Perempuan Berambut Lurus Berponi

0 komentar



Kau tersenyum, matamu berbinar menatapku, kau tentu bahagia menjalin hubungan bersamaku yang penuh dengan canda tawa dan romansa, aku sangat bahagia saat ini, aku selalu teringat akan dirimu, segalanya tentang mu aku tahu, aku selalu ingin melihat rambut sebahu mu yg lurus berponi, lurus seperti benang kecil berjajar, entah kenapa indah rasanya...

Dan disini di pinggir danau kita menikmati sore hari, di kota bunga tempat para konglomerat berlibur atau hanya sekedar beristirahat, tadi kita sudah mengelilingi rumah-rumah mewah tak berpenghuni yang bisa kita duduki teras depan nya, yang bisa kita nikamati indah tamannya dan kita berfoto dengan background rumah-rumah bergaya eropa. Kita berdua takjub pada keindahan arsitekturnya, begitu luasnya daya imajinasi manusia, ada yang berbentuk segitiga, ada yang kotak dan ada juga yang bergaya sebuah hotel.

Dengan motor matik ku kita mengelilingi setiap jalan, kau mendekapku dari belakang terasa hangat sampai ke hati, badan ku serasa ringan karena segala penat dan pikiran-pikiran yang berkecamuk serasa hilang, tempatnya digantikan dengan keindahan hati, kenyamanan dan cinta. Perasaan seperti inilah yang selalu didamba setiap orang, perasaan seperti inilah yang membuat manusia menjadi tenang. Kita berdua bersenandung bersama melagukan getaran cinta di dada, setiap tarikan gas yang kupacu, terasa pelukanmu semakin erat, seperti tak ingin kau kehilangan diriku...

"Indah dan mewah sekali rumah-rumah disini ya kak!" katamu, ketika kita melewati sebuah rumah besar bertingkat dua
"cuman sayang ya nggak diisi" lanjutmu

Dari kaca spion motorku kulihat kau begitu terpesona dengan rumah besar betingkat dua itu, tentu akupun kagum dinda, kutahu kau berkhayal untuk tinggal di rumah itu bersamaku suatu saat nanti.

"kita akan tinggal di rumah seperti itu suatu hari nanti" kataku dengan yakin

"oh ya?" tanyamu menggodaku

"tidak ada yang tidak mungkin didunia ini, selama kita percaya!"

Kaupun tersenyum "iya, amiiin...."

kemudian kita melihat sebuah ayunan di taman depan sebuah rumah, kau menginginkannya, dan kita pun berhenti sejenak untuk menaiki sebuah ayunan itu. Kau begitu senangnya kulihat dan kita tertawa bersama meikmati saat-saat indah seperti itu yang akan selalu kita ingat sampai nanti, takkan terlupakan sampai kapanpun.

Sore hari pun tiba, aku mengajak kau ke sebuah danau, dan disini kita berdua menatap jernih nya air tampak menghijau karena dalam, ditengah ada juga orang yang sedang bermain sepeda air berbentuk angsa, namun kita tidak ingin mencobanya, karena kita hanya ingin menatapnya karena kita ingin berdua tanpa aktivitas fisik yang sudah dilakukan dari sejak pagi, kita ingin mengistirahatkan badan yang telah lelah.

"dinda tidak tahu tempat ini sebelumnya, indah ya!"  katamu dengan takjub

Aku tersenyum mendengarnya, memang indah, sengaja aku ajak kau kemari karena kau suka sekali dengan alam dan karya arsitektur, dan disini kau menemukan semuanya bersama cinta yang telah kau dapatkan.

"disini memang indah tapi bagi kakak ada yang lebih indah lagi" ujarku

"dimana kak, dinda pengen liat?"

"dihatimu...!"

"ihh, lebayyy degh!" kau tersenyum genit

"tapi itu jujur lho, bukan dibuat-buat"

"oh ya?"

"ya, tentu saja!"

"mmh, sebenarnya kalo dinda mau jujur dinda rasa ga akan seindah ini kalo nggak sama kakak.."

Aku tersanjung mendengarmu, binar matamu menatapku dan kullihat ada sebuah keyakinan di dalamnya, karena dari mata kita tahu isi hati seseorang.

"oh ya?" godaku

"nggak!"

" mmh maksud?"

"nggak bohong maksudnya..." kau melanjutkannya dengan tawa kecil dan akupun ikut tertawa

Kau merapikan rambutmu, sebenarnya dari pertama bertemu tak terhitung berapa kali kau merapikan rambut padahal sudah rapi, rambutmu lurus seperti benang berjajar dengan poni di keningmu, aku suka. Seperti menyatakan bahwa kau adalah perempuan periang, ceria dan manja, karena aku suka memanjakan seseorang yang ku sayangi, aku suka dengan anak-anak maka aku juga suka perempuan yang agak kekanak-kanakan tetapi dewasa bila menyikapi suatu hal, dan semua aku temukan pada dirimu dinda.

Kita mengobrol sampai matahari terbenam, kita melihat awan mega tanda hari akan beranjak malam

"pulang yuk!" ajak ku

Kau hanya mengangguk kecil, kutahu kau masih ingin bersamaku tetapi aku sudah janji pada bibimu agar tidak pulang terlalu malam, kurasa kau pun mengerti.

Masih ada hari esok untuk kita dan masih banyak waktu buat menjalin rasa, cinta kita tidak akan terhenti sampai saat ini, selanjutnya kita akan saling merindu untuk bersama kembali tentang cinta dan canda tawa yang akan selalu ada.










Continue reading →

Menjemput Cinta Yang Hilang

0 komentar



Kulihat kau tersenyum membawa bunga mawar merah masih sama seperti dulu, kau ciumi dan rasakan harumnya , bunga kecerian dan semangatmu, bunga pelipur lara dan lambang cinta..
Kudengar suara manjamu mengalun merdu dan kau bermain-main dengan kupu-kupu yang terbang kesana kemari kau kejar dia yang lincah meski kau tak pernah bisa menangkapnya kau tetap menantinya meski dia tidak pernah peduli akan kamu dinda.

Dan bila aku datang kau dengan suka menyambutku mengajakku bermain - main sampai senja,
dan tentu aku ingat dinda, dulu ketika kita bermain-main di kebun jagung ayahmu kau  pernah meminta ku untuk berdo'a bersamamu, kau suruh aku berlutut dan memejamkan mata
Bibir indahmu kemudian bergerak

"ya tuhan, ubahlah kami jadi burung, agar kami bisa terbang seperti kupu-kupu" pintamu polos padaNya

Ku hanya mengucapkan "amin" meski tidak mengerti maksud doa itu, seandainya bila kita berubah jadi burung kenapa mau terbang seperti kupu-kupu??

"andai kita menjadi sepasang burung, pasti kita bisa terbang sesuka hati, mengelilingi dunia ini bersama, mengunjungi tempat-tempat indah, mengunjungi istana impian diatas sana" katamu padaku

tetapi dinda sampai sekarang kita tidak pernah menjadi sepasang burung seperti yang kau inginkan, kita tetap menjadi manusia biasa seperti yang lainnya dulu aku tidak pernah benar - benar mengerti mengapa kau ingin jadi burung sampai suatu hari setelah kita beranjak dewasa aku temukan jawabannya.

10 tahun berlalu dan di sebuah jembatan pada waktu maghrib ku jumpai kau sedang diam berdiri menatap deras air sungai, kuhampiri engkau dinda dengan perasaan senang yang tiada terkira setelah berpisah berpuluh tahun lamanya, namun kau hanya tersenyum kecil dan dingin menyambutku, aku memang selalu berusaha tersenyum memandangmu, karena wajahmu selalu membuat hariku cerah, wajahmu selalu memberikanku sebuah keyakinan dan harapan akan sebuah kebahagiaan, segala tentangmu selalu menjadi hari-hariku. Tapi disaat itu engkau tampak pucat sekali..

"ka, masih ingatkah dulu kita pernah berdo'a di kebun jagung ayahku?" tanyamu

"tentu dinda, kakak selalu ingat, ka tidak mungkin lupa" jawabku  tersenyum

Kemudian kau sedikit menaiki pagar jembatan itu, tanganmu bergetar

"menurut kakak bisa ga dinda sekarang jadi burung, dinda ingin terbang ..."
Aku terdiam mendengarnya
Segera aku menduga sesuatu yang tidak baik akan kamu

"apa maksud dinda??"
Lalu kau terdiam cukup lama, pandanganmu kosong entah kemana cahayamu telah hilang, engkau seperti seorang yang tersesat tidak tahu jalan, tidak tahu arah tujuan, beribu tanya hadir di benakku

"dinda kenapa?" tanyaku

"tidak apa-apa kak, tidak ada apa-apa"

Kemudian seberkas sinar terang menerangi wajahmu dan sampai juga padaku, silau sekali lampu mobil yang menyoroti kita, lalu segera kau turun dari pagar jembatan seperti menyadari sesuatu, kau berdiri di pinggir jalan dan kau meminta sopir menghentikan mobilnya
"boleh saya numpang bang?" tanyamu dengan sopan setelah si sopir menghentikan laju mobilnya tepat di depanmu
"mau kemana dik?" si sopir mencermati dinda
"abang mau kemana?"

"abang mau ke kota"

"ya saya ikut, boleh?" tanyamu lagi

Kemudian si sopir membukakan pintu di sebelahnya "ayo naik!" ajak nya
Tanpa ragu kau pun beranjak menaiki mobil itu

"dinda mau kemana?" tanyaku cemas sekali
Kemudian Kau menatapku dan memberiku sebuah senyuman sebelum menaiki mobil

"jangan cemas kak, dinda akan baik-baik saja"
Dan mobilpun melaju kembali, kau melambaikan tangan padaku

Setelah itu tinggal aku sendiri yang kebingungan, kau pergi begitu saja tanpa penjelasan yang berarti, kau seperti ingin menjauh dariku Beribu pertanyaan hadir dan tidak terjawab hingga ku cari tahu tentang engkau pada orang-orang terdekatmu, karena kita berpisah dulu ketika masih kecil, tentu aku tidak tahu apa-apa tentang kamu, hanya tahu kau adalah teman mainku, teman masa kecilku dimana setiap hari kita selalu bermain kejar-kejaran bersama teman kita yang lainnya hanya itu memori yang tersimpan dalam ingatanku dinda.

Dan sekarang aku kembali, aku ingin mengulang kembali masa-masa dulu, masa dimana kita tidak pernah tahu betapa kerasnya hidup, betapa kejamnya nasib dan betapa kacau nya nilai-nilai kemanusiaan yang kita tahu adalah keindahan, keceriaan dan senyuman menyambut terbitnya mentari pada pagi hari, tetapi engkau kini bukan kau yang dulu lagi,  ternyata begitu cepat semuanya berubah..

Dinda, Ternyata hidupmu tidak bahagia, kau kerap dirundung nestapa, ibumu telah meninggal dunia ketika kau masih duduk di bangku sekolah dan ayahmu setelah kepergian ibumu bukan lagi seorang ayah yang baik, dia menjadi seorang pemabuk dan suka main judi, dia menjadi kasar terhadapmu maupun pada saudaramu yang lainnya, engkaupun dilanda kemiskinan juga kesedihan karena ayahmu yang suka main judi mempunyai banyak hutang, hingga kebun jagung  tempat kita bermain di jualnya, dan tak lama kemudian ayahmupun jatuh sakit dan meninggal dunia menyusul ibumu, satu persatu orang-orang yang kau sayang, orang-orang tempatmu bergantung meninggalkan engkau yang masih membutuhkan mereka, engkaupun tak sanggup lagi melanjutkan sekolahmu, seperti saudaramu yang lainnya kau mulai mencari uang sendiri untuk biaya hidup dalam usia yang sangat muda sekali,  Masa kecilmu yang bahagia terampas dan tak kau temukan lagi masa-masa indah bersamaku, karena aku juga pergi meninggalkanmu karena orang tuaku pindah rumah.

Aku sangat sedih mendengarnya dinda, andai aku ada ketika itu, aku pasti akan selalu ada untukmu, berbagi suka dan duka bersama meski dalam materi aku tidak bisa
Ku dengar pula dari mereka, bahwa engkau sekarang telah menjual diri untuk membiayai  sekolah adik-adikmu, aku sangat terpukul sekali mendengarnya, tapi aku baru mendengar saja dari orang-orang, aku tidak percaya sepenuhnya, bisa saja mereka hanya menduga-duga karena engkau yang jarang pulang ke rumah atau terkadang pulang larut malam juga bisa saja mereka hanya iri padamu dinda, aku tidak percaya bila aku tidak melihatnya sendiri

Dan pada suatu malam di sebuah kelab dipinggiran kota aku melihatmu bernyanyi di atas panggung disaksikan para pemuda maupun yang sudah tua-tua, mereka saling bersorak gembira melihat penampilanmu, mereka berteriak-teriak mengucapkan kata-kata kotor,  ada rasa gembira tentu saja karena aku masih ingat dulu kau mengatakan padaku kalau kau ingin jadi seorang penyanyi, engkau sangat senang menyanyi bersamaku dulu dan kini  cita-cita mu untuk menjadi seorang penyanyi terwujud namun aku sedih dan sangat sedih karena kau bernyanyi tanpa busana aku sangat terpukul melihatnya, kau telanjang disaksikan laki-laki yang penuh nafsu..

