Reni masih menangis sejak tadi, air matanya
terus dikurasnya dan belum kering, kurasa menyesal sekarang tiada gunanya sama
sekali penyesalan yang tiada berarti, nasi kini telah jadi bubur dan baginya
tiada jalan lain selain menghadapi hari-hari ke depan yang berbeda dengan
harapannya dan menerima apa yang telah terjadi, tiada yang lebih baik dilakukan
selain bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat dan posisiku sekarang
sebagai teman baiknya seperti orang linglung saja tidak tahu harus apa.
Kuperhatikan reni dalam-dalam membuatku
sadar dalam keadaan apapun dia dan seburuk apapun dia, dia tetap teman baikku,
dia tetap seorang reni yang kukenal teatapi sayang sekali dia yang lugu, polos
dan tak lupa cantik ini sekarang sudah tidak mempunyai harapan lagi,
cita-citanya terpaksa terbuang karena mahkota nya telah hilang oleh temannya sendiri, kini hanya
dengan air mata dia berbicara mengeluarkan isi hati yang kacau disisiku
Serak parau disela-sela tangisnya sangat
membuatku iba dan trsentuh, aku hanya bisa diam aku sudah kehabisan kata-kata
atau aku tidak tahu harus berkata apa
Angin berhembus kencang hingga rambutnya
terurai, dingin malam seakan tiada dirasanya padahal aku hampir memakai tiga
lapis sweater aku memang tidak suka dingin. Dan anehnya pada musim kemarau
seperti ini bulan tiada menampakan diri, aku hanya melihat bintang - bintang
redup yang kerlap-kerlip nun jauh diatas sana, pikiranku sendiri mulai tidak
menentu
Malam itu diteras depan rumahku reni
menceritakan semua yang menimpa dirinya, awalnya dia sempat ragu-ragu tapi itu
membuatku penasaran dan kudesak dia hingga terbuka semuanya, aku sangat
terkejut tentu saja, karena teman yang sangat dekat denganku dan yang sangat
akrab denganku kini menjadi orang lain bagiku, seorang teman buatku adalah dia
yang satu hati, sependirian dan sepengertian, aku seorang yang dididik sejak
kecil dengan agama yang kental karena aku lahir dari keluarga yang kental
agamanya tentu tidak bisa membenarkan apapun alasan perzinaan yang dilakukan
reni, dia sungguh sangat mengecewakanku apalagi ketika dia mengaku tengah
hamil, sungguh perasaanku hancur, aku memang sering dengar orang lain hamil
diluar nikah tapi aku tidak terlalu peduli apa yang terjadi pada mereka tapi
sekarng temanku sendiri yang melakukan hal seperti itu,
"Kenapa ren ?. Apa reni lupa kita
sekolah dimana, kita dididik bagaimana?" tanyaku
Reni hanya menggeleng pelan dan tetap
terisak - isak
"Reni ingat saat kita bersenang-senang
dulu di sungai, reni tahu kenapa aku pulang?"
"Reni terbawa suasana rus, maafin
reni"
Beban, akhirnya ini semua menjadi beban
bagiku karena walau bagaimanapun setidaknya aku harus tetap memberinya sedikit
pertolongan meski hati ku enggan mengulurkan tangan pada seorang yang telah
sangat mengecewakan aku, tapi aku tidak bisa diam dan terus menyalahkannya
karena semua telah terjadi aku sendiri harus menerima kekecewaan ini, dalam
isak tangisnya yang menyayat itu aku teringat kembali saat-saat liburan 3 bulan
yang lalu bersamanya dan teman-teman.
