Apa Itu Cinta??

0 komentar



"kak, apa itu cinta?" tanyamu setelah kita lama terdiam oleh suara dedaunan pohon mangga yang terkena tetesan air hujan dan tertiup angin malam, udara malam ini begitu dingin, hujan sejak pagi tidak berhenti pula membuatku terpenjara di sini di rumahmu, padahal biasanya sehabis maghrib aku sudah pulang
Aku menatapmu dan tersenyum
"menurut dinda? Aku balik tanya
"yey malah nanya, jawab dulu donk" katamu cemberut, dan aku suka melihatnya
"haha ok, nanti dijawab tapi kenapa nanya itu, semua orang juga tahu"
"kata siapa?"
"aku yang bilang barusan" jawabku
Dan kau jadi cemberut, sekali lagi aku suka melihatnya haha…
"ok sayang sebentar aku minum dulu" ujarku sambil mengambil gelas yang berisi jus jeruk di depanku, disana terdapat pula bermacam kue yang di suguhkan ibu mu

Kita duduk di teras depan rumah, keluarga mu asik nonton tv di dalam dan kita duduk berdua di luar sambil melihat lalu lalang kendaraan, rumahmu menghadap jalan raya hanya dibatasi pagar pendek dan sebuah pohon mangga yang pendek sehingga aktivitas di jalanan terlihat jelas, aku suka berada di sini, aku suka melihat pergerakan benda yang bergerak dan aku tidak suka melihat sesuatu yang diam, sesuatu yang diam tidak membuatku nyaman tidak membuatku merasa hidup makanya aku lebih suka disini daripada di ruang tamu, keluargamu memang sudah mempersilahkanku masuk dan sedikit memaksa agar aku di dalam saja kata mereka cuaca di luar dingin, aku mengerti tapi aku suka berada di sini melihat pergerakan..

"apa cinta punya batas waktu??, hari hari ini dinda sering membayangkan apakah dinda masih mencintai kakak suatu saat nanti jika kita ditakdirkan bersama dan hidup berumah tangga" tanyamu, kau menatap kosong ke depan
Aku tertegun mendengarnya, dan kutaruh kembali gelas yang kugenggam
"dinda memikirkan itu?" tanyaku menatapmu
"dinda melihat ada orang saling mencintai, kemudian saling membenci, lalu apakah cinta itu?" lanjutmu seperti tidak bertanya kepadaku
"hmm, bukankah sudah jelas dinda, apa yang perlu di bahas dari masalah ini?"
Kau menggeleng pelan lalu menatapku, dan kulihat di sana sesuatu yang tersembunyi, aku tidak bisa mendefinisikan arti tatapanmu padaku, yang ku tahu aku bingung
"tidak ada, kakak tidak akan mengerti"
"haha.. Dinda ini kenapa?" tanyaku tidak mengerti "baiklah aku akan katakan apa yang aku tahu tentang cinta" lanjutku
Kaupun tersenyum

"begini, jika dinda mendengar kata cinta apa yang dinda pikirkan pertama kali?"
"hmm.. Berhubungan.." jawabmu
"selain itu?" lanjutku
"menikah" jawabmu lagi

"nah aku dapatkan jawaban versi dinda, cinta berarti hubungan yang berujung pernikahan, lalu apakah orang orang yang menikah saling mencintai? Katakanlah saling mencintai dulu, tapi kenapa banyak yang selingkuh? Kita lihat di luar sana, kita lihat gaya hidup selebritis sekarang ini dan jangan jauh jauh lihatlah di sekeliling kita, dinda akan menemukannya"

"menemukan apa?" potongmu
"kenyataan, orang yang mengaku saling mencintaipun bisa berhianat satu sama lain, jadi cinta bukan soal berhubungan"
Kau mengganti gaya dudukmu dan tampaknya kau serius mendengarku padahal aku kurang yakin dengan yang kukatakan sebenarnya
"jadi cinta yang sebenarnya sangat dalam maknanya bukan soal cinta adalah hubungan dua insan yang saling peduli dan menjalin ikatan pernikahan.." sampai disini aku jadi bingung dengan yang kukatakan dan aku mencari kata-kata yang pas dan tepat sesuai versi yang kutahu tentang cinta
Kau tampak menunggu kelanjutanku
"hmm.. Jelasnya yang berkaitan dengan menjalin hubungan itu bukan cinta tapi ego rasa ingin memliki" lanjutku
"jadi hubungan kita ini bukan cinta?' tanyamu agak dingin
"aku masih memiliki ego itu dan aku menginginkan serta membutuhkannya, jadi aku ingin memiliki dinda, aku ingin kita menjalin hubungan atas nama cinta" jawabku meyakinkanmu
"kakak belum mengatakan apa itu cinta" katamu kemudian
"memang dan ini… sesuatu yang agak rumit dimengerti namun pada akhirnya kita kembali ke kesimpulan awal yang lebih masuk akal"
Kau mengernyitkan dahi
"kakak ngomong apa sich?" tanyamu
Lalu terdengar suara langkah kaki dari dalam rumah menuju ke luar, sesaat kemudian tampak bu ratih ibumu membawa 2 mangkuk bubur kacang ijo yang masih tampak asapnya. Berarti masih panas sungguh pas dengan udara dingin seperti malam ini,
"ni makan dulu, enak" kata ibumu sambil meletakannya di meja kecil depanku
"ah ibu nggak usah repot repot" kataku basa basi sambil senyum senyum
"ah kamu ini, makan aja lah" balas ibumu gemas dan menepuk pundaku
"dingin disini kenapa nggak di dalem aja padahal "
"enakan di sini seger, nggak papa koq" jelasku, "dinda juga suka di luar" aku menatap dinda
"nggak papa mah disini aja" ujarmu
"yaudah ibu masuk dulu yah, tuh dimakan mumpung masih anget" kemudian ibu mu ke dalam lagi
"mmh makan dulu yuk enak ni" ajak mu seraya mengambil mangkuknya, dan tentu saja tak akan aku tolak
Bubur kacang ijo buatan ibumu sungguh enak, mungkin juga karena suasananya yang pas atau memang enak aja bubur nya, yang jelas tubuhku jadi serasa hangat
Keluarga mu sangat baik padaku, terlebih ibu mu begitu perhatian padaku meski hal ini menjadi sedikit beban karena ada tuntutan untuk tidak mengecewakan kamu putri satu satu nya, memang tak ada niat untuk memepermainkanmu dinda tak pernah sekalipun terlintas dalam benakku melakukan itu tapi siapa sangka jika ada hal yang tak diinginkan terjadi, kita manusia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, seperti pepatah bilang kita hanya berencana dan tuhanlah yang menentukan, dan ya aku berencana menikahimu selanjutnya membahagiakanmu, itu rencana ku itu keinginan terbesarku..

