanku yang berlumur dosa sebelum - sebelumnya meski memang aku telah
bertaubat tetapiaku takut menjadi seorang yang munafik karena kita selama
didunia ini tidak akan pernah luput dari yang namanya dosa tentu aku masih
ingat dosa yang telah aku lakukan begitu banyak walau teman-temanku mengatakan
apa yang aku lakukan adalah biasa-biasa saja dan malah mereka menertawakanku
karena bagi mereka apa yang aku lakukan belum apa-apa.
Kini aku tidak akan
memandang diriku paling benar diantara mereka, meski kalau aku mau sombong aku
katakan aku lebih rajin mematuhi segla perintah allah dan rajin pula menjauhi
segala laranagannya tetapi aku tidak boleh merasa seperti itu, itu adalah
bisikan setan supaya aku terjerumus dalam sifat - sifat mereka.
Hari menjelang sore, kau
terus menasihatiku tentang makna kehidupan, kemudian kita pulang bersama dengan
kembalinya diriku menjadi diri yang lebih baik.