Sebuah awal perjumpaan ku
dengan mu waktu itu yang tak akan pernah aku lupakan, karena dari awal itu aku
mulai mengenal siapa diriku dan untuk apa aku hidup,
Malam itu malam pergantian
tahun 7 tahun yang lalu, orang -orang tua maupun muda merayakannya di luar
rumah, yang tidak terlewatkan adalah menyalakan kembang api yang membuat langit
penuh warna, dimalam itu aku ikut merayakannya bersama teman-temanku. Dendi,
nurman dan riko mereka bertiga adalah teman sekolahku dan kami sekelas sejak
kelas satu dan kami waktu itu sudah kelas tiga, perayaan tahun baru sebenarnya
bagiku biasa-biasa saja entah kenapa aku merasa tidak ada yang spesial untuk perayaan
tahun baru, mungkin kembali kepada kepribadianku sendiri yang tidak suka dengan
keramaian berbeda dengan teman-temanku mereka begitu gembira menyambut tahun
baru, tetapi kurasa bukan gembira untuk menyambut tahun yang baru juga sih
karena mereka selalu gembira jika ada perayaan-perayaan apapun. Mereka tidak
peduli akan menjadi apa atau bagaimana keadaan mereka tahun berikutnya, yang mereka pedulikan
adalah perayaannya saja.
Meski demikian, nyatanya
pada malam itu aku keluar rumah juga, tidak enak sama teman-teman yang sudah
susah payah mengajakku, kata mereka aku ini terlalu mengurung diri dan tidak
membebaskan ekspresi, maklum karena aku lebih sering menghabiskan waktu di
dalam kamar dari pada diluar, memang terasa dampak nya dari akibat kebiasaanku
itu yaitu ketidak nyamanan ketika berinteraksi dengan orang banyak, aku selalu
ingin menghindar bila bertemu dengan hal seperti itu, dan aku menyadari bahwa
itu bukanlah sesuatu yang baik.
Kembang api menghiasi
langit di malam itu, warna warni dengan suara letusan yang ringan dan sebagian
membuat telinga kita sakit, mungkin satu hal itu saja yang aku suka dari tahun
baru, yaitu kembang api dan yang lainnya aku tidak begitu peduli, dan di malam
itu aku melihat keindahan langit yang bertabur bintang, aku selalu takjub
dengan alam karena darinya aku bisa merenungi tentang kehidupan, darinya aku
temukan kebahagiaan.
Di sebuah lapang di tengah
kota terdapat sebuah pameran, aku tidak tahu itu adalah pameran seni atau apa
yang jelas di pameran itu terdapat berbagai hiburan seperti komidi putar,
jajanan dan ada pula yang menawarkan jasa ramalan, yang paling dikerubungi
adalah seorang kakek peramal yang beurumur kira-kira 60 an, dia menggelar tikar
ditengah-tengah lapang yang langsung jadi pusat perhatian, si peramal itu
memakai penutup kepala berwarna hitam dan memakai baju serba hitam, dia
mengalahkan ramainya orang yang menaiki komidi putar karena orang-orang seperti
tumpah ruah dan saling berdesakan untuk melihat si peramal itu dari dekat,
teman-teman mengajakku ke sana.
Dan di tempat itu ketika
aku sibuk mendengarkan seorang peramal sedang membaca garis tangan 'sang
korban' aku melihatmu berdiri disebelahku, kau seorang perempuan cantik yang
sedang tertawa senang dan kulihat seakan dunia ikut tertawa bersamamu, entah
kenapa tiba-tiba jantungku berdebar-debar serasa ada desir aneh menghampiri
ketika pertama melihatmu, Kau berambut
lurus sebahu dengan poni yang menutupi seluruh keningmu poni yang lurus
berjajar, kau juga mempunyai mata berwarna coklat yang terlihat besar tetapi
bukan besar seperti mata tokoh kartun jepang, diantara teman-temanmu kau
terlihat mendominasi dan bicaramu keras juga sering tertawa dan dalam remang
-remang dimalam itu ku bisa menilai mu sebagai perempuan periang dan
kekanak-kanakan, tetapi entahlah aku memang tidak kenal denganmu waktu itu
Ternyata kau hendak
diramal oleh si peramal yang banyak ngomong dan sok tahu, mataku tidak lepas
untuk memperhatikanmu, aku mencoba mendekat ingin tahu apa yang akan dikatakan
si peramal itu yang sebenarnya ingin mendekatimu saja, aku lupa dengan
teman-temanku karena aku seperti tertarik oleh magnet yang kau pancarkan, aku
berdesakan dengan orang-orang yang memadati tempat itu hingga aku berada tepat
di belakangmu, kulihat si peramal itu tersenyum padamu, kulihat giginya ompong
dan sebagian giginya yang masih setia sudah menguning, kudengar pula beberapa
orang tertawa cekikikan.