Akupun segera pergi dari kelab itu, aku menangis sendirian di pinggir jalan, harapanku telah hilang, kesayanganku telah terbuang, aku meratapi kenyataan diri yang tak bisa berbuat apa-apa lagi, aku tidak tahu harus berbuat apa, ketika aku sampai di rumah aku langsung membaringkan tubuhku yang terasa berat, kemudian aku teringat akan sesuatu kubuka dompetku di dalamnya terselip foto ukuran kecil, foto dirimu yang sedang tersenyum, aku ikut tersenyum melihatnya dan sekali lagi air mataku tidak tertahankan, ia mengalir dengan deras.



















Continue reading →

(Sebuah Rahasia) Energi Semesta

2 komentar



Malam ini tidak seperti malam-malam sebelumnya, terasa lebih dingin dan menyeramkan, aku sedang duduk menghadap komputerku sambil mengetikan sebuah cerita tentang seseorang, aku suka menulis cerita berupa cerpen lalu aku postingkan di blog, menulis memang kegemaranku dan aku ingin menyalurkan hobi tulis menulis di blog kurasa blog adalah media yang tepat dalam era digital seperti sekarang.

Cerita andalanku dan kesukaanku adalah cerita tentang seorang perempuan bernama dinda, seorang perempuan muda yang pintar dan cantik, seorang periang dan kekanak-kanakan, pada umumnya dia kugambarkan sebagai seorang perempuan yang manja dan sangat membutuhkan cinta serta kasih sayang dari orang-orang terdekatnya  terkadang menjadi perempuan nakal dan terkadang menjadi perempuan sholehah tergantung kondisi psikologis yang aku alami.

Tiba-tiba ada perasaan aneh menyelimutiku, aku merasa ada yang hadir di belakangku, bulu kudukku merinding meski sangat  takut tetapi aku mencoba untuk menengok ke belakang juga, dan sekonyong-konyong aku melihat bayangan putih seperti asap kemudian mewujud semakin jelas dan akhirnya menjelma menjadi seorang wanita muda yang cantik dalam waktu yang cepat, tidak lain penampilan dan wajahnya persis sama seperti yang selalu aku gambarkan sebagai dinda, aku gemetar dan sangat syok. aku sangat takut dengan seseorang dihadapanku itu, aku sulit untuk bergerak mataku tak mau lepas dari sosok itu, aneh dan takut bercampur aduk.

"selamat malam!" ucapnya sambil tersenyum

Aku mencoba untuk meyakinkan diri bahwa aku sedang berkhayal  atau aku sedang bermimpi, kucubit-cubit lenganku dan terasa sakit, beararti aku tidak sedang bermimpi!!

"kenapa cubit-cubit tangan kayak githu?" tanya nya

"kamu ini apa?" tanyaku masih dalam ketakutan

"apa?"

"kamu manusia?" tanyaku lagi meski aku yakin dia bukanlah manusia

"aku adalah energi yang kau ciptakan, aku adalah energi yang kamu sebut sebagai dinda"

"apa maksudnya itu?"

Kau tersenyum melihat tingkahku

"kita semua adalah energi, bukan begitu?"

Aku mengumpulkan segala daya pengetahuanku dengan kejadian didepan mataku ini, apa yang sedang kulihat merupakan hal yang baru terjadi dalam hidupku, dari asap menjadi sosok manusia kita semua pasti akan menyebutnya hantu, jin atau setan, dan bagi yang tidak terbiasa seperti ku pasti akan merasa ketakutan, tetapi kemudian entahlah ketakutanku sedikit menghilang mungkin karena wujudnya tidak menyeramkan malah sebaliknya, dia serupa dengan seseorang yang selalu aku bayangkan dan itu pula yang menjadikannya tanda tanya besar, kenapa dia serupa dengan apa yang kubayangkan.

"sebenarnya apa yang sedang terjadi? apa yang sedang kulihat? apakah aku sedang bermimpi?" tanya ku

"kau terlalu banyak bertanya!!" ujarnya dengan senyum kecut

"oke satu persatu!" aku merasa tidak takut lagi padanya

"aku ada sebagai perwujudan dari energi yang kau pancarkan terus menerus, hanya kau yang bisa melihatku"

"apa kamu hantu?"

dia hanya tersenyum saja
"lalu kau sedang melihat ku ada" lanjutnya "dan kau tidak sedang bermimpi, karena di dalam kehidupan ini tidak ada yang namanya mimpi ataupun kenyataan"

"oke, jelaskan semuanya padaku nona misterius!"

"nona misterius hahaha oke aku suka itu" katanya sambil tertawa

Kemudian dia melanjutkan
"ketahuilah kakak bahwa apa yang kita lihat adalah apa yang kita pikirkan, kita sebenarnya hidup di dalam pikiran"

"aku belum mengerti"

"apa yang kita lihat sekarang merupakan energi, yang terlihat oleh mata adalah energi yang berbentuk padat seperti aku sekarang memadatkan diri, yang sebelumnya tidak dapat kau lihat dengan mata hanya dalam kepalamu saja, komputer yang kau pakai itu juga merupakan energi yang berbentuk padat tidak seperti udara yang kita hirup, dia energi yang tidak berbentuk padat, begitupun dengan pikiran kita, pikiran apapun atau perasaan apapun semuanya membentuk suatu energi namun tidak dapat kita lihat!"

"kata-kata mu baru pertama kali aku dengar, jadi kita semua ini adalah energi, apakah energi kita sama?"

"ya sama, energi hanya ada satu dia tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan, energi sudah ada sejak dulu dan akan selalu ada"

"jadi.. Perwujudanmu ini adalah hasil dari imajinasiku, karena imajinasiku membentuk suatu energi, dan energi itu membentuk dirimu"

"ya, tetapi aku hanya bisa kau lihat dan kau rasakan saja, orang lain tidak akan merasakan kehadiran diriku, karena kau yang memancarkan energi itu sedang orang lain tidak"

"berarti sebenarnya aku berbicara dengan imajinasiku sendiri, jika orang lain melihatnya aku pasti disangka gila"

"kau tidak gila!" katanya sambil tersenyum memandangku, pandangan yang jernih dan aku menyadari bahwa dia tidak sepadat diriku, terlihat dia begitu ringan sekali

"lalu apa?" tanyaku, aku jadi merasa takut dengan diriku sendiri

"kau hanya seseorang yang penuh dengan imajinasi karena kau merasa kekurangan, kau selalu memikirkan ini dan itu, dan aku datang untuk menolongmu"

"menolong apa?"

"menolong untuk mewujudkan apa yang kau inginkan?"

Aku tertegun sejenak, aku jadi teringat dengan aladin dan lampu ajaibnya, apakah dia seperti jin yang diceritakan dalam kisah aladin yang dapat mengabulkan segala permintaan?

"jadi kau mengabdi padaku, dan akan mengabulkan segala keinginan ku?" tanyaku agak ragu

"bukan aku, tapi semesta!" jawabnya dengan yakin

"siapa itu semesta?"

"dia adalah hukum kekekalan energi, pusat semua energi, dia adalah pencipta"

"maksudmu tuhan?"

"kakak boleh menyebutnya apa saja!"

"ok, jadi kau tidak mau membicarakan agama, tapi beri aku penjelasan tentang semesta"

"semesta itu menarik apa yang kita rasakan, dia memberikan sesuatu yang kita rasakan, aku adalah ciptaan imajinasimu karena kau memancarkan energi ke semesta dan semesta meresponnya dengan mendatangkan diriku"

"oh kalau begitu kita bisa memiliki apa yang kita inginkan donk?"

"ya, tetapi ada caranya!"

"katakan padaku caranya" aku begitu antusias

"sebelum aku katakan caranya pikirkan dulu kenapa aku ada dihadapanmu dan hanya kau yang bisa melihatku?"

"karena aku memancarkan energi tentang dirimu dalam ceritaku, aku rasa itu seperti yang kau katakan padaku tadi, bukankah?"