3 bulan yang lalu
Hari minggu yang cerah, dan sangat istimewa
tentu saja karena ini hari libur sekolah tentunya harus dihabiskan dengan
bersenang-senang, aku reni dan teman2 yang lain pergi mengunjungi rumah teman
sekelas kami si dewi di cianjur, sekedar untuk berlibur karena kesibukan
sekolah di hari-hari biasa, di cianjur si dewi menyambut kami dengan gembira,
kami semua di jamu dengan baik olehnya, setelah beberapa lama ngobrol-ngobrol
yang ringan antar teman akhirnya si dewi mengajak kami ke kebun miliknya, tentu
saja tawaran itu tidak bisa ditolak, jiwa remaja seperti aku dan yang lainnya
selalu ingin sesuatu yang menarik dan jiwa bertualang, sesampainya di kebun
yang dimaksud aku melihat banyak sekali buah-buahan yang ditanam ayahnya di
situ dan berbuah, kami boleh memetik dan memakannya itu cukup membuatku dan
teman-temn terhibur, belum lagi suasananya yang nyaman sejuk dan indah berlibur
ke rumah teman di kampung adlah pilian yang terbaik untuk melepaskan penat.
Setelah cukup lama bermain-main dan hari
ketika itu telah siang, rasa gerah dan kotor begitu terasa sekali membuat
gatal-gatal juga pada kulit, kebetulan sekali tidak jauh dari kebun ada sungai
yang besar, teman-temanku ingin mandi di situ dan si dewi pun mengajak kami
semua mandi,
Sungai itu memang cukup besar dan kelihatan
dalam, kuurungkan untuk mandi di tengah karena aku tidak pandai berenang takut
tenggelam tentunya
Serentak reni, dan si dewi terjun ke sungai
itu dengan pakaian yang masih bisa menutup aurat mereka, sedangkan yang
laki-lakinya aku, indra dan si jecki diam dulu di tepi sungai, kami bertiga
agak ragu-ragu untuk mandi bersama mereka, kami bertiga akhirnya mandi agak
berjauhan.
Kulihat mereka begitu senangnya, tertawa
tawa dan saling bermain dengan ceria, sesekali kudengar jeritan-jeritan genit,
yang laki-lakinya aku dan si jeki juga si indra hanya ngobrol-ngobrol santai
saja, dingin nya air membuat gerah serasa plong, segar air nya membuatku nyaman
diseluruh badan, beberapa saat kemudian reni melambaikan tangannya kepadaku
dengan mesra, dengan senyumnya yang khas yang bisa membuat laki-laki manapun
lupa diri, tapi aku tidak lupa diri karena sudah terbiasa tentunya, aku balas
tersenyum saja dan tidak berniat untuk menghampirinya
"rus sini donk bareng sama aku, masa
disitu!" teriak reni sambil melambaikan tangannya dengan mesra, entah
kenapa dia jadi aneh begitu
"jek, dra ayo kemari" lanjutnya
lagi
Kemudian dewi pun ikut-ikutan mengajak kami
gabung, lalu entah setan apa yang merasuki kedua gadis itu mereka sama-sama
membuka baju bagian atas nya, tentu saja mengejut kan kami bertiga, tidak
pernah aku menyangka mereka bisa berbuat seperti itu, tidak pernah terlintas
sedikitpun dalam benakku sebelmunya tapi aku tidak sedang bermimpi,
Beberapa saat kami diam saja, tidak tahu
harus bagaimana menanggapi para gadis itu
"rus ke sana yuk!" ajak si jecki
di sampingku tapi terdengar ragu-ragu
Si indra melongo, lalu kami saling
berpandangan
"wah kesempatan nih jek, rus ayo ke
sana yuk, asyik ni!" si indra menimpali ajakan si jecki
Aku jadi galau, aku tidak terbiasa dengan
suasana seperti itu, memang nafsuku ingin segera menghampiri mereka dan
bersenang-senang bersama tapi itu kelewatan sungguh tidak wajar sebagai para
siswa madrasah aliah (SMA) yang berbasic
agama islam, kurasa mereka berdua mengerti apa yang kupikirkan
"kita tahu ni dosa, tapi kita tobat
aja stlh ini gampang kan"
Sejenak kumerenung mendengar usul si jecki,
kalau dipikir sepintas saja memang apa salahnya toh kita bisa bertaubat kalau
itu memang dosa
"Aduh jangan kelamaan mikirnya, kita
ini mumpung masih muda coy, ayo cabut!" timpal si indra
Kemudian benteng keimananku pun akhirnya
roboh, meski ragu-ragu akupun mengangguk setuju
"Ku rasa apa salahnya kita
bersenang-senang"
Lalu perlahan tapi pasti dan meski
ragu-ragu kami bertiga berenang ke arah mereka, dan kulihat disana reni teman
dekatku tersenyum, darahku serasa naik ketika semakin dekat semakin jelas
lekuk-lekuk indah tubuhnya yang putih mulus yang pasti bisa membuat seorang
laki-laki lupa diri
"Githu donk.." seru dewi setelah
kami merapat
Beberapa saat aku, si indra dan si jecki
merasa risih dan canggung melihat tubuh telanjang mereka, hanya diam dan masih
jaga jarak
"Kalian koq diem aja sich.." goda
reni kemudian yang membuat kami malu
Terus terang aku dilanda demam suasana,
badanku panas dingin tidak terbiasa dengan perasaan yang melanda saat itu dan
lebih menjadi bila reni memandangku, reni adalah perempuan tercantik di
sekolahku
aku juga bisa menduga kalau si indra dan si
jecki mengalami hal yang sama sepertiku, terlihat dari raut wajah mereka yang
sama-sama tegang.
