"kak, apa itu
cinta?" tanyamu setelah kita lama terdiam oleh suara dedaunan pohon mangga
yang terkena tetesan air hujan dan tertiup angin malam, udara malam ini begitu
dingin, hujan sejak pagi tidak berhenti pula membuatku terpenjara di sini di
rumahmu, padahal biasanya sehabis maghrib aku sudah pulang
Aku menatapmu dan
tersenyum
"menurut dinda? Aku
balik tanya
"yey malah nanya,
jawab dulu donk" katamu cemberut, dan aku suka melihatnya
"haha ok, nanti
dijawab tapi kenapa nanya itu, semua orang juga tahu"
"kata siapa?"
"aku yang bilang
barusan" jawabku
Dan kau jadi cemberut,
sekali lagi aku suka melihatnya haha…
"ok sayang sebentar
aku minum dulu" ujarku sambil mengambil gelas yang berisi jus jeruk di
depanku, disana terdapat pula bermacam kue yang di suguhkan ibu mu
Kita duduk di teras depan
rumah, keluarga mu asik nonton tv di dalam dan kita duduk berdua di luar sambil
melihat lalu lalang kendaraan, rumahmu menghadap jalan raya hanya dibatasi
pagar pendek dan sebuah pohon mangga yang pendek sehingga aktivitas di jalanan
terlihat jelas, aku suka berada di sini, aku suka melihat pergerakan benda yang
bergerak dan aku tidak suka melihat sesuatu yang diam, sesuatu yang diam tidak
membuatku nyaman tidak membuatku merasa hidup makanya aku lebih suka disini daripada
di ruang tamu, keluargamu memang sudah mempersilahkanku masuk dan sedikit
memaksa agar aku di dalam saja kata mereka cuaca di luar dingin, aku mengerti
tapi aku suka berada di sini melihat pergerakan..
"apa cinta punya
batas waktu??, hari hari ini dinda sering membayangkan apakah dinda masih
mencintai kakak suatu saat nanti jika kita ditakdirkan bersama dan hidup
berumah tangga" tanyamu, kau menatap kosong ke depan
Aku tertegun mendengarnya,
dan kutaruh kembali gelas yang kugenggam
"dinda memikirkan itu?"
tanyaku menatapmu
"dinda melihat ada
orang saling mencintai, kemudian saling membenci, lalu apakah cinta itu?"
lanjutmu seperti tidak bertanya kepadaku
"hmm, bukankah sudah
jelas dinda, apa yang perlu di bahas dari masalah ini?"
Kau menggeleng pelan lalu
menatapku, dan kulihat di sana sesuatu yang tersembunyi, aku tidak bisa
mendefinisikan arti tatapanmu padaku, yang ku tahu aku bingung
"tidak ada, kakak
tidak akan mengerti"
"haha.. Dinda ini
kenapa?" tanyaku tidak mengerti "baiklah aku akan katakan apa yang
aku tahu tentang cinta" lanjutku
Kaupun tersenyum
"begini, jika dinda
mendengar kata cinta apa yang dinda pikirkan pertama kali?"
"hmm..
Berhubungan.." jawabmu
"selain itu?"
lanjutku
"menikah"
jawabmu lagi
"nah aku dapatkan
jawaban versi dinda, cinta berarti hubungan yang berujung pernikahan, lalu
apakah orang orang yang menikah saling mencintai? Katakanlah saling mencintai
dulu, tapi kenapa banyak yang selingkuh? Kita lihat di luar sana, kita lihat
gaya hidup selebritis sekarang ini dan jangan jauh jauh lihatlah di sekeliling
kita, dinda akan menemukannya"
"menemukan apa?"