"memang, tetapi apakah aku tampak nyata bagimu, jika ada orang lain yang melihat kau akan seperti orang gila yang berbicara sendiri"

Aku mulai berpikir dalam-dalam
"aku tidak tahu" kataku menyerah

"aku tidak akan menjadi nyata bagimu karena kau tidak merasakan kehadiranku, kau hanya menjadikanku tokoh dalam ceritamu, kau menganggapku tidak ada, perasaanmu mengatakan bahwa aku adalah hayalanmu maka aku akan tetap menjadi hayalanmu selamanya"

"untuk membuatmu menjadi nyata apa yang harus aku lakukan?"

Kau tersenyum padaku
"renungkanlah dulu kata-kata ku, kau akan temukan sendiri jawabannya di hatimu, aku akan datang lagi dan aku pergi dulu sekarang...." bersamaan dengan itu kau perlahan memudar dan akhirnya menghilang.

Aku seperti terbangun dari mimpi, tetapi tadi seperti nyata seorang wanita ya seorang wanita dalam hayalanku yang memberitahukan ku sebuah rahasia kehidupan.
Dia bilang aku akan menemukan jawabannya lewat hatiku sendiri, dan aku akan mulai berpikir.

Bersambung.











Continue reading →

Dia Terus Menangis

0 komentar



Reni masih menangis sejak tadi, air matanya terus dikurasnya dan belum kering, kurasa menyesal sekarang tiada gunanya sama sekali penyesalan yang tiada berarti, nasi kini telah jadi bubur dan baginya tiada jalan lain selain menghadapi hari-hari ke depan yang berbeda dengan harapannya dan menerima apa yang telah terjadi, tiada yang lebih baik dilakukan selain bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat dan posisiku sekarang sebagai teman baiknya seperti orang linglung saja tidak tahu harus apa.
Kuperhatikan reni dalam-dalam membuatku sadar dalam keadaan apapun dia dan seburuk apapun dia, dia tetap teman baikku, dia tetap seorang reni yang kukenal teatapi sayang sekali dia yang lugu, polos dan tak lupa cantik ini sekarang sudah tidak mempunyai harapan lagi, cita-citanya terpaksa terbuang karena mahkota nya telah  hilang oleh temannya sendiri, kini hanya dengan air mata dia berbicara mengeluarkan isi hati yang kacau disisiku

Serak parau disela-sela tangisnya sangat membuatku iba dan trsentuh, aku hanya bisa diam aku sudah kehabisan kata-kata atau aku tidak tahu harus berkata apa

Angin berhembus kencang hingga rambutnya terurai, dingin malam seakan tiada dirasanya padahal aku hampir memakai tiga lapis sweater aku memang tidak suka dingin. Dan anehnya pada musim kemarau seperti ini bulan tiada menampakan diri, aku hanya melihat bintang - bintang redup yang kerlap-kerlip nun jauh diatas sana, pikiranku sendiri mulai tidak menentu

Malam itu diteras depan rumahku reni menceritakan semua yang menimpa dirinya, awalnya dia sempat ragu-ragu tapi itu membuatku penasaran dan kudesak dia hingga terbuka semuanya, aku sangat terkejut tentu saja, karena teman yang sangat dekat denganku dan yang sangat akrab denganku kini menjadi orang lain bagiku, seorang teman buatku adalah dia yang satu hati, sependirian dan sepengertian, aku seorang yang dididik sejak kecil dengan agama yang kental karena aku lahir dari keluarga yang kental agamanya tentu tidak bisa membenarkan apapun alasan perzinaan yang dilakukan reni, dia sungguh sangat mengecewakanku apalagi ketika dia mengaku tengah hamil, sungguh perasaanku hancur, aku memang sering dengar orang lain hamil diluar nikah tapi aku tidak terlalu peduli apa yang terjadi pada mereka tapi sekarng temanku sendiri yang melakukan hal seperti itu, 

"Kenapa ren ?. Apa reni lupa kita sekolah dimana, kita dididik bagaimana?" tanyaku
Reni hanya menggeleng pelan dan tetap terisak - isak
"Reni ingat saat kita bersenang-senang dulu di sungai, reni tahu kenapa aku pulang?"
"Reni terbawa suasana rus, maafin reni"

Beban, akhirnya ini semua menjadi beban bagiku karena walau bagaimanapun setidaknya aku harus tetap memberinya sedikit pertolongan meski hati ku enggan mengulurkan tangan pada seorang yang telah sangat mengecewakan aku, tapi aku tidak bisa diam dan terus menyalahkannya karena semua telah terjadi aku sendiri harus menerima kekecewaan ini, dalam isak tangisnya yang menyayat itu aku teringat kembali saat-saat liburan 3 bulan yang lalu bersamanya dan teman-teman.