"sampai mana tadi?" tanya mu kemudian sambil menguyah

Dan dari tadi kuperhatikan gerak mulutmu, cara kamu mengunyah dan menelan tiba tiba ada rasa senang melihatnya, tiba tiba ada keinginan kuat dalam diriku untuk memberi mu makan dari hasil kerjaku dan uangku, aku suka melihatmu makan dan aku janji bila nanti kita hidup bersama dalam rumah tangga aku tidak akan membiarkan mulutmu berhenti mengunyah makanan, bukan dalam artian yang sebenarnya pastinya haha..

"mmh.. Cinta seperti bubur kacang ijo ini" jawabku
Kau tersenyum menanggapinya
"bubur ini memberi kehangatan di malam yang dingin ini, dan bubur ini tidak menuntut balasan apa-apa, cinta adalah tentang memberi, memberikan kasih sayang, perlindungan dan memberikan ketulusan"
"hakikat cinta adalah kehidupan, karena cinta dari ayah bunda kita, maka kitapun ada namun cinta bukan kehidupan jika tak saling memiliki" lanjutku
"katanya cinta tidak harus saling memiliki?' tanyamu
"benar, karena pada dasarnya cinta adalah tentang memberi, tapi jika tidak ada timbal balik maka cinta hanya sebatas cinta, tidak menghasilkan apa-apa"
"dan ingat dinda kita ini manusia bukan matahari yang hanya memberi, banyak orang yang mengumpamakan cinta seperti sinar matahari kita ini makhluk hidup yang membutuhkan satu sama lain, kata kata itu hanya sebagai pengobat hati bagi yang cintanya bertepuk sebelah tangan atau orang orang yang sok sok an bijak" lanjutku dengan serius
Lalu kaupun tersenyum
"jadi cinta seperti apa yang kakak berikan untuk dinda?"  tanyamu menggodaku
"cinta yang artinya kehidupan"
"alasannya?
"karena kakak mencintai dan memiliki dinda" jawabku singkat
Dan kau mencubitku dengan pelan, lalu ku tarik tanganmu dan kucium dan kau hanya tersenyum membiarkan tanganmu dalam genggamanku
"eh balik lagi ke pembahasan tadi,  kakak bilang orang yang mengaku saling mencintai pun bisa saling menghianati, jadi cinta seperti apa yang tidak akan saling menghianati"
"dinda, dalam hidup ini hitam dan putih akan selalu ada, tidak ada yang abadi di dunia ini dan tidak pula ada yang sempurna, jika dinda ingin tahu jawabannya adalah tidak ada dan yang mungkin bisa kakak jawab adalah cinta yang saling menghianati adalah cinta yang berasalan sedangkan cinta yang tidak akan saling menghianati adalah cinta yang tak beralasan"
"maksudnya gimana? Tanyamu
"dinda pasti mengerti maksud kakak, tapi oke lah kakak jelaskan misal dinda mencintai seseorang karena ketampanannya, kemudian suatu hari ada lelaki yang lebih tampan datang ke kehidupan dinda, sudah pasti dinda akan meninggalkan si lelaki yang sebelumnya dinda cintai, dan dinda seandainyapun dinda memiliki seorang pacar yang super  tampan sekalipun tapi ketahuilah kita ini memiliki batas rasa, kita memiliki rasa yang dinamakan bosan, seperti yang dinda tanyakan diawal tadi apakah cinta memiliki batas waktu kakak bilang bisa ya bisa juga tidak itu tergantung"
"tergantung dari apa?"
"tergantung dari jenis cinta nya, kalau cintanya bersyarat pasti memiliki batas waktu karena tak ada yang abadi, yang abadi hanyalah tuhan" jawabku

Kaupun mengangguk sambil merenungi kata kata ku
"apa alasan kakak mencitai dinda?" tanyamu kemudian, tentu mengujiku lagi dan aku tersenyum

Kemudian kukatakan padamu bahwa aku menuruti apa kata hati, hatiku tertuju padamu, hasratku ingin bersamamu, inginku menghabiskan sisa hidupku bersamamu, dan aku tidak munafik untuk mengakui aku mencintai kecantikanmu pula, dan lebih dari itu aku melihatnya lebih dari hati daripada kedua mataku, kemudian di malam itu kau rebahkan tubuhmu di pelukanku dalam dinginnya malam, kau tidak risih lagi dilihat orang-orang yang lalu lalang di depan rumahmu akupun semakin tidak peduli, karena apa peduli mereka sebenarnya kalau bukan memaksakan sesuatu yang mereka anggap benar, kenyataan nya tidak ada benar dan salah yang ada hanyalah persepsi masing-masing yang ingin dianggap benar

Malam ini aku pulang larut malam dengan sebuah janji...









Continue reading →

Kota Bunga

0 komentar



Kau tersenyum, matamu berbinar menatapku, kau tentu bahagia menjalin hubungan bersamaku yang penuh dengan canda tawa dan romansa, aku sangat bahagia saat ini, aku selalu teringat akan dirimu, segalanya tentang mu aku tahu, aku selalu ingin melihat rambut sebahu mu yg lurus berponi, lurus seperti benang kecil berjajar, entah kenapa indah rasanya...

Dan disini di pinggir danau kita menikmati sore hari, di kota bunga tempat para konglomerat berlibur atau hanya sekedar beristirahat, tadi kita sudah mengelilingi rumah-rumah mewah tak berpenghuni yang bisa kita duduki teras depan nya, yang bisa kita nikamati indah tamannya dan kita berfoto dengan background rumah-rumah bergaya eropa. Kita berdua takjub pada keindahan arsitekturnya, begitu luasnya daya imajinasi manusia, ada yang berbentuk segitiga, ada yang kotak dan ada juga yang bergaya sebuah hotel.

Dengan motor matik ku kita mengelilingi setiap jalan, kau mendekapku dari belakang terasa hangat sampai ke hati, badan ku serasa ringan karena segala penat dan pikiran-pikiran yang berkecamuk serasa hilang, tempatnya digantikan dengan keindahan hati, kenyamanan dan cinta. Perasaan seperti inilah yang selalu didamba setiap orang, perasaan seperti inilah yang membuat manusia menjadi tenang. Kita berdua bersenandung bersama melagukan getaran cinta di dada, setiap tarikan gas yang kupacu, terasa pelukanmu semakin erat, seperti tak ingin kau kehilangan diriku...

"Indah dan mewah sekali rumah-rumah disini ya kak!" katamu, ketika kita melewati sebuah rumah besar bertingkat dua
"cuman sayang ya nggak diisi" lanjutmu

Dari kaca spion motorku kulihat kau begitu terpesona dengan rumah besar betingkat dua itu, tentu akupun kagum dinda, kutahu kau berkhayal untuk tinggal di rumah itu bersamaku suatu saat nanti.

"kita akan tinggal di rumah seperti itu suatu hari nanti" kataku dengan yakin
"oh ya?" tanyamu menggodaku
"tidak ada yang tidak mungkin didunia ini, selama kita percaya!"
Kaupun tersenyum "iya, amiiin...."

kemudian kita melihat sebuah ayunan di taman depan sebuah rumah, kau menginginkannya, dan kita pun berhenti sejenak untuk menaiki sebuah ayunan itu. Kau begitu senangnya kulihat dan kita tertawa bersama meikmati saat-saat indah seperti itu yang akan selalu kita ingat sampai nanti, takkan terlupakan sampai kapanpun.

Sore hari pun tiba, aku mengajak kau ke sebuah danau, dan disini kita berdua menatap jernih nya air tampak menghijau karena dalam, ditengah ada juga orang yang sedang bermain sepeda air berbentuk angsa, namun kita tidak ingin mencobanya, karena kita hanya ingin menatapnya karena kita ingin berdua tanpa aktivitas fisik yang sudah dilakukan dari sejak pagi, kita ingin mengistirahatkan badan yang telah lelah.

"dinda tidak tahu tempat ini sebelumnya, indah ya!"  katamu dengan takjub

Aku tersenyum mendengarnya, memang indah, sengaja aku ajak kau kemari karena kau suka sekali dengan alam dan karya arsitektur, dan disini kau menemukan semuanya bersama cinta yang telah kau dapatkan.

"disini memang indah tapi bagi kakak ada yang lebih indah lagi" ujarku
"dimana kak, dinda pengen liat?"
"dihatimu...!"
"ihh, lebayyy degh!" kau tersenyum genit
"tapi itu jujur lho, bukan dibuat-buat"
"oh ya?"
"ya, tentu saja!"
"mmh, sebenarnya kalo dinda mau jujur dinda rasa ga akan seindah ini kalo nggak sama kakak.."

Aku tersanjung mendengarmu, binar matamu menatapku dan kullihat ada sebuah keyakinan di dalamnya, karena dari mata kita tahu isi hati seseorang.

"oh ya?" godaku
"nggak!"
" mmh maksud?"
"nggak bohong maksudnya..." kau melanjutkannya dengan tawa kecil dan akupun ikut tertawa

Kau merapikan rambutmu, sebenarnya dari pertama bertemu tak terhitung berapa kali kau merapikan rambut padahal sudah rapi, rambutmu lurus seperti benang berjajar dengan poni di keningmu, aku suka. Seperti menyatakan bahwa kau adalah perempuan periang, ceria dan manja, karena aku suka memanjakan seseorang yang ku sayangi, aku suka dengan anak-anak maka aku juga suka perempuan yang agak kekanak-kanakan tetapi dewasa bila menyikapi suatu hal, dan semua aku temukan pada dirimu dinda.

Hubungan yang kita jalani memang tidak selalu mulus, tapi dengan kekuatan cinta yang kita miliki kita bisa melewati jalan terjal berliku, pernah suatu hari kita akan menyerah dan ingin mengakhiri hubungan ini namun akhirnya kita tetap bertahan, ada ketergantungan satu sama lain, kita saling membutuhkan dan kita saling menyayangi, mudah-mudahan kita adalah jodoh yang telah ditakdirkan tuhan untuk kita,

Aku jadi teringat ketika pertama kali bertemu denganmu, di pusat kota sukabumi, saat itu sore hari hujan turun dengan derasnya, aku menepi mencari perlindungan dari derasnya hujan di depan sebuah mall, seperti kebanyakan lainnya  dan begitupun dengan mu, kau waktu itu kebasahan dan menghampiriku, atau aku kepedean mengira kau menghampiriku tentunya kau hanya mencari perlindungan dari derasnya hujan, kau berdiri disampingku, nafasmu tidak teratur karena berlari-lari, kau menyeka keningmu dan kau melihat kemeja putih mu telah basah, kau mendesah pelan pastinya kau merasa kesal karena kebasahan, kau bermata hitam bening, kulitmu putih khas orang asia, rambutmu di potong sebahu, lurus sepertinya kau rajin creambath atau apa aku tidak tahu, dan kau cantik sangat cantik.

Dari sekilas pandanganku itu anehnya ada rasa yang berbeda dihatiku, aku menyukaimu mungkin itulah yang disebut dengan cinta pada pandangan pertama, aku tidak mengenalmu dan aku langsung mengagumi mu tanpa sebab yang pasti yang akhirnya aku tahu itu adalah instinct atau naluri yang terpendam dalam bawah sadar manusia yang telah dijelaskan oleh ilmu psikologi, aku bisa memperhatikanmu dengan leluasa, aku berpura-pura melihat sana sini padahal aku mencuri-curi pandang pada mu dan beberapa detik kemudian mata kita saling bertemu, jantungku berdegup aku agak terkesima namun aku bisa tersenyum, aku tersenyum pada mu mengangguk tanda menyapa tak ada kata yang keluar aku hanya tersenyum, entah apa yang kau artikan dari senyum ku namun kau juga balas tersenyum dan sesaat kaupun kembali mengalihkan pandangan mu ke depan, melihat hujan yang turun dengan derasnya..

Aku merasa senang secara tiba-tiba, dari dalam hati ada dorongan yang kuat untuk menyapa  mu, namun aku tidak tahu apa yang harus dikatakan hingga keluar suara

"mau kemana?" tanyaku terasa konyol namun segera aku menguasai diri, aku masih bisa tersenyum, senyum yang tulus dari dalam hati
"pulang…" jawab mu dengan ramah, aku berangsur merasa tenang menyikapi mu serasa ada lampu hijau juga di mata ku
"mmmhh,.. Hujan ya?
Kau hanya tersenyum, semua orang juga tahu saat itu sedang hujan pikir mu mungkin.
Selanjutnya kita mengobrol ringan, aku merasa nyaman dan tidak ada sedikitpun grogi seperti yang biasa kualami jika berinterkasi dengan orang asing terlebih seorang wanita, kita hanya saling bertukar informasi ringan ketika itu dan pada akhir pembicaraan saat hujan telah reda, aku memberanikan diri meminta nomor hp mu namun sayang aku harus kecewa karena kau menolak memberikannya padaku meski dengan sopan, ya aku terima!

Hingga akhirnya aku mengerti kenapa kau tidak memberikannya padaku, karena kau tahu bahwa saat itu aku menyukaimu mungkin kau tahu dari bahasa tubuhku karena seperti yang aku baca di buku kalau wanita itu lebih peka terhadap bahasa tubuh ketika berinteraksi sehingga kau mungkin tahu perasaanku ketika itu, dan kau pun merasakan hal yang sama namun kau ingin mengujiku, kau tidak ingin kecewa karena harapan palsu , kau ingin melihat keseriusan ku pada mu kau ingin tahu apakah aku hanyalah seorang lelaki penggoda seperti kebanyakan lainnya karena kau sadar kau memang menarik, banyak lelaki yang menggoda mu, merayumu, menyanjungmu namun mereka tak pernah serius, suatu saat mereka akan berpaling kembali jika ada yang lebih menarik dari mu, atau mereka hanya sebatas kata hanya di bibir saja, tentunya wanita cantik seperti mu telah banyak tahu soal karakter seorang lelaki,

Kau membiarkan ku tergoda oleh mu, sengaja kau tidak memberikan Nama dan nomor hp mu, kau ingin agar aku mencarinya sendiri, kau hanya mengatakan kau seorang mahasiswi jurusan bahasa inggris sedang tempat kuliahnya tak kau sebutkan, namun kau harus bahagia karena harapan mu itu tidak sia-sia, aku mencari mu ke setiap tempat kuliah meski serasa mustahil mencari mu di kota sebesar sukabumi, dan terkadang aku hanya diam berdiri di depan mall tempat kita bertemu berharap hujan turun dan kau datang menghampiriku, namun bilapun hujan turun kau tak juga datang menghampiriku, kulakukan itu selama berbulan-bulan lamanya, terkadang pula aku merasa aku telah membuang-buang waktuku karena harapan yang tak pasti namun bila kuingat kembali akan kesan yang kau berikan saat awal perjumpaan itu, senyum yang manis, mata yang hitam bening berkilat, rambut sebahu yang berponi, semangat ku kembali naik, memang aku konyol dan seperti orang yang melakukan sesuatu yang mustahil namun itulah orang yang sedang jatuh cinta menurut orang antara gila dan jatuh cinta susah dibedakan.

Kemudian tibalah rasa jenuh menjalari hatiku saat aku merasa pegal berdiri di depan mall, akupun akhirnya menyerah dan mengikhlaskan harapanku untuk berjumpa dengan mu kembali, aku berniat melupakanmu tetapi di situlah keajaiban datang dinda, justru karena terlalu menginginkan sesuatu, sesuatu itu malah menjauh dan sulit untuk di raih, ikhlas adalah kuncinya, harapan yang dibarengi dengan keikhlasan akan dengan mudah mewujud seperti yang aku baca di buku motivasi, saat itu aku sudah mengikhlaskan mu dan berniat untuk pulang tetapi saat aku akan melangkah

