Dia Terus Menangis

0 komentar



Reni masih menangis sejak tadi, air matanya terus dikurasnya dan belum kering, kurasa menyesal sekarang tiada gunanya sama sekali penyesalan yang tiada berarti, nasi kini telah jadi bubur dan baginya tiada jalan lain selain menghadapi hari-hari ke depan yang berbeda dengan harapannya dan menerima apa yang telah terjadi, tiada yang lebih baik dilakukan selain bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat dan posisiku sekarang sebagai teman baiknya seperti orang linglung saja tidak tahu harus apa.
Kuperhatikan reni dalam-dalam membuatku sadar dalam keadaan apapun dia dan seburuk apapun dia, dia tetap teman baikku, dia tetap seorang reni yang kukenal teatapi sayang sekali dia yang lugu, polos dan tak lupa cantik ini sekarang sudah tidak mempunyai harapan lagi, cita-citanya terpaksa terbuang karena mahkota nya telah  hilang oleh temannya sendiri, kini hanya dengan air mata dia berbicara mengeluarkan isi hati yang kacau disisiku

Serak parau disela-sela tangisnya sangat membuatku iba dan trsentuh, aku hanya bisa diam aku sudah kehabisan kata-kata atau aku tidak tahu harus berkata apa

Angin berhembus kencang hingga rambutnya terurai, dingin malam seakan tiada dirasanya padahal aku hampir memakai tiga lapis sweater aku memang tidak suka dingin. Dan anehnya pada musim kemarau seperti ini bulan tiada menampakan diri, aku hanya melihat bintang - bintang redup yang kerlap-kerlip nun jauh diatas sana, pikiranku sendiri mulai tidak menentu

Malam itu diteras depan rumahku reni menceritakan semua yang menimpa dirinya, awalnya dia sempat ragu-ragu tapi itu membuatku penasaran dan kudesak dia hingga terbuka semuanya, aku sangat terkejut tentu saja, karena teman yang sangat dekat denganku dan yang sangat akrab denganku kini menjadi orang lain bagiku, seorang teman buatku adalah dia yang satu hati, sependirian dan sepengertian, aku seorang yang dididik sejak kecil dengan agama yang kental karena aku lahir dari keluarga yang kental agamanya tentu tidak bisa membenarkan apapun alasan perzinaan yang dilakukan reni, dia sungguh sangat mengecewakanku apalagi ketika dia mengaku tengah hamil, sungguh perasaanku hancur, aku memang sering dengar orang lain hamil diluar nikah tapi aku tidak terlalu peduli apa yang terjadi pada mereka tapi sekarng temanku sendiri yang melakukan hal seperti itu, 

"Kenapa ren ?. Apa reni lupa kita sekolah dimana, kita dididik bagaimana?" tanyaku
Reni hanya menggeleng pelan dan tetap terisak - isak
"Reni ingat saat kita bersenang-senang dulu di sungai, reni tahu kenapa aku pulang?"
"Reni terbawa suasana rus, maafin reni"

Beban, akhirnya ini semua menjadi beban bagiku karena walau bagaimanapun setidaknya aku harus tetap memberinya sedikit pertolongan meski hati ku enggan mengulurkan tangan pada seorang yang telah sangat mengecewakan aku, tapi aku tidak bisa diam dan terus menyalahkannya karena semua telah terjadi aku sendiri harus menerima kekecewaan ini, dalam isak tangisnya yang menyayat itu aku teringat kembali saat-saat liburan 3 bulan yang lalu bersamanya dan teman-teman.