3 bulan yang lalu

Hari minggu yang cerah, dan sangat istimewa tentu saja karena ini hari libur sekolah tentunya harus dihabiskan dengan bersenang-senang, aku reni dan teman2 yang lain pergi mengunjungi rumah teman sekelas kami si dewi di cianjur, sekedar untuk berlibur karena kesibukan sekolah di hari-hari biasa, di cianjur si dewi menyambut kami dengan gembira, kami semua di jamu dengan baik olehnya, setelah beberapa lama ngobrol-ngobrol yang ringan antar teman akhirnya si dewi mengajak kami ke kebun miliknya, tentu saja tawaran itu tidak bisa ditolak, jiwa remaja seperti aku dan yang lainnya selalu ingin sesuatu yang menarik dan jiwa bertualang, sesampainya di kebun yang dimaksud aku melihat banyak sekali buah-buahan yang ditanam ayahnya di situ dan berbuah, kami boleh memetik dan memakannya itu cukup membuatku dan teman-temn terhibur, belum lagi suasananya yang nyaman sejuk dan indah berlibur ke rumah teman di kampung adlah pilian yang terbaik  untuk melepaskan penat.

Setelah cukup lama bermain-main dan hari ketika itu telah siang, rasa gerah dan kotor begitu terasa sekali membuat gatal-gatal juga pada kulit, kebetulan sekali tidak jauh dari kebun ada sungai yang besar, teman-temanku ingin mandi di situ dan si dewi pun mengajak kami semua mandi,
Sungai itu memang cukup besar dan kelihatan dalam, kuurungkan untuk mandi di tengah karena aku tidak pandai berenang takut tenggelam tentunya
Serentak reni, dan si dewi terjun ke sungai itu dengan pakaian yang masih bisa menutup aurat mereka, sedangkan yang laki-lakinya aku, indra dan si jecki diam dulu di tepi sungai, kami bertiga agak ragu-ragu untuk mandi bersama mereka, kami bertiga akhirnya mandi agak berjauhan.

Kulihat mereka begitu senangnya, tertawa tawa dan saling bermain dengan ceria, sesekali kudengar jeritan-jeritan genit, yang laki-lakinya aku dan si jeki juga si indra hanya ngobrol-ngobrol santai saja, dingin nya air membuat gerah serasa plong, segar air nya membuatku nyaman diseluruh badan, beberapa saat kemudian reni melambaikan tangannya kepadaku dengan mesra, dengan senyumnya yang khas yang bisa membuat laki-laki manapun lupa diri, tapi aku tidak lupa diri karena sudah terbiasa tentunya, aku balas tersenyum saja dan tidak berniat untuk menghampirinya

"rus sini donk bareng sama aku, masa disitu!" teriak reni sambil melambaikan tangannya dengan mesra, entah kenapa dia jadi aneh begitu

"jek, dra ayo kemari" lanjutnya lagi
Kemudian dewi pun ikut-ikutan mengajak kami gabung, lalu entah setan apa yang merasuki kedua gadis itu mereka sama-sama membuka baju bagian atas nya, tentu saja mengejut kan kami bertiga, tidak pernah aku menyangka mereka bisa berbuat seperti itu, tidak pernah terlintas sedikitpun dalam benakku sebelmunya tapi aku tidak sedang bermimpi,
Beberapa saat kami diam saja, tidak tahu harus bagaimana menanggapi para gadis itu

"rus ke sana yuk!" ajak si jecki di sampingku tapi terdengar ragu-ragu
Si indra melongo, lalu kami saling berpandangan

"wah kesempatan nih jek, rus ayo ke sana yuk, asyik ni!" si indra menimpali ajakan si jecki

Aku jadi galau, aku tidak terbiasa dengan suasana seperti itu, memang nafsuku ingin segera menghampiri mereka dan bersenang-senang bersama tapi itu kelewatan sungguh tidak wajar sebagai para siswa madrasah aliah (SMA)  yang berbasic agama islam, kurasa mereka berdua mengerti apa yang kupikirkan
"kita tahu ni dosa, tapi kita tobat aja stlh ini gampang kan"
Sejenak kumerenung mendengar usul si jecki, kalau dipikir sepintas saja memang apa salahnya toh kita bisa bertaubat kalau itu memang dosa