potongmu
"kenyataan, orang
yang mengaku saling mencintaipun bisa berhianat satu sama lain, jadi cinta
bukan soal berhubungan"
Kau mengganti gaya dudukmu
dan tampaknya kau serius mendengarku padahal aku kurang yakin dengan yang
kukatakan sebenarnya
"jadi cinta yang
sebenarnya sangat dalam maknanya bukan soal cinta adalah hubungan dua insan
yang saling peduli dan menjalin ikatan pernikahan.." sampai disini aku
jadi bingung dengan yang kukatakan dan aku mencari kata-kata yang pas dan tepat
sesuai versi yang kutahu tentang cinta
Kau tampak menunggu
kelanjutanku
"hmm.. Jelasnya yang
berkaitan dengan menjalin hubungan itu bukan cinta tapi ego rasa ingin
memliki" lanjutku
"jadi hubungan kita
ini bukan cinta?' tanyamu agak dingin
"aku masih memiliki
ego itu dan aku menginginkan serta membutuhkannya, jadi aku ingin memiliki
dinda, aku ingin kita menjalin hubungan atas nama cinta" jawabku meyakinkanmu
"kakak belum
mengatakan apa itu cinta" katamu kemudian
"memang dan ini…
sesuatu yang agak rumit dimengerti namun pada akhirnya kita kembali ke
kesimpulan awal yang lebih masuk akal"
Kau mengernyitkan dahi
"kakak ngomong apa
sich?" tanyamu
Lalu terdengar suara
langkah kaki dari dalam rumah menuju ke luar, sesaat kemudian tampak bu ratih
ibumu membawa 2 mangkuk bubur kacang ijo yang masih tampak asapnya. Berarti
masih panas sungguh pas dengan udara dingin seperti malam ini,
"ni makan dulu,
enak" kata ibumu sambil meletakannya di meja kecil depanku
"ah ibu nggak usah
repot repot" kataku basa basi sambil senyum senyum
"ah kamu ini, makan
aja lah" balas ibumu gemas dan menepuk pundaku
"dingin disini kenapa
nggak di dalem aja padahal "
"enakan di sini seger,
nggak papa koq" jelasku, "dinda juga suka di luar" aku menatap
dinda
"nggak papa mah
disini aja" ujarmu
"yaudah ibu masuk
dulu yah, tuh dimakan mumpung masih anget" kemudian ibu mu ke dalam lagi
"mmh makan dulu yuk
enak ni" ajak mu seraya mengambil mangkuknya, dan tentu saja tak akan aku
tolak
Bubur kacang ijo buatan
ibumu sungguh enak, mungkin juga karena suasananya yang pas atau memang enak
aja bubur nya, yang jelas tubuhku jadi serasa hangat
Keluarga mu sangat baik
padaku, terlebih ibu mu begitu perhatian padaku meski hal ini menjadi sedikit
beban karena ada tuntutan untuk tidak mengecewakan kamu putri satu satu nya,
memang tak ada niat untuk memepermainkanmu dinda tak pernah sekalipun terlintas
dalam benakku melakukan itu tapi siapa sangka jika ada hal yang tak diinginkan
terjadi, kita manusia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, seperti
pepatah bilang kita hanya berencana dan tuhanlah yang menentukan, dan ya aku
berencana menikahimu selanjutnya membahagiakanmu, itu rencana ku itu keinginan
terbesarku..
"sampai mana
tadi?" tanya mu kemudian sambil menguyah
Dan dari tadi kuperhatikan
gerak mulutmu, cara kamu mengunyah dan menelan tiba tiba ada rasa senang
melihatnya, tiba tiba ada keinginan kuat dalam diriku untuk memberi mu makan
dari hasil kerjaku dan uangku, aku suka melihatmu makan dan aku janji bila
nanti kita hidup bersama dalam rumah tangga aku tidak akan membiarkan mulutmu
berhenti mengunyah makanan, bukan dalam artian yang sebenarnya pastinya haha..
