Melambatnya Sang Waktu

0 komentar



Dinda. Kau berjalan dengan anggun di sebuah jalan kecil yang tampak menghitam, angin berhembus sedikit kencang membuat daun-daun yang sudah menguning itu  berguguran membuat mereka menari di sekitar mu meliuk liuk di udara sebelum akhirnya menyentuh tanah kemudian diam dan terinjak oleh sepasang  kakimu yang elok.
kau berjalan pelan tanpa beban bersama hatimu  yang berseri seri memberikan warna pada hari sehingga awan putihpun berarak mengikutimu,  berusaha meneduhimu dari sengat mentari, mengikuti langkah sepasang kaki  yang indah sedang berjalan menyusuri jalanan kecil layaknya sebuah  tarian, langit yang membirupun memberikan kecerahan pada alam, memberikan ketenangan. Baju mu yang merah terang sekilas menyilaukan pandanganku karena mentari menyinari sekitaran wajahmu membuat matamu menyipit karena teriknya namun tatapanmu tetaplah teduh.

Aku di sini duduk di sebuah bangku taman melihatmu disana, di jalan mu sendiri  berjalan pelan dengan rambutmu yang selalu tampak tergerai halus, raut wajahmu selalu tampak merona menyejukan hati dan meluluhkannya..  Indah nian memandangmu beserta daun-daun yang menguning  bertebaran tertiup angin membuatku tidak merasa di sini maupun di sana, karena aku merasakan keduanya.
Setiap hari kau selalu berjalan melewati jalanan ini, melewati jiwaku yang terduduk di sini menantimu untuk menyaksikan pemandangan paling indah di dunia yang tak akan ku temukan dimanapun selain di sini, di tempat ini dan saat ini karena keindahan dan kebahagiaan tidak terdapat diluar sana melainkan di dalam.

kemudian tiba-tiba saja aku sudah tidak berada di bangku taman yang kududuki,  yang aku sadari aku telah berjalan, berjalan di sampingmu.. Ya aku berjalan di sampingmu dan kau tersenyum, senyum yg akan membuat ku lupa kepada hal lain, senyum yang akan melambatkan sang waktu dari perputarannya, senyum yang akan menciptakan kedamaian bagi mereka yang bertengkar.

Kita berbincang tentang hari hari yang kita lalui, kita melemparkan batu ke danau sambil memanjatkan harapan, kau membawaku berlari menaklukan waktu

"dinda, apakah kita bisa memutar waktu?" tanyaku
"tidak, tapi kita bisa mengulanginya lagi sesuatu yang sudah terjadi biarlah terjadi.." jawabmu dengan tersenyum
"bangkitlah kakak, jalani hari ini dengan sebaiknya hari jalani apa adanya, kebahagiaan tidak ada di sana dan tidak di mana mana, melainkan di sini.." lanjutmu melihat kediamanku
Akupun mengerti

Kita berpegangan tangan, aku menemanimu berjalan menyusuri jalanan  kehidupan yang terkadang terjal, namun kita tetap harus melewatinya demi sampai pada tujuan dan kuceritakan padamu tentang hidupku, tentang cintaku dan tentang harapanku, kau menanggapinya dengan senyuman yang menyejukan jiwa dan kedamaian hati yang membuatku nyaman
Aku bercerita banyak tentang hari hariku, sesekali kau meneruskan nya dengan cerita tentang mu, namun kau tak banyak bicara, kau lebih banyak diam dalam keanggunanmu, sesekali kita berhenti dan melepas lelah atau hanya memandangi pepohonan yang tinggi, dedaunan yang bergoyang tertiup angin dan merasakan sejuknya dalam kediaman kita masing masing dan masih kita menyusuri jalanan kecil sedang aku tidak tahu kemana kaki ini akan melangkah

"berjalanlah terus kakak, banyak hal yang akan kita temui di depan" katamu
"apa itu?"
"dinda tidak tahu dan kita tidak perlu tahu"
"kenapa?"
"keingintahuan hanya akan membuat kita khawatir bukan? Kau balik bertanya sambil memandangku
"tapi kita selalu ingin tahu"
Kau tersenyum menanggapinya
"kalau begitu kembalilah" katamu kemudian

Dan entah bagaimana, aku masih duduk di bangku taman yang tadi segera aku mengumpulkan kesadaranku dan kulihat di depan sana kau berjalan dengan tenangnya diiringi guguran daun daun dari pohon, masih tetap sama kau masih berjalan dengan anggun namun tanpa melihat kearahku dan kaupun berlalu.









Leave a Reply

Labels