Dinda.
Kau berjalan dengan anggun di sebuah jalan kecil yang tampak menghitam, angin
berhembus sedikit kencang membuat daun-daun yang sudah menguning itu berguguran membuat mereka menari di sekitar
mu meliuk liuk di udara sebelum akhirnya menyentuh tanah kemudian diam dan
terinjak oleh sepasang kakimu yang elok.
kau
berjalan pelan tanpa beban bersama hatimu
yang berseri seri memberikan warna pada hari sehingga awan putihpun
berarak mengikutimu, berusaha meneduhimu
dari sengat mentari, mengikuti langkah sepasang kaki yang indah sedang berjalan menyusuri jalanan
kecil layaknya sebuah tarian, langit
yang membirupun memberikan kecerahan pada alam, memberikan ketenangan. Baju mu
yang merah terang sekilas menyilaukan pandanganku karena mentari menyinari
sekitaran wajahmu membuat matamu menyipit karena teriknya namun tatapanmu
tetaplah teduh.
Aku
di sini duduk di sebuah bangku taman melihatmu disana, di jalan mu sendiri berjalan pelan dengan rambutmu yang selalu
tampak tergerai halus, raut wajahmu selalu tampak merona menyejukan hati dan
meluluhkannya.. Indah nian memandangmu
beserta daun-daun yang menguning
bertebaran tertiup angin membuatku tidak merasa di sini maupun di sana,
karena aku merasakan keduanya.
Setiap
hari kau selalu berjalan melewati jalanan ini, melewati jiwaku yang terduduk di
sini menantimu untuk menyaksikan pemandangan paling indah di dunia yang tak
akan ku temukan dimanapun selain di sini, di tempat ini dan saat ini karena
keindahan dan kebahagiaan tidak terdapat diluar sana melainkan di dalam.
kemudian
tiba-tiba saja aku sudah tidak berada di bangku taman yang kududuki, yang aku sadari aku telah berjalan, berjalan
di sampingmu.. Ya aku berjalan di sampingmu dan kau tersenyum, senyum yg akan
membuat ku lupa kepada hal lain, senyum yang akan melambatkan sang waktu dari
perputarannya, senyum yang akan menciptakan kedamaian bagi mereka yang
bertengkar.
Kita
berbincang tentang hari hari yang kita lalui, kita melemparkan batu ke danau
sambil memanjatkan harapan, kau membawaku berlari menaklukan waktu
"dinda,
apakah kita bisa memutar waktu?" tanyaku
"tidak,
tapi kita bisa mengulanginya lagi sesuatu yang sudah terjadi biarlah
terjadi.." jawabmu dengan tersenyum
"bangkitlah
kakak, jalani hari ini dengan sebaiknya hari jalani apa adanya, kebahagiaan
tidak ada di sana dan tidak di mana mana, melainkan di sini.." lanjutmu
melihat kediamanku
Akupun
mengerti
Kita
berpegangan tangan, aku menemanimu berjalan menyusuri jalanan kehidupan yang terkadang terjal, namun kita
tetap harus melewatinya demi sampai pada tujuan dan kuceritakan padamu tentang
hidupku, tentang cintaku dan tentang harapanku, kau menanggapinya dengan
senyuman yang menyejukan jiwa dan kedamaian hati yang membuatku nyaman
Aku
bercerita banyak tentang hari hariku, sesekali kau meneruskan nya dengan cerita
tentang mu, namun kau tak banyak bicara, kau lebih banyak diam dalam
keanggunanmu, sesekali kita berhenti dan melepas lelah atau hanya memandangi
pepohonan yang tinggi, dedaunan yang bergoyang tertiup angin dan merasakan
sejuknya dalam kediaman kita masing masing dan masih kita menyusuri jalanan
kecil sedang aku tidak tahu kemana kaki ini akan melangkah
"berjalanlah
terus kakak, banyak hal yang akan kita temui di depan" katamu
"apa
itu?"
"dinda
tidak tahu dan kita tidak perlu tahu"
"kenapa?"
"keingintahuan
hanya akan membuat kita khawatir bukan? Kau balik bertanya sambil memandangku
"tapi
kita selalu ingin tahu"
Kau
tersenyum menanggapinya
"kalau
begitu kembalilah" katamu kemudian
Dan
entah bagaimana, aku masih duduk di bangku taman yang tadi segera aku
mengumpulkan kesadaranku dan kulihat di depan sana kau berjalan dengan
tenangnya diiringi guguran daun daun dari pohon, masih tetap sama kau masih
berjalan dengan anggun namun tanpa melihat kearahku dan kaupun berlalu.