"kak..!" kau memanggilku dari belakang, aku segera menoleh dan..
Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat, kau tersenyum ke arah ku, kau memakai baju yang sama, kemeja putih namun tidak lagi basah
"hai..," sapaku terkesima berbagai rasa hadir dalam hatiku
"nama ku dinda.." kau mengulurkan tangan mu
Ah perasaanya sulit dijelaskan dengan kata-kata, aku meraih uluran tangan mu, kita berjabat tangan saling tersenyum, serasa ada setrum ditanganmu dan sampai ke jantungku
"nama ku ruslan"
"kenapa kakak mencari dinda?" tanya mu setelah tangan kita terlepas
"dari mana dinda tahu?"
kau terseyum " dinda tahu"
"ya dari mana donk, atau dinda sering lihat kakak di sini"
"dinda sering lihat kakak di sini tapi dinda kira kakak sedang menunggu orang lain atau kakak memang bekerja di sekitar sini"
"lalu...?" tanya ku

Kemudian kau menceritakan semuanya, kau mendengar kabar tentang ku dari teman-teman mu, tentang seseorang yang mencari-cari mahasiswi jurusan bahasa inggris dengan ciri-ciri seperti mu, tentu kau juga pasti mengingat bagaimana wajahku, penampilanku sehingga kau langsung mengenalku lewat foto di sebuah jejaring sosial, kepada sebagian mereka aku sengaja memberikan alamat email ku, dan apa yang aku lakukan tidak sia-sia hingga pada saat nya kau datang.   

Setelah pertemuan kedua itu kita menjadi semakin akbrab, kita jalan-jalan ke beberapa tempat, atau sekedar menghabiskan malam di jantung kota, melihat kerlap kerlip lampu gedung dan kendaraan, kita sudah saling terbuka dan saling membuka hati, pada akhirnya aku mengutarakan isi hati ku, kita pun menjalin hubungan. Kita adalah pasangan yang berbahagia dinda!

**

Kita mengobrol sampai matahari terbenam, kita melihat awan mega tanda hari akan beranjak malam

"pulang yuk!" ajak ku

Kau hanya mengangguk kecil, kutahu kau masih ingin bersamaku tetapi aku sudah janji pada bibimu agar tidak pulang terlalu malam, kurasa kau pun mengerti.

Masih ada hari esok untuk kita dan masih banyak waktu buat menjalin rasa, cinta kita tidak akan terhenti sampai saat ini, selanjutnya kita akan saling merindu untuk bersama kembali tentang cinta dan canda tawa yang akan selalu ada.










Continue reading →

Perempuan Yang Ku Panggil Dinda

1 komentar



Seorang perempuan yang tak kutahu siapa nama mu, gimana kalo aku beri kamu nama, bagaimana kalau dinda, kusebut saja kamu dengan dinda hmm dinda jika kau tanya kenapa kau kupanggil dinda semata untuk mempresentasikan sebuah karakter dan fisik, bagiku nama dinda menggambarkan seorang perempuan yang anggun, feminim dan cerdas tentunya cantik pula seperti kamu, juga karena nama dinda mengandung karya sastra yang unik kalau aku tidak salah dinda adalah panggilan untuk seorang perempuan di daerah sumatera dan sumatera adalah negeri para sastrawan besar, kupikir sangat cocok jika namamu dinda.

Ah dinda, kita tidak pernah tahu nama kita masing masing kan, kita hanya ingin bebas dan bahagia, kita tidak perlu nama untuk saling kenal dan melakukan berbagai hal bersama, dimuali dari kamu yang tidak ingin menyebutkan nama hingga kita saling merahasiahkan nama masing masing yang akhirnya sampai sekarang aku tidak tahu kemana aku akan mencari mu, cerita kita terjadi begitu saja seperti sebuah mimpi yang akan terlupakan seiring berjalannya waktu, tapi kali ini mimpinya kerap datang tiap kali aku terlelap tidur, semua tentang mu pasti akan hadir dalam anganku, senyummu dan cara mu mengedipkan mata ketika kau malu, rambutmu yang berombak akan terlihat kusut bila diterpa angin dan yang paling kuingat adalah malam itu di malioboro saat aku menciummu, tak kau sangka kan aku senekat itu? Haha saat yang takkan terlupakan dalam hidupku, saat itu aku memakaikan kupluk yang baru ku beli untuk menghangatkan kepalamu dari dinginnya udara malam, dalam remang aku melihat wajahmu begitu anggun dan aku merasakan rasa sayang tiba tiba hadir menggebu, aku ingin memcium bibirmu yang tampak merah dan kulakukan begitu saja, kutahu kau kaget waktu itu tapi kau juga menyukaiku bukan sehingga kau diam saja dan hanya menutup matamu.
Setelah itu kita sama sama diam begitu canggung dengan suasananya, kau menatapku sejenak lalu tersenyum malu, wajahmu memerah aku bisa liat meski dalam keremangan malam itu, aku merasakan kebahagiaan yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata kata dan aku bertanya tanya cintakah aku padamu? Aku tidak tahu yang jelas saat aku bersamamu aku merasakan kebahagiaan dan kenyamanan yang jarang kurasakan ketika sendiri.

Dinda, kita adalah sama sama orang asing yang dipertemukan di kota ini, kota pelarian kita dari berbagai masalah yang memberatkan kepala kita, dari nasib yang buruk dan dari rasa sakit atas nama cinta. Kau datang ke kota ini menjauh dari laki laki yang memperbudakmu dari laki laki yang over posesifdan aku datang ke sini berniat untuk mencari suasana baru, aku ingin melihat tempat baru, bukan hanya dinding kamar saja yang setiap malam kulihat, bukan hanya layar komputer saja yang kulihat disiang hari saat bekerja, atau suara atasan yang rewel dan suara gitu gitu saja tak pernah berubah. Tetapi dinda yang paling utama adalah karena seseorang, seseorang yang mematahkan semangat hidupku, seseorang yang tak pernah berniat menyakitiku tapi dia membuatku sakit hati, ku tahu aku yang salah dalam hal ini dan aku datang mengunjungi kota ini berharap ada pandangan baru dalam pikiranku, berharap ada jalan lain untuk kebahagiaan hidup yang didambakan setiap orang tak terkecuali diriku.