3 bulan yang lalu

Hari minggu yang cerah, dan sangat istimewa tentu saja karena ini hari libur sekolah tentunya harus dihabiskan dengan bersenang-senang, aku reni dan teman2 yang lain pergi mengunjungi rumah teman sekelas kami si dewi di cianjur, sekedar untuk berlibur karena kesibukan sekolah di hari-hari biasa, di cianjur si dewi menyambut kami dengan gembira, kami semua di jamu dengan baik olehnya, setelah beberapa lama ngobrol-ngobrol yang ringan antar teman akhirnya si dewi mengajak kami ke kebun miliknya, tentu saja tawaran itu tidak bisa ditolak, jiwa remaja seperti aku dan yang lainnya selalu ingin sesuatu yang menarik dan jiwa bertualang, sesampainya di kebun yang dimaksud aku melihat banyak sekali buah-buahan yang ditanam ayahnya di situ dan berbuah, kami boleh memetik dan memakannya itu cukup membuatku dan teman-temn terhibur, belum lagi suasananya yang nyaman sejuk dan indah berlibur ke rumah teman di kampung adlah pilian yang terbaik  untuk melepaskan penat.

Setelah cukup lama bermain-main dan hari ketika itu telah siang, rasa gerah dan kotor begitu terasa sekali membuat gatal-gatal juga pada kulit, kebetulan sekali tidak jauh dari kebun ada sungai yang besar, teman-temanku ingin mandi di situ dan si dewi pun mengajak kami semua mandi,
Sungai itu memang cukup besar dan kelihatan dalam, kuurungkan untuk mandi di tengah karena aku tidak pandai berenang takut tenggelam tentunya
Serentak reni, dan si dewi terjun ke sungai itu dengan pakaian yang masih bisa menutup aurat mereka, sedangkan yang laki-lakinya aku, indra dan si jecki diam dulu di tepi sungai, kami bertiga agak ragu-ragu untuk mandi bersama mereka, kami bertiga akhirnya mandi agak berjauhan.

Kulihat mereka begitu senangnya, tertawa tawa dan saling bermain dengan ceria, sesekali kudengar jeritan-jeritan genit, yang laki-lakinya aku dan si jeki juga si indra hanya ngobrol-ngobrol santai saja, dingin nya air membuat gerah serasa plong, segar air nya membuatku nyaman diseluruh badan, beberapa saat kemudian reni melambaikan tangannya kepadaku dengan mesra, dengan senyumnya yang khas yang bisa membuat laki-laki manapun lupa diri, tapi aku tidak lupa diri karena sudah terbiasa tentunya, aku balas tersenyum saja dan tidak berniat untuk menghampirinya

"rus sini donk bareng sama aku, masa disitu!" teriak reni sambil melambaikan tangannya dengan mesra, entah kenapa dia jadi aneh begitu

"jek, dra ayo kemari" lanjutnya lagi
Kemudian dewi pun ikut-ikutan mengajak kami gabung, lalu entah setan apa yang merasuki kedua gadis itu mereka sama-sama membuka baju bagian atas nya, tentu saja mengejut kan kami bertiga, tidak pernah aku menyangka mereka bisa berbuat seperti itu, tidak pernah terlintas sedikitpun dalam benakku sebelmunya tapi aku tidak sedang bermimpi,
Beberapa saat kami diam saja, tidak tahu harus bagaimana menanggapi para gadis itu

"rus ke sana yuk!" ajak si jecki di sampingku tapi terdengar ragu-ragu
Si indra melongo, lalu kami saling berpandangan

"wah kesempatan nih jek, rus ayo ke sana yuk, asyik ni!" si indra menimpali ajakan si jecki

Aku jadi galau, aku tidak terbiasa dengan suasana seperti itu, memang nafsuku ingin segera menghampiri mereka dan bersenang-senang bersama tapi itu kelewatan sungguh tidak wajar sebagai para siswa madrasah aliah (SMA)  yang berbasic agama islam, kurasa mereka berdua mengerti apa yang kupikirkan
"kita tahu ni dosa, tapi kita tobat aja stlh ini gampang kan"
Sejenak kumerenung mendengar usul si jecki, kalau dipikir sepintas saja memang apa salahnya toh kita bisa bertaubat kalau itu memang dosa

"Aduh jangan kelamaan mikirnya, kita ini mumpung masih muda coy, ayo cabut!" timpal si indra
Kemudian benteng keimananku pun akhirnya roboh, meski ragu-ragu akupun mengangguk setuju

"Ku rasa apa salahnya kita bersenang-senang"

Lalu perlahan tapi pasti dan meski ragu-ragu kami bertiga berenang ke arah mereka, dan kulihat disana reni teman dekatku tersenyum, darahku serasa naik ketika semakin dekat semakin jelas lekuk-lekuk indah tubuhnya yang putih mulus yang pasti bisa membuat seorang laki-laki lupa diri

"Githu donk.." seru dewi setelah kami merapat
Beberapa saat aku, si indra dan si jecki merasa risih dan canggung melihat tubuh telanjang mereka, hanya diam dan masih jaga jarak

"Kalian koq diem aja sich.." goda reni kemudian yang membuat kami malu
Terus terang aku dilanda demam suasana, badanku panas dingin tidak terbiasa dengan perasaan yang melanda saat itu dan lebih menjadi bila reni memandangku, reni adalah perempuan tercantik di sekolahku
aku juga bisa menduga kalau si indra dan si jecki mengalami hal yang sama sepertiku, terlihat dari raut wajah mereka yang sama-sama tegang.

"Disini banyak orang ngga?" tanya si indra dengan tersenyum menghilangkan kebekuan

"Tenang aja jam segini belum ada orang, apalagi di sungai ini jarang ada orang lewat" jawab dewi yang tentu sangat tahu kondisi kampungnya
Naluri alami laki-laki kemudian keluar, kami layaknya  seekor harimau yang ditawari daging segar kemudian setelah itu si indra dan si jecki melakukan sesuatu yang sangat tidak pantas dan terjadilah disitu sebuah kebebasan yang sudah keluar batasnya

Beruntung aku sendiri tidak mempunyai pasangan, jadinya segera aku menghindar ketika mereka asyik melakukakan sesuatu yang tidak bisa aku gambarkan, memang inginnya aku ikut bersenang-senang dan melakukan hal-hal yang dianggap normal walau terlarang tetapi tubuhku malah menolaknya aku serasa digerakan oleh kekuatan aneh dalam diriku padahal sungguh nafsu birahiku naik serasa tidak tertahan waktu itu tetapi kakiku malah melangkah menjauh dari drama di sungai itu, dan setelah aku jauh dari mereka aku tidak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya dan merekapun tidak peduli aku kemana, aku langsung pulang ke rumah sendirian mendahului mereka yang tengah asik bersenang-senang.

***

"Sekarang apa rencana reni selanjutnya?" tanyaku

"Nggak tahu reni hanya bisa pasrah, tadinya reni ingin menggugurkan kandungan ini   tapi reni takut dan tidak berani membunuh anak dalam kandungan ini..."

"Jangan ren, jangan dibunuh anak itu,.."
" Sudah jalan berapa bulan?" lanjutku

"Tiga sekarang"

"Siapa saja orang yang sudah tahu tentang ini ?"

"Hanya kita... yang ikut ke rumahnya si dewi juga" jawabnya

Aku menatapnya "tidak ada lagi?"

Kau menggeleng pelan " Tidak ada lagi"

Memang akan terasa sulit, kutahu dia akan sulit untuk melangkah mengambil keputusan, keputusan yang terbaikpun tetap akan menghancurkan kehidupannya, masa depannya juga, meski ada satu cara biadab: menggugurkan kandungan itu dan bila berhasil, sudah masalah selesai tetapi juga tidak semudah itu, ongkosnya pun sangat mahal, dan alasan moral tentu dia tidak mau membunuh, bayi yang berusia tiga bulan sudah bernyawa, menggugurkan sama dengan membunuh manusia.

Reni mulai menyeka air matanya yang terus keluar, dan memandang kosong ke depan ke masa depan yang tak tentu, akupun terbawa suasana dan berfikir keras tentng sebuah jalan terbaik yang bisa ditempuh, yang terbaik yang bisa diharapkan.

Bersambung....












Leave a Reply

Labels