"neng malam ini akan
menemukan jodoh" kata si peramal yang memakai baju serba hitam itu, dia
memperhatikan garis tanganmu dengan serius
Kau hanya tersenyum
kulihat
"mmmh mmmh..."
gumam si peramal sambil mengangguk ngangguk "ya.. Ya!"
"masa depan neng
cerah, namun disini" si peramal menunjuk sebuah garis ditanganmu "ada
hal yang akan terjadi dan itu dapat menghancurkannya jika saja neng tidak dapat
mengatasinya"
"menghancurkan apa
mbah?" tanyamu
Namun yang ditanya diam
dia malah mengangguk-ngangguk saja
"dan disini" si
peramal menunjukan garis yang lain "garis ini bercabang artinya neng akan
dicintai oleh dua orang laki-laki seumur hidup neng"
Kau mengangguk ngangguk
dan kudengar teman-temanmu berbisik bisik tidak jelas.
"secara keseluruhan
nasib neng baik, wallahu a'lam!" lanjutnya sambil tersenyum
"terima kasih mbah!"
ucapmu
lalu kau mengeluarkan
beberapa uang kertas dari tas mu dan kau masukan pada sebuah kotak yang telah
disediakan, uang jasa si peramal memang tidak ditentukan besar kecilnya,
tergantung keikhlasan orang yang meminta jasa ramalan saja, tiba-tiba aku jadi
ingin diramal sepertimu, entah kenapa padahal aku tidak percaya dengan ramalan
sebelumnya, kurasa karena dorongan magnet yang kau pancarkan, jadinya aku ingin
terlibat dengan hal-hal yang kau sukai dan tanpa sadar aku sudah di depan si
mbah padahal banyak orang yang berebutan,
"mari mbah lihat
tanganmu nak" Kata si mbah dengan ramah padaku, aku masih agak kaget
berasa aneh karena tanpa sadar aku sudah berada didepan si mbah namun segera
aku mengendalikan diri
Aku berikan telapak
tanganku padanya tanpa ragu-ragu, beberapa saat dia hnya mengangguk ngangguk
saja melihat dengan teliti garis di telapak tangnku itu,
Kau memperhatikanku dari
samping, membuatku sedikit gerogi, mungkin kau tidak sadar waktu itu kalau
jantungku berdesir setiap kau melihatku. Mana kau tahu memang!
"mmh, ini garis
kehidupan yang mengerikan sekali" katanya dengan miris
Aku kaget, si peramal
meremas-remas tanganku.
"ini garis ditelapak tanganmu membentuk
huruf M tak beraturan dan tidak terarah, artinya kamu adalah orang yang tidak
konsisten dan tidak punya komitmen sendiri, disini juga dikatakan bahwa hidup
kamu miskin, dan akan tetap miskin jika garis ini tidak berubah!"
lanjutnya sambil menatapku
Sungguh aku dongkol
dibuatnya, dasar pembohong setiap orang garis ditelapak tangannya berbentuk
huruf M.. Emangnya garis tangan juga bisa berubah dari M menjadi K yang artinya
kaya, pikirku
"maksudnya bukan
garis ditangan ini bisa berubah, tetapi kamu harus mengubah garis hidupmu
sendiri" jelas si mbah seperti bisa membaca pikiranku
Aku dengar teman-temanku
tertawa cekikikan dibelakang, sedangkan kau hanya berbisik-bisik dengan
teman-temanmu, terus terang aku jadi ngeri sama omongan si mbah itu
"tetapi kamu akan
menemukan kebahagiaan suatu saat nanti, semua telah tertulis disini"
lanjutnya sambil menunjuk garis ditanganku dengan jarinya
Aku seperti mendapat angin
segar dan anehnya merasa lega sekali.
"terima kasih
mbah!" ucapku dengan takjim, dengan cepat kukeluarkan uang dari dompetku
dan dimasukan ke dalam kotak, aku tidak ingin mendengar lagi yang
jelek-jeleknya cukup endingnya saja bahagia aku tidak ingin berlama-lama, aku
mundur kebelakang
Kini giliran teman-temanku
saling berebutan namun sayang mereka keburu di tempati orang lain, entah kenapa
orang - orang jaman modern masih percaya takhayul aku tersenyum saja melihat
mereka semua dan ketika aku berpaling ke arah lain secara tidak sengaja mataku
dan matamu saling bertemu aku merasakan desir halus dalam hati dan aku merasa tidak
kuat merasakan tajamnya tusukan matamu
itu, segera aku mengalihkan pandanganku ke arah lain namun mata hati ku
tidak dapat ku alihkan ke arah lain lagi setelah itu hingga sekarang. Jantungku
berdegup keras dan aku tersenyum mendapati kekonyolanku itu, aku merasa itu
konyol saja
Tatapan mata itu adalah
perkenalan awal kita, kita tidak saling menyapa dan berkenalan secara langsung,
tidak ada kata yang keluar dari mulut kita hanya kontak mata saja yang meski
sekilas namun berbekas di hati, kau sempat melirik padaku sekali lagi sebelum
kau pergi dengan teman-temanmu untuk melakukan hal lainnya, kemudian sebuah
keyakinan timbul di dalam hati,
keyakinan yang sangat kuat sekali, bahwa kau lah seseorang yang kucari
selama ini dan sampai sekarang aku tidak tahu kenapa keyakinan itu begitu kuat
sekali.
Setelah teman-temanku
akhirnya berhasil di ramal yang susah payah karena saling berebutan, kami
kemudian menuju komidi putar yang selalu mnjadi hiburan favorit kebanyakan
remaja, kulihat disana terdapat banyak pasangan kekasih yang sedang bermesraan,
ada yang duduk berdua menunggangi kuda kayu dan ada pula yang menunggangi
burung dari kayu juga, sebagian ada yang berpelukan dan mereka semua
berputar-putar sambil bercengkrama entah apa yang mereka bicarakan, sayup-sayup
terdengar jeritan manja seorang perempuan karena dijahili pacarnya, aku dan
teman-temanku saling berpandangan kemudian tertawa karena kami berempat
laki-laki semua, ternyata untuk malam itu dikhususkan untuk pasangan, akhirnya
terpaksa kami harus mengurungkan keinginan untuk menaiki komidi putar karena
kalau dipaksakan takut disangka homo.
Namun ternyata tidak semua
yang menaiki komidi putar itu pasangan semua, karena tanpa sengaja kumelihatmu
sedang asyik berputar-putar dalam komidi putar itu, kau duduk bersama temanmu
terlihat asyik mengobrol dan sesekali kau tertawa, mataku tidak mau lepas
darimu, menyaksikan indahnya dirimu dan kerasnya suara tawamu, aku seperti
tidak berpijak pada bumi karena pikiranku melayang membayangkan saat itu aku
yang menemanimu, tertawa bersamamu merasakan indahnya hidup di dunia ini, tanpa
kusadari aku tersenyum sendiri
"hey, kenapa
lo?" tanya si dendi disampingku
"ah, nggak!"
jawabku namun aku masih tersenyum
"lucu aja, kita kan
laki-laki semua nggak ada ceweknya" lanjutku
"hehehe iya ya!"
diapun ikut tersenyum
"mending kita ke
tempat lain aja, daripada di sini Cuma jadi penonton doank" ajak si nurman
yang waktu itu terlihat seperti pemain band, dia adalah penggemar berat armand
maulana vokalis band gigi,
"cabut yuk!" si
riko menimpali sambil beranjak pergi, dan langsung kami ikuti
Setelah itu tidak banyak
hal yang kami lakukan atau mungkin apa yang aku lakukan tidak terlalu berkesan
karena ingatanku terus kepada mu, rambut yang berponi, tawa yang keras tatapan
mata yang menusuk dan segalanya, saat itu aku sadar aku jatuh cinta padamu.
***
"Yakin mau
pulang?" tanyaku sambil membukakan pintu mobil mu
Kau hanya tersenyum saja
"makasih ya!"
ucapmu
"untuk apa?"
"untuk makan nya
untuk puisi nya dan untuk segalanya" jawabmu tersenyum manis ke arahku
"oke.. Sama-sama
dinda, padahal nginep aja di sini"
"ah nggak
makasih"
"ya udah hati-hati di
jalan ya!"
"ya" ucapmu
sambil mengangguk
Terdengar suara mesin
mobil kau nyalakan, kemudian suara mobil itu seperti memberitahukan bahwa kau
akan pergi dan mungkin takkan kembali lagi, aku takut kau tidak ke rumahku lagi
rasa itu tiba-tiba mendesak tapi tentu tidak mungkin aku memaksamu untuk
tinggal dan jangan pergi, tiba-tiba aku teringat danau di samping rumahku
tempat kesukaanmu dulu
"hei din!!"
teriakku setelah mobilmu sudah melaju
"ya" kau menoleh
"ee.. Kalau ada
waktu, besok datanglah ke sini lagi ada yang mau kakak tunjukan"
"ya, insya Allah kak!"
Bersambung..