di jembatan ini kita pertama kali bertemu, waktu itu kau memakai sweater warna merah kotak kotak dengan garis hitam, rambutmu bergelombang dipotong sebahu, dan kau cukup tinggi dengan sepatu high heels, kau menatap lurus ke depan melihat lalu lalang mobil, sejurus kemudian kau menoleh ke arahku, kau tersenyum manis lalu kembali menatap lurus, aku tergoda untuk menyapamu dan aku menghampirimu

"bagus ya liat lalu lalang mobil" kataku setelah aku tepat di sampingmu
Kau tersenyum dan menoleh ke arahku "hmm iyah.."
"mobil yang seperti apa yang kamu suka?" tanyaku
"mobil yang berwarna putih" jawabmu langsung saja
"tapi kayaknya belum ada ya, banyak yang hitam" kataku sambil melihat jalanan
Kau hanya tersenyum saja.

Disitu Kita ngobrol ngobrol ringan seputar kendaraan, topik yang agak aneh juga, kita bukan sales mobil atau bekerja di perusahaan otomotif, yang ku tahu saat itu aku ingin mengalihkan seluruh perhatian ku dengan hal baru karena begitu banyak yang bisa dilihat, didengar dan di rasa di dunia ini, mungkin saja kamupun sama denganku saat itu, mengalihkan perhatian kepada sesuatu yang baru, hmm mungkin saja.

Dan Kau yang menutup perbincangan kita, kau bilang mau pulang karena sudah larut malam kemudian kita berpisah begitu saja dan memang harusnya gimana aku hanya suka terlalu melebih lebihkan suasananya haha.. Namun sungguh kesan pertama yang kudapatkan darimu menarik hatiku, kau begitu ramah dan aku suka caramu tersenyum, serasa ringan dan dunipun ikut tersenyum. Saat aku berbaringan di atas kasur di tempat kost an temanku aku terpikirkan semua tentang mu, dan pikirku melayang jauh sampai aku terlelap.

beberapa hari kemudian kita bertemu lagi di sebuah halte bus, kau membawa sebuah koper kecil yang pasti isinya baju kayaknya. aku hanya menebak saja ya haha, dan kau masih mengenakan sweater yang sama sehingga aku begitu mengenalimu, aku mengatakan hai saja karena aku tidak tahu siapa namamu. Dan kau pun mengenaliku dan menjawab hai juga dengan senyummu yang lebar dan indah dalam pandanganku, setelah kita saling sapa dan berbincang sedikitkemudian kita tahu bahwa tujuan kita ternyata sama, aku begitu senang mendengarnya

"oh ya?" tanya mu terkejut setelah aku menjawab tujuanku
"haha.. Iya jogja" jelasku girang

aku mengajakmu duduk berbarengan agar tidak bosan diperjalan sambil ngobrol ngobrol, namun kau menolaknya dengan halus katamu ada teman yang menunggu di bus, kemudian kita duduk di kursi yang berbeda dan ku tahu kau berbohong soal teman yang menunggu karena nyatanya kau duduk dengan seorang ibu ibu dan tak ada percakapan sama sekali, atau temanmu tak jadi datang? Aku tak tahu yang jelas aku sedikit kecewa waktu itu. Bus membawa ku ke tempat tujuan dengan selamat, aku tertidur selama dalam perjalanan sehingga aku tak sadar kau telah turun dari bus di tengah perjalanan kemudian aku harus menerima bahwa aku tak usah hiraukan kamu lagi, kamu hanya seseorang yang lewat dan mengisi pengelaman hidupku dalam waktu yang singkat.

Di kota itu hal yang pertama kulakukan adalah mengunjungi candi prambanan, selanjutnya beberapa candi lain kukunjungi sampai rasanya bosan liat bebatuan berundak, aku telah menghabiskan uang cukup banyak hanya untuk melampiaskan rasa ingin tahuku dengan dunia luas, oh ya dunia luas seperti aku terpenjara saja haha, maksudku aku bosan dengan rutinitas sehari hari, bangun pagi harus jam berapa terus berangkat kerja harus dalam waktu tertentu, melewati jalan yang sama lalu bertemu dengan orang yang sama dan melakukan hal yang sama setiap hari, lalu siang hari istirahat dalam jeda waktu yang sama dan waktu pulang telah ditentukan, apa yang akan dilakukan ketika pulang pun telah ditentukan. Aku bosan kalau setiap hari seperti itu terus, aku butuh suasana baru meski dalam waktu yang ditentukan juga, dalam waktu ini tidak ada yang mengatur aku harus melakukan apa selain diriku sendiri, aku ingin bebas...

namun pada akhirnya akupun harus jujur padamu tentangku

"aku sedang lari dari seseorang" kataku di restoran malam itu, akhirnya aku membuka rahasia ku padamu
"perempuan..??" tanyamu
Aku mengangguk "dan laki-laki"
Kau menatapku mencari tahu kelanjutannya
"hmm cerita donk, nggak enak lho dipendam sendiri"

Setelah meminum jus jeruk dalam gelas ku genggam aku mengambil nafas panjang dan menghembuskannya dengan tenang Lalu aku mulai cerita tentang seseorang yang begitu berarti dalam hidupku, sebagian mengatakan itu tipuan belaka tapi aku tak mau peduli dengan apa yang orang katakan tentang fenomena hidup yang kujalani, atau aku takut kalau yang aku lakukan adalah sebuah kesalahan dan hal itu meruwetkan pikiranku, tapi sudahlah karean semua ini berawal dari pertemuanku dengan seorang wanita ditempat kerja, seseorang yang berwajah manis dengan poni lurus sedikit menutupi alis mata, berkulit putih dan berhidung mancung untuk rata rata orang asia, katakanlah aku kagum pada nya, yang pada akhirnya setelah agak lama berteman dengannya harus kuakui bahwa aku mencintainya, namun wanita yang kucintai itu telah mencintai orang lain yang tidak lain adalah teman baikku sendiri,

Kau mendengarkanku dengan baik, dan rasanya hatiku plong, serasa ada beban yang keluar dan malam itu aku seperti kembali menjadi diriku lagi...