"Aduh jangan kelamaan mikirnya, kita ini mumpung masih muda coy, ayo cabut!" timpal si indra
Kemudian benteng keimananku pun akhirnya roboh, meski ragu-ragu akupun mengangguk setuju

"Ku rasa apa salahnya kita bersenang-senang"

Lalu perlahan tapi pasti dan meski ragu-ragu kami bertiga berenang ke arah mereka, dan kulihat disana reni teman dekatku tersenyum, darahku serasa naik ketika semakin dekat semakin jelas lekuk-lekuk indah tubuhnya yang putih mulus yang pasti bisa membuat seorang laki-laki lupa diri

"Githu donk.." seru dewi setelah kami merapat
Beberapa saat aku, si indra dan si jecki merasa risih dan canggung melihat tubuh telanjang mereka, hanya diam dan masih jaga jarak

"Kalian koq diem aja sich.." goda reni kemudian yang membuat kami malu
Terus terang aku dilanda demam suasana, badanku panas dingin tidak terbiasa dengan perasaan yang melanda saat itu dan lebih menjadi bila reni memandangku, reni adalah perempuan tercantik di sekolahku
aku juga bisa menduga kalau si indra dan si jecki mengalami hal yang sama sepertiku, terlihat dari raut wajah mereka yang sama-sama tegang.

"Disini banyak orang ngga?" tanya si indra dengan tersenyum menghilangkan kebekuan

"Tenang aja jam segini belum ada orang, apalagi di sungai ini jarang ada orang lewat" jawab dewi yang tentu sangat tahu kondisi kampungnya
Naluri alami laki-laki kemudian keluar, kami layaknya  seekor harimau yang ditawari daging segar kemudian setelah itu si indra dan si jecki melakukan sesuatu yang sangat tidak pantas dan terjadilah disitu sebuah kebebasan yang sudah keluar batasnya

Beruntung aku sendiri tidak mempunyai pasangan, jadinya segera aku menghindar ketika mereka asyik melakukakan sesuatu yang tidak bisa aku gambarkan, memang inginnya aku ikut bersenang-senang dan melakukan hal-hal yang dianggap normal walau terlarang tetapi tubuhku malah menolaknya aku serasa digerakan oleh kekuatan aneh dalam diriku padahal sungguh nafsu birahiku naik serasa tidak tertahan waktu itu tetapi kakiku malah melangkah menjauh dari drama di sungai itu, dan setelah aku jauh dari mereka aku tidak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya dan merekapun tidak peduli aku kemana, aku langsung pulang ke rumah sendirian mendahului mereka yang tengah asik bersenang-senang.

***

"Sekarang apa rencana reni selanjutnya?" tanyaku

"Nggak tahu reni hanya bisa pasrah, tadinya reni ingin menggugurkan kandungan ini   tapi reni takut dan tidak berani membunuh anak dalam kandungan ini..."

"Jangan ren, jangan dibunuh anak itu,.."
" Sudah jalan berapa bulan?" lanjutku

"Tiga sekarang"

"Siapa saja orang yang sudah tahu tentang ini ?"

"Hanya kita... yang ikut ke rumahnya si dewi juga" jawabnya

Aku menatapnya "tidak ada lagi?"

Kau menggeleng pelan " Tidak ada lagi"

Memang akan terasa sulit, kutahu dia akan sulit untuk melangkah mengambil keputusan, keputusan yang terbaikpun tetap akan menghancurkan kehidupannya, masa depannya juga, meski ada satu cara biadab: menggugurkan kandungan itu dan bila berhasil, sudah masalah selesai tetapi juga tidak semudah itu, ongkosnya pun sangat mahal, dan alasan moral tentu dia tidak mau membunuh, bayi yang berusia tiga bulan sudah bernyawa, menggugurkan sama dengan membunuh manusia.

Reni mulai menyeka air matanya yang terus keluar, dan memandang kosong ke depan ke masa depan yang tak tentu, akupun terbawa suasana dan berfikir keras tentng sebuah jalan terbaik yang bisa ditempuh, yang terbaik yang bisa diharapkan.

Bersambung....












Continue reading →

Labels