Tarian Hujan

0 komentar



Langit telah mendung dan kita masih disini bermanja manjaan menikmati alam, katamu hujan akan segera turun, ya aku tahu. Hujan pasti turun membasahi kita, membasahi bumi, membasahi dedaunan pada pohon yang hijau, air nya itu akan jatuh dengan irama dan suara yang merdu, kau menatap ke langit kepada awan awan yang menghitam mencari kepastian
Hujan pasti turun dinda, apa yang kau khawatirkan? Bukankah dari hujan itu sendiri ada sebuah lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu
Hujan pasti turun dinda, menghidupi alam yang kita tempati, buah yang kita makan dan air yang kita minum adalah berkah bagi kita, seharusnya kau tersenyum bahagia menantikan datangnya hujan ini

"hujan mau turun, apa yang kita tunggu?" Katamu sedikit bangkit dari pelukanku
Kau memandangku dengan seulas senyuman yang dihiasi oleh rasa dalam hati.
"hujan pasti turun dan kita pasti basah" jawabku
"bila kita basah?"
"kita pasti kedinginan, dan saling memberikan kehangatan.."
"kenapa harus menunggu hujan?" godamu sambil menenggelamkan wajahmu di dadaku
"karena hanya hujan yang mampu meresonansi otak manusia, dari hujan ada sebuah lagu bagi mereka yang rindu, kita akan mendengar lagu itu.."

Kemudian hujan pun turun dengan deras, diiringi angin yang tak terlalu kencang, segera tubuhku dan tubuhmu basah kuyup terkena guyuran hujan rasa dingin mulai merasuki tubuh namun kita masih diam di tempat ini, aku masih diam di tempat kita memadu rasa, aku masih di sini selalu dekat dengan hatimu

Kemudian kau berdiri dan membentangkan kedua tanganmu, kau dongakan wajahmu ke atas, merasakan butiran air hujan pada wajahmu yang indah lalu kau berputar pelan mengelilingiku dan kau bagitu menawan,rambutmu terurai basah lekuk liuk tubuhmu yang terbungkus pakaian putih itupun basah sehingga terlihat jelas dalam pandanganku membangkitkan gairah dalam diri

"ayo kita dengarkan lagu dari hujan ini" ajakku segera bangkit

Kemudian kita berdansa, kau bersorak gembira, aku bahagia, kita berputar putar dalam hujan semakin deras dan kita semakin erat berpelukan melawan dinginnya hembusan angin yang menerpa tubuh kita, kita begitu hangat dalam hujan dan matamu berbinar menatapku,berbinar menatap hujan dan berbinar menatap langit. Kau berterima kasih padanya

Hujan itu indah bukan?

Saat akan berangkat tadi kau malah mengkhawatirkan hujan turun, aku meyakinkanmu bahwa semua akan baik-baik saja dan di sini kita biasa menghabiskan hari, ditempat yang jarang orang lalui, di tempat yang indah antara sungai dan air terjun diantara gunung dan bukit, di padang rumput kita biasa berbagi kasih yang kian hari kian melekat, aku telah mengabdikan hidupku padamu dan aku pantas melakukannya tiada yang bisa mencegahku.

Kemudian hujan mulai reda, tempo tarian kita semakin pelan dan perlahan sampai diam, tubuhmu yang hangat menjadi panas membara, aku merasakannya sampai ke dalam dada..
Panas membuat kita berguling guling diatas rumput lebat yang hijau, kau gerah dan menanggalkan pakaian yang menutupi badanmu, kupetik bunga merah yang mekar pada bibirmu ku rasakan manisnya, kau mabuk dan aku mabuk dengan suasana, setiap helai ilalang yang menyembunyikan tubuh kita menjadi saksi akan keindahan cinta yang kita bina berdua dalam hujan.

Hujan pun reda, awan-awan yang hitam mulai memutih, langit membiru kembali dan kita merasakan hangatnya sinar mentari yang kekuningan pertanda hari telah sore, kita berjalan pulang bergandengan tangan menyusuri jalanan yang becek berlumpur, kita berjalan dengan telanjang kaki sepatu kita jinjing di tangan, ditanganku.

Kita berjalan bergandengan tangan dan kau manja dalam pelukanku.





Continue reading →

Senyuman Bintang-Bintang

0 komentar



Gemericik air sungai di malam hari, disinari rembulan dan bintang-bintang yang putih menghangatkan rasa, aku memandang langit yang bertabur bintang mencari sebuah wajah, memang tak seharusnya aku mencari karena wajah itu telah tertanam jauh di dalam, hanya saja aku ingin menciptkannya dalam taburan bintang yang gemerlapan dan saling berkedip-kedip diatas sana, jauh disana padahal cahaya itu dekat sangat dekat karena yang jauh hanyalah benda nya, cahaya itu telah sampai di sini, sampai pada mata..
Aku berbaring di atas loteng menghadap langit malam, berharap menemukan sesuatu di sana, sesuatu yang tidak aku mengerti
Kemudian aku sadar cahaya yang kulihat dari bintang-bintang itu adalah cahaya kuno, bersinar dari sumber cahaya lalu sampai pada mataku ratusan bahkan jutaan tahun lamanya mungkin saja bintang itu telah tiada, kita tidak tahu pasti
Tiba-tiba aku teringat dengan perkataan dinda, sahabatku suatu hari
"di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan kak, hidup bersifat teratur kehidupan berada dalam keteraturan.." ucapmu ketika kita berdua mendayung perahu di sebuah danau tempat kita bermain
"misalnya dinda?" tanyaku
"masih inget nggak kejadian 3 hari yang lalu?" kau balik bertanya
Seketika aku teringat ketika aku kena ludah orang dari sebuah bis saat mengendarai motor
"hmm, waktu kakak diludahi itu?"
Lalu kau mengangguk
"pernah nggak kakak berpikir kenapa nggak orang yang di depan atau yang dibelakang kakak yang kena ludah orang itu, mungkin kakak pikir itu kebetulan semata, ya kan?"
Aku mengangguk
"yang harus kakak tahu, semua detil kejadian yang terjadi pada kita merupakan gambaran dari apa yang pernah kita lakukan sebelumnya.." lanjutmu
"berarti bisa disebut karma? Tanyaku
"sebab akibat jelasnya, coba kakak ingat-ingat pernahkah kakak meludahi orang secara sengaja atau tidak sengaja?"
"hmm, nggak ingat sich.." gumamku, beberapa detik kemudian aku mengingat pernah melemparkan kantong minuman yang isinya lumayan banyak dan jatuh tepat di depan kaca sebuah mobil sedan, aku waktu itu sedang naik angkot
"kejadiannya tidak selalu harus persis sama kak" terangmu melihat aku berpikir.
Selajutnya aku setuju dengan ucapanmu saat itu

Dan dimalam ini aku dibuat sadar oleh cahaya bintang-bintang itu, kejadian hari ini mungkin adalah hasil dari apa yang aku perbuat hari-hari sebelumnya, bisa acak bisa juga tidak
Kemudian hadir wajah-wajah wanita yang pernah mengisi hati dan mewarnai hari hariku atas nama cinta dan sayang, kulihat mereka semua tersenyum padaku tapi di saat yang berlainan mereka berubah masam serta memori detil kejadian masing - masing terekam jelas dalam benakku

Sekarang, ya aku disakiti seorang wanita karena dulu aku menyakiti seorang wanita meski sadar tetap aku menyayangkan kepergian wajah yang terakhir yang tampak dalam taburan bintang-bintang itu, karena betapa aku menyayanginya tapi tidak ada jalan lain selain menerima semuanya karena itu yang terbaik

Penerimaan berarti sadar bahwa tak perlu ada yang di sesali lagi, penerimaan berarti memaafkan masa lalu dan berdamai dengannya, dengan kita berdamai kita tidak akan mengulangi lagi kejadian yang sama kembali, hukum sebab akibat berlaku pabila kita tidak berdamai dengan masa lalu

Ah, ya aku tersadar akan hal itu, bintang- bintang yang kutatap menjadi lebih terang dalam penglihatanku mereka seperti saling terhubung satu sama lain dan menjadi sebuah bentuk wajah yang tersenyum, sinarnya memberiku sebuah pencerahan dan seakan akan mereka berbisik padaku

"berdamailah kamu, niscaya jalanmu ke depan menjadi lebih terang"

Mendengar itu anehnya aku ingin menangis, namun air mata tak kunjung keluar, terdengar bisikan lagi

"menangislah jika ingin menangis, kemudian berdamailah dengan air matamu.. Maafkanlah kesalahan yang pernah kau lakukan, pilihlah hari baru yang lebih baik dan lebih bijaksana"

Tak lama kemudian aku tertidur sampai fajar menyingsing dan terbangun dengan perasaan yang lebih damai, kutemukan sebuah pencerahan dari sinar bintang di malam hari, hati yang gundah sebelumnya kemudian menjadi indah. Terima kasih dinda terima kasih bintang.


Continue reading →

Melambatnya Sang Waktu

0 komentar



Dinda. Kau berjalan dengan anggun di sebuah jalan kecil yang tampak menghitam, angin berhembus sedikit kencang membuat daun-daun yang sudah menguning itu  berguguran membuat mereka menari di sekitar mu meliuk liuk di udara sebelum akhirnya menyentuh tanah kemudian diam dan terinjak oleh sepasang  kakimu yang elok.
kau berjalan pelan tanpa beban bersama hatimu  yang berseri seri memberikan warna pada hari sehingga awan putihpun berarak mengikutimu,  berusaha meneduhimu dari sengat mentari, mengikuti langkah sepasang kaki  yang indah sedang berjalan menyusuri jalanan kecil layaknya sebuah  tarian, langit yang membirupun memberikan kecerahan pada alam, memberikan ketenangan. Baju mu yang merah terang sekilas menyilaukan pandanganku karena mentari menyinari sekitaran wajahmu membuat matamu menyipit karena teriknya namun tatapanmu tetaplah teduh.

Aku di sini duduk di sebuah bangku taman melihatmu disana, di jalan mu sendiri  berjalan pelan dengan rambutmu yang selalu tampak tergerai halus, raut wajahmu selalu tampak merona menyejukan hati dan meluluhkannya..  Indah nian memandangmu beserta daun-daun yang menguning  bertebaran tertiup angin membuatku tidak merasa di sini maupun di sana, karena aku merasakan keduanya.
Setiap hari kau selalu berjalan melewati jalanan ini, melewati jiwaku yang terduduk di sini menantimu untuk menyaksikan pemandangan paling indah di dunia yang tak akan ku temukan dimanapun selain di sini, di tempat ini dan saat ini karena keindahan dan kebahagiaan tidak terdapat diluar sana melainkan di dalam.

kemudian tiba-tiba saja aku sudah tidak berada di bangku taman yang kududuki,  yang aku sadari aku telah berjalan, berjalan di sampingmu.. Ya aku berjalan di sampingmu dan kau tersenyum, senyum yg akan membuat ku lupa kepada hal lain, senyum yang akan melambatkan sang waktu dari perputarannya, senyum yang akan menciptakan kedamaian bagi mereka yang bertengkar.

Kita berbincang tentang hari hari yang kita lalui, kita melemparkan batu ke danau sambil memanjatkan harapan, kau membawaku berlari menaklukan waktu

"dinda, apakah kita bisa memutar waktu?" tanyaku
"tidak, tapi kita bisa mengulanginya lagi sesuatu yang sudah terjadi biarlah terjadi.." jawabmu dengan tersenyum
"bangkitlah kakak, jalani hari ini dengan sebaiknya hari jalani apa adanya, kebahagiaan tidak ada di sana dan tidak di mana mana, melainkan di sini.." lanjutmu melihat kediamanku
Akupun mengerti

Kita berpegangan tangan, aku menemanimu berjalan menyusuri jalanan  kehidupan yang terkadang terjal, namun kita tetap harus melewatinya demi sampai pada tujuan dan kuceritakan padamu tentang hidupku, tentang cintaku dan tentang harapanku, kau menanggapinya dengan senyuman yang menyejukan jiwa dan kedamaian hati yang membuatku nyaman
Aku bercerita banyak tentang hari hariku, sesekali kau meneruskan nya dengan cerita tentang mu, namun kau tak banyak bicara, kau lebih banyak diam dalam keanggunanmu, sesekali kita berhenti dan melepas lelah atau hanya memandangi pepohonan yang tinggi, dedaunan yang bergoyang tertiup angin dan merasakan sejuknya dalam kediaman kita masing masing dan masih kita menyusuri jalanan kecil sedang aku tidak tahu kemana kaki ini akan melangkah

"berjalanlah terus kakak, banyak hal yang akan kita temui di depan" katamu
"apa itu?"
"dinda tidak tahu dan kita tidak perlu tahu"
"kenapa?"
"keingintahuan hanya akan membuat kita khawatir bukan? Kau balik bertanya sambil memandangku
"tapi kita selalu ingin tahu"
Kau tersenyum menanggapinya
"kalau begitu kembalilah" katamu kemudian

Dan entah bagaimana, aku masih duduk di bangku taman yang tadi segera aku mengumpulkan kesadaranku dan kulihat di depan sana kau berjalan dengan tenangnya diiringi guguran daun daun dari pohon, masih tetap sama kau masih berjalan dengan anggun namun tanpa melihat kearahku dan kaupun berlalu.









Continue reading →

Labels