(Sebuah renungan) Kesombongan

0 komentar



Danau yang jernih menggambarkan langit yang membiru di siang ini, terlihat bumi seperti terbelah dua, aku menatapnya dengan takjub bersama beribu perasaan yang menghampiri,  udara cukup panas dan mungkin akan sangat terasa bila saja aku tidak berteduh di bawah pohon,
Tetapi suasana seperti ini tak juga membuat hatiku merasa tenang, dipinggir danau aku tetap merenung tentang perkataan temanku yang kian hari kian memojokanku, disisi lain mungkin karena aku saja yang terlalu diambil hati dan cenderung lemah menanggapi nya, disaat lamunanku berkelana entah kemana tiba-tiba ada seseorng secara tiba-tiba menepuk pundakku dari belakang, aku berbalik dan kulihat cahaya yang cerah, kulihat binar mata yang indah, kulihat senyum yang menawan kearahku. Kulihat kau berdiri didepanku, dinda.

"kakak sedang apa disini?" tanya mu
"sedang bersantai din, dinda sudah dari mana?" kulihat kau memakai tas bepergian
"dinda baru dari rumah bibi, lalu di mobil tadi dinda lihat kakak melamun di sini" jawabmu lalu duduk di sampingku

Ternyata dari jauh kau tahu kalau aku melamun, sedari tadi aku tidak sadar akan sekelilingku dan tahu-tahu kau sudah ada di belakangku

"kakak kenapa?"
"kakak hanya....ee..  kesepian"
Kulihat kau memasang raut wajah yang tidak mengerti
"lho kesepian koq melamun sendiri, kalau kesepian kan bisa ngobrol-ngobrol dengan siapa kek bukannya diem melamun disini, emang nya kakak kesepian kenapa?"

Kurasa kau benar dinda, ada kamu sekarang karena sungguh aku ingin berbagi dan aku tidak tahu kepada siapa, tidak ada yang lebih aku percayai di dunia ini selain kamu

"kakak merasa berbeda dari orang-orang di sekeliling kakak dinda"
"berbeda gimana?"
"kata mereka kakak ini nggak normal, karena kakak tidak melakukan hal-hal seperti mereka, karena kakak tidak membaur dalam pergaulan yang  mereka sebut 'zaman sekarang' meski kakak sendiri yang tidak mengingikan pergaulan 'zaman sekarang' karena sangat jauh dari keyakinan yang kakak pegang yang kenyataannya membuat pikiran-pikiran antara kakak dan mereka sangat jauh berbeda, kakak kesepian karena tidak ada yang sehati dengan kakak sekarang"

"pergaulan zaman sekarang seperti apa yang kakak maksudkan itu dan apa yang mereka lakukan itu?"

"entah semua ini terjadi pada masa sekarang atau telah sedari dahulu sudah ada hanya yang kakak tahu mereka menyebutnya zaman sekarang, yaitu sesuatu yang telah terlarang menjadi kebiasaan dan tidak dipermasalhkan secara serius, seperti minum-minuman keras dan hubungan sex yang bebas menjadi trend dan kebiasaan sehari-hari yang dianggap biasa-biasa saja mereka menyebutnya 'zaman sekarang'"

"lalu mereka itu siapa?"

"teman-teman kakak, saudara kakak dan orang - orang di sekeliling kakak" jawabku tanpa ragu

"jadi kakak maunya apa, mempermasalahkannya secara serius seperti apa?" kudengar nada suaramu sedikit meninggi

"tidak ada dinda, karena tidak ada yang bisa kakak lakukan dan apapula hak kakak untuk melakukannya dinda, kakak hanya merasa miris dengan keadaan sekarang ini, dan tidak ada yang akan kakak lakukan"

Kulihat dari sudut mata kau menatapku dengan iba

"kakak tidak perlu merasa seperti itu, Allah itu maha adil kak, mereka akan mendapatkan balasannya sesuai dengan kelakukan mereka dan  wajar saja bila kakak merasa berbeda namun janganlah kakak bersedih karena apa yang kakak yakini sangatlah mulia, tetapi maaf jangan pernah berpikiran kakak lebih baik dari mereka karena keadaan ini"

"maksud dinda?" tanyaku

"maaf bukannya maksud dinda menuduh kakak apa-apa, hanya dinda berpesan janganlah kakak sombong dengan kepribadian kakak sekarang yang menurut kakak benar, janganlah kakak merasa paling benar dari orang - orang di sekeliling kakak, karena kebenaran hanya milik Allah semata, ketika seseorang merasa paling benar maka sesungguhnya dia telah mewarisi sifat iblis yang laknat, dinda juga tidak ingin kakak menjadi seorang yang munafik"

Jujur aku merasa tersinggung sekaligus malu pada diriku sendiri dinda, kau begitu jujur dan tegas, membuatku tersadar dari keangkuhanku, dan aku menyadari perbuatan - perbuatanku yang berlumur dosa sebelum - sebelumnya meski memang aku telah bertaubat tetapiaku takut menjadi seorang yang munafik karena kita selama didunia ini tidak akan pernah luput dari yang namanya dosa tentu aku masih ingat dosa yang telah aku lakukan begitu banyak walau teman-temanku mengatakan apa yang aku lakukan adalah biasa-biasa saja dan malah mereka menertawakanku karena bagi mereka apa yang aku lakukan belum apa-apa.

Kini aku tidak akan memandang diriku paling benar diantara mereka, meski kalau aku mau sombong aku katakan aku lebih rajin mematuhi segla perintah allah dan rajin pula menjauhi segala laranagannya tetapi aku tidak boleh merasa seperti itu, itu adalah bisikan setan supaya aku terjerumus dalam sifat - sifat mereka.

Hari menjelang sore, kau terus menasihatiku tentang makna kehidupan, kemudian kita pulang bersama dengan kembalinya diriku menjadi diri yang lebih baik.







Leave a Reply

Labels