"mmh.. Cinta seperti
bubur kacang ijo ini" jawabku
Kau tersenyum
menanggapinya
"bubur ini memberi
kehangatan di malam yang dingin ini, dan bubur ini tidak menuntut balasan
apa-apa, cinta adalah tentang memberi, memberikan kasih sayang, perlindungan
dan memberikan ketulusan"
"hakikat cinta adalah
kehidupan, karena cinta dari ayah bunda kita, maka kitapun ada namun cinta
bukan kehidupan jika tak saling memiliki" lanjutku
"katanya cinta tidak
harus saling memiliki?' tanyamu
"benar, karena pada
dasarnya cinta adalah tentang memberi, tapi jika tidak ada timbal balik maka
cinta hanya sebatas cinta, tidak menghasilkan apa-apa"
"dan ingat dinda kita
ini manusia bukan matahari yang hanya memberi, banyak orang yang mengumpamakan
cinta seperti sinar matahari kita ini makhluk hidup yang membutuhkan satu sama
lain, kata kata itu hanya sebagai pengobat hati bagi yang cintanya bertepuk
sebelah tangan atau orang orang yang sok sok an bijak" lanjutku dengan
serius
Lalu kaupun tersenyum
"jadi cinta seperti
apa yang kakak berikan untuk dinda?"
tanyamu menggodaku
"cinta yang artinya
kehidupan"
"alasannya?
"karena kakak
mencintai dan memiliki dinda" jawabku singkat
Dan kau mencubitku dengan
pelan, lalu ku tarik tanganmu dan kucium dan kau hanya tersenyum membiarkan
tanganmu dalam genggamanku
"eh balik lagi ke
pembahasan tadi, kakak bilang orang yang
mengaku saling mencintai pun bisa saling menghianati, jadi cinta seperti apa
yang tidak akan saling menghianati"
"dinda, dalam hidup
ini hitam dan putih akan selalu ada, tidak ada yang abadi di dunia ini dan
tidak pula ada yang sempurna, jika dinda ingin tahu jawabannya adalah tidak ada
dan yang mungkin bisa kakak jawab adalah cinta yang saling menghianati adalah
cinta yang berasalan sedangkan cinta yang tidak akan saling menghianati adalah
cinta yang tak beralasan"
"maksudnya gimana?
Tanyamu
"dinda pasti mengerti
maksud kakak, tapi oke lah kakak jelaskan misal dinda mencintai seseorang
karena ketampanannya, kemudian suatu hari ada lelaki yang lebih tampan datang
ke kehidupan dinda, sudah pasti dinda akan meninggalkan si lelaki yang
sebelumnya dinda cintai, dan dinda seandainyapun dinda memiliki seorang pacar
yang super tampan sekalipun tapi
ketahuilah kita ini memiliki batas rasa, kita memiliki rasa yang dinamakan
bosan, seperti yang dinda tanyakan diawal tadi apakah cinta memiliki batas
waktu kakak bilang bisa ya bisa juga tidak itu tergantung"
"tergantung dari
apa?"
"tergantung dari
jenis cinta nya, kalau cintanya bersyarat pasti memiliki batas waktu karena tak
ada yang abadi, yang abadi hanyalah tuhan" jawabku
Kaupun mengangguk sambil
merenungi kata kata ku
"apa alasan kakak
mencitai dinda?" tanyamu kemudian, tentu mengujiku lagi dan aku tersenyum
Kemudian kukatakan padamu
bahwa aku menuruti apa kata hati, hatiku tertuju padamu, hasratku ingin
bersamamu, inginku menghabiskan sisa hidupku bersamamu, dan aku tidak munafik
untuk mengakui aku mencintai kecantikanmu pula, dan lebih dari itu aku
melihatnya lebih dari hati daripada kedua mataku, kemudian di malam itu kau
rebahkan tubuhmu di pelukanku dalam dinginnya malam, kau tidak risih lagi
dilihat orang-orang yang lalu lalang di depan rumahmu akupun semakin tidak
peduli, karena apa peduli mereka sebenarnya kalau bukan memaksakan sesuatu yang
mereka anggap benar, kenyataan nya tidak ada benar dan salah yang ada hanyalah
persepsi masing-masing yang ingin dianggap benar
Malam ini aku pulang larut
malam dengan sebuah janji...