"Disini banyak orang ngga?" tanya
si indra dengan tersenyum menghilangkan kebekuan
"Tenang aja jam segini belum ada
orang, apalagi di sungai ini jarang ada orang lewat" jawab dewi yang tentu
sangat tahu kondisi kampungnya
Naluri alami laki-laki kemudian keluar,
kami layaknya seekor harimau yang
ditawari daging segar kemudian setelah itu si indra dan si jecki melakukan
sesuatu yang sangat tidak pantas dan terjadilah disitu sebuah kebebasan yang
sudah keluar batasnya
Beruntung aku sendiri tidak mempunyai
pasangan, jadinya segera aku menghindar ketika mereka asyik melakukakan sesuatu
yang tidak bisa aku gambarkan, memang inginnya aku ikut bersenang-senang dan
melakukan hal-hal yang dianggap normal walau terlarang tetapi tubuhku malah
menolaknya aku serasa digerakan oleh kekuatan aneh dalam diriku padahal sungguh
nafsu birahiku naik serasa tidak tertahan waktu itu tetapi kakiku malah
melangkah menjauh dari drama di sungai itu, dan setelah aku jauh dari mereka
aku tidak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya dan merekapun tidak peduli aku
kemana, aku langsung pulang ke rumah sendirian mendahului mereka yang tengah
asik bersenang-senang.
***
"Sekarang apa rencana reni
selanjutnya?" tanyaku
"Nggak tahu reni hanya bisa pasrah,
tadinya reni ingin menggugurkan kandungan ini
tapi reni takut dan tidak berani membunuh anak dalam kandungan
ini..."
"Jangan ren, jangan dibunuh anak
itu,.."
" Sudah jalan berapa bulan?"
lanjutku
"Tiga sekarang"
"Siapa saja orang yang sudah tahu
tentang ini ?"
"Hanya kita... yang ikut ke rumahnya si dewi juga" jawabnya
Aku menatapnya "tidak ada lagi?"
Kau menggeleng pelan " Tidak ada
lagi"
Memang akan terasa sulit, kutahu dia akan
sulit untuk melangkah mengambil keputusan, keputusan yang terbaikpun tetap akan
menghancurkan kehidupannya, masa depannya juga, meski ada satu cara biadab:
menggugurkan kandungan itu dan bila berhasil, sudah masalah selesai tetapi juga
tidak semudah itu, ongkosnya pun sangat mahal, dan alasan moral tentu dia tidak
mau membunuh, bayi yang berusia tiga bulan sudah bernyawa, menggugurkan sama
dengan membunuh manusia.
Reni mulai menyeka air matanya yang terus
keluar, dan memandang kosong ke depan ke masa depan yang tak tentu, akupun
terbawa suasana dan berfikir keras tentng sebuah jalan terbaik yang bisa
ditempuh, yang terbaik yang bisa diharapkan.
Bersambung....