Kita pun pada akhirnya bertemu lagi, kita tidak pernah tahu kenapa, semuanya seperti telah diatur seperti itu, kita tidak pernah mengenal satu sama lain, kita tidak saling peduli pula namun takdir seperti selalu ingin menyatukan kita kembali, 2 hari kemudian setelah terakhir kita bertemu di sebuah halte bus kita bertemu lagi di tempat yang sama dengan tujuan yang sama pula. Yaitu pulang kembali ke tempat asal masing2, aku kaget bisa bertemu lagi denganmu dan kau pun tampak terkejut ketika melihatku, kau terlihat merasa aneh waktu itu

"hai" sapaku tersenyum
"hai.. Kamu eeh .." kau menerka nerka
"iya aku apa hahah..?"
"kamu ngikutin aku ya?, koq ketemu terus?" tanyamu
"ah kamu kali yang ngikutin aku, hmm.. Kenapa ya?

Lalu kita sama sama tersenyum, entah tersenyum karena kita bertemu lagi atau tersenyum senang karena bertemu lagi eh sama saja ya, yang pada akhirnya kita duduk di kursi yang sama dalam bus, aku mengajak mu untuk duduk bareng dan rasanya kau tak punya alasan lagi untuk menolaknya, kita banyak berbincang soal liburan yang telah kita lalui, kau mengaku seorang penulis buku yang sedang mencari data data tentang keraton jogja kayaknya itu bukan liburan, tapi aku kagum sekali mendengarnya, pikirku kau seorang yang berpendidikan dan aku suka wanita yang berpendidikan. Atau itu hanya alasan yang kubuat sendiri, nyata nya aku telah suka kamu dari awal dari sebelum tahu kau seorang wanita berpendidikan dan ya tanpa alasan, karena rasa sulit dijelaskan dengan kata-kata bukan?..

Kau yang agak bawel sehingga membuatku nyaman, aku orangnya agak pendiam dan pemalu tapi akan cair bila lawan bicara bawel dan aktif, mungkin kebanyakan juga begitu aku rasa begitu, dalam beberapa jam duduk sambil ngobrol dalam kursi yang sama rasanya begitu nyaman, aku suka melihat gerak bibirmu ketika berbicara, aku suka rambutmu yang hitam lurus sebahu, aku suka matamu yang berbinar bila menanggapi ucapanku, aku suka sweater kotak kotak hitam merah yang kau kenakan, aku suka sepatumu high heel hitam mu, aku suka jam tangan mu, aku suka… banyak hal.. Kemudian muncullah rasa ketertarikan itu, dan aku takut mengakui nya.

Sampai malam itu di restoran, kita beristirahat dan mengisi perut sambil membicarakan tentang kehidupan dan profesi masing-masing kecuali nama, aku agaknya ingin tahu mungkin kau juga sama
kemudian kau berkata
"kita tak perlu tahu nama masing masing kan?"
"haha.. Kenapa?" tanyaku antusias
"aku rasa kita sama sama ingin suasana baru, jika kita katakan siapa nama kita, tentu kita akan ingat siapa kita dan… mmhh kayaknya lupakan saja untuk sementara.."
Aku mengernyitkan dahi mendengar mu,
"oke lah haha.."

Kau pun menceritakan permasalahan yang sedang kau hadapi, kau sedang menjauhi pacarmu yang posesif, dan kau mulai bosan pada nya, setiap hari kau hanya memikirkan cara untuk lepas darinya, cinta mu telang hilang dan rasa yang tertinggal adalah kekecewaan, aku hanya mendengarkan saja seperti yang kau lakukan juga ketika aku bercerita, kita tidak saling menggurui satu sama lain, dan aku menjadi nyaman karenanya

Setelah malam itu aku berniat untuk naik bus dan pulang, aku tidur di bus saja sementara kau berencana menginap di rumah temanmu sebelum melanjutkannya esok hari, kau mengantarku sampai halte,

"makasih ya sudah nemenin aku" kataku dan terasa sekali ada yang mengganjal dihati
"iya sama sama"
Kemudian bus datang dan berhenti tepat di depanku, langkahku serasa bertambah berat, namun aku harus pergi juga, dan saatnya perpisahan
"dadah…" gumamku sambil menatapmu, aku berharap mengucapkan satu nama
Namun kau hanya tersenyum
"dadah.. Hati hati di jalan.. Sampai jumpa.. "
"sampai jumpa.. Daah.." aku melambaikan tangan

Kau balas melambaikan tangan, dan waktu serasa melambat ketika kakiku menaiki bus kemudian bus pun melaju dan aku segera berlari ke belakang bus, melihatmu yang masih berdiri dan melambaikan tangan, kau pun semakin kecil dalam pandanganku kemudian perlahan menghilang, ku tak bisa menggambarkan bagaimana perasaanku waktu itu dengan pasti mungkin antara bahagia, terharu dan sedih bercampur, memang tampaknya berlebihan tapi untuk orang sepertiku itu adalah "sesuatu" yang bagi sebagian orang mungkin tidak mengerti.

Hingga beberapa detik kemudian aku tak sadar telah turun kembali dari bus, mengejarmu, menuju padamu yang tengah melangkah pergi kemudian kaupun berbalik dan tersenyum setelah menyadari keberadaanku

"ada yang tertinggal?" tanya mu
"tentu" jawabku

Tentu ada yang tertinggal dinda, ketika di dalam bus saat kita membicarakan tentang malioboro, bukankah kau ingin sekali ke tempat itu dan aku juga, tetapi kita tengah dalam perjalanan pulang bukan? sehingga keinginan itu hanya jadi perbincangan kita saja,

"bukan kah kamu ingin ke malioboro?"
"mmhh.. Memang ya tapi.."
"ayo kita ke sana..!" ajak ku
"temanku gimana? Dia sudah nunggu"
"aku tahu kamu bohong, kamu tidak punya teman di sini kan?"
"hahaha, emang kamu tahu..?" kau mengujiku
"aku punya semacam perasaan..dan waktu kita bertemu untuk yang kedua kalinya, kau bilang ada teman yang menunggu, tapi aku lihat tidak ada temanmu"
"kau memperhatikanku..?"
"mmh..aku tidak menyengaja tapi aku melihat dan anyway keburu malam entar, ayo kita berangkat"
Kau tertawa mendengarku
"kenapa?" tanyaku

Kau memandangku beberapa saat mungkin kau mencari kepastian dari ucapanku, kemudian kau tersenyum dan mengangguk..

 ***
Dan aku disini sekarang, diatas jembatan layang, memandangi lalu lalang kendaraan seperti yang kau lakukan dulu 3 tahun yang lalu, saat pertama kita berjumpa, aku tak tahu apa yang sedang kulalakukan dan ketika aku bertanya pada diriku sendiri, aku mendengar bisikan kecil dalam hati 'lakukan apa yang membuatmu senang'
Aku tersenyum kemudian bertanya tanya lagi 'apakah aku senang?' tak ada jawaban untuk beberapa saat hingga ku mendengar bisikan lagi 'lakukan hal yang kau mau, sehingga kan membuatmu senang'
Aku merenungi nya, apa yang aku lakukan sekarang?? Mengunjungi mu lagi?? Bahkan aku tidak tahu nama mu siapa, bahkan aku tidak tahu alamat mu dimana, aku hanya menuruti apa kata hati, logika telah kubuang jauh, jawaban kenapa aku berada di sini sekarang datang jauh jauh dari tempat asalku karena aku tidak memakai logika itu saja.. Tapi mungkin ini membuatku senang, mungkin.

Lagipula telah aku putuskan, jika di malam ini aku tidak bertemu denganmu aku akan ikhlaskan, yah anggap sebagai jalan jalan menikmati malam hari, atau sekedar refressing dari segala kegiatan padat yang kujalani setiap hari, kerlap kerlip lambu mobil menghiasi jalanan yang tampak hitam dan di langit sana bintang bintang berhamburan, aku menikmati setiap hembusan angin yang dingin, setiap suara klackson dan mesin kendaraan yang mendominasi, dan setiap pandangan yang muncul dalam penglihatanku, aku menikmatinya hingga tak terasa malam semakin larut semakin dingin semakin sepi, aku melihat jam tanganku menunjukan angka 1

Saat nya aku kembali ke tempat kost an temanku, temanku yang sama dan masih nge kost ditempat yang sama, ah kau memang tidak tahu siapa dia kan dan tak harus tahu, aku pun melangkah beranjak meninggalkan jembatan ini, sudah tidak ada yang kuharapkan, jika dipikir secara logika memang tak ada harapan untukku, emangnya setiap malam kamu datang ke jembatan ini dan memandangi aktifitas kendaraan dan orang orang, aku pun tak tahu kau orang mana, aku hanya hidup dalam kenangan selama ini, dan menapaki setiap kenangan adalah hal yang aku sukai, biarlah orang mengatakan aku salah nggak apa apa, selalu ada keputusan dalam diri kita dalam menentukan sesuatu bukan?

Beberapa saat kemudian aku sudah berada di depan pintu kost an temanku, dan hendak mengambil kunci kamar yang diberikannya dan aku tidak menemukannya, semua saku baju dan celana aku rogoh semua dan tak ada kunci, kemudian aku berusaha mengingat ngingatnya, dari kost an aku hanya menuju satu tempat, diam di tempat yang dituju dalam waktu yang lumayan lama lalu pulang kembali melewati jalan yang sama, besar kemungkinan aku akan menemukannya lagi jika aku kembali dan mecarinya daripada harus membangunkan temanku dan merusak pintu,

Dan aku menyusuri jalan yang tadi kulewati, aku terus memperhatikan jalan, melihat setiap sudut jalan, menajamkan pengliatanku di malam hari, ku yakin kunci itu pasti terlihat karena gantungan kuncinya lumayan besar, aku terus mencari dan terus berjalan pelan hingga aku sampai ke jembatan tadi dan tiba tiba ada suara yang mengagetkanku

"mencari ini?" suara wanita dari samping

Aku menoleh arah suara dan seketika kekagetanku bertambah, aku terdiam beberapa saat berusaha kembali kepada kesadaran namun aku memang sadar, aku tidak sedang bermimpi, kau tersenyum, senyum yang selalu kurindukan, seseorang yang kucari yang selalu hidup dalam ingatanku kini berada persis di depanku, aku merasa senang, terharu, bahagia bercampur mungkin aku tersenyum dalam beberapa detik aku diam mematung,

"heii?" kau menyadarkanku
"ooh iya iya.. " jawabku segera,
Kau memberikannya padaku, dan aku masih agak kaku
"baju yang di beli di maliboro waktu itu ya?" tanyamu dengan riang, kau memperhatikan baju yang sedang ku pakai, dan aku kemudian sadar kau pun memakai sweater yang kau beli di malioboro bersama ku,
"sweater mu juga" kataku tersenyum. "sedang apa di sini?"
"aku juga punya pertanyaan yang sama" jawabmu ceria

Lalu kita sama sama tersenyum di malam itu..



















Continue reading →

Labels