Cerita Tentang Kita II

0 komentar



Sebuah awal perjumpaan ku dengan mu waktu itu yang tak akan pernah aku lupakan, karena dari awal itu aku mulai mengenal siapa diriku dan untuk apa aku hidup, 

Malam itu malam pergantian tahun 7 tahun yang lalu, orang -orang tua maupun muda merayakannya di luar rumah, yang tidak terlewatkan adalah menyalakan kembang api yang membuat langit penuh warna, dimalam itu aku ikut merayakannya bersama teman-temanku. Dendi, nurman dan riko mereka bertiga adalah teman sekolahku dan kami sekelas sejak kelas satu dan kami waktu itu sudah kelas tiga, perayaan tahun baru sebenarnya bagiku biasa-biasa saja entah kenapa aku merasa tidak ada yang spesial untuk perayaan tahun baru, mungkin kembali kepada kepribadianku sendiri yang tidak suka dengan keramaian berbeda dengan teman-temanku mereka begitu gembira menyambut tahun baru, tetapi kurasa bukan gembira untuk menyambut tahun yang baru juga sih karena mereka selalu gembira jika ada perayaan-perayaan apapun. Mereka tidak peduli akan menjadi apa atau bagaimana keadaan mereka  tahun berikutnya, yang mereka pedulikan adalah perayaannya saja.

Meski demikian, nyatanya pada malam itu aku keluar rumah juga, tidak enak sama teman-teman yang sudah susah payah mengajakku, kata mereka aku ini terlalu mengurung diri dan tidak membebaskan ekspresi, maklum karena aku lebih sering menghabiskan waktu di dalam kamar dari pada diluar, memang terasa dampak nya dari akibat kebiasaanku itu yaitu ketidak nyamanan ketika berinteraksi dengan orang banyak, aku selalu ingin menghindar bila bertemu dengan hal seperti itu, dan aku menyadari bahwa itu bukanlah sesuatu yang baik.

Kembang api menghiasi langit di malam itu, warna warni dengan suara letusan yang ringan dan sebagian membuat telinga kita sakit, mungkin satu hal itu saja yang aku suka dari tahun baru, yaitu kembang api dan yang lainnya aku tidak begitu peduli, dan di malam itu aku melihat keindahan langit yang bertabur bintang, aku selalu takjub dengan alam karena darinya aku bisa merenungi tentang kehidupan, darinya aku temukan kebahagiaan.

Di sebuah lapang di tengah kota terdapat sebuah pameran, aku tidak tahu itu adalah pameran seni atau apa yang jelas di pameran itu terdapat berbagai hiburan seperti komidi putar, jajanan dan ada pula yang menawarkan jasa ramalan, yang paling dikerubungi adalah seorang kakek peramal yang beurumur kira-kira 60 an, dia menggelar tikar ditengah-tengah lapang yang langsung jadi pusat perhatian, si peramal itu memakai penutup kepala berwarna hitam dan memakai baju serba hitam, dia mengalahkan ramainya orang yang menaiki komidi putar karena orang-orang seperti tumpah ruah dan saling berdesakan untuk melihat si peramal itu dari dekat, teman-teman mengajakku ke sana.

Dan di tempat itu ketika aku sibuk mendengarkan seorang peramal sedang membaca garis tangan 'sang korban' aku melihatmu berdiri disebelahku, kau seorang perempuan cantik yang sedang tertawa senang dan kulihat seakan dunia ikut tertawa bersamamu, entah kenapa tiba-tiba jantungku berdebar-debar serasa ada desir aneh menghampiri ketika pertama melihatmu, Kau  berambut lurus sebahu dengan poni yang menutupi seluruh keningmu poni yang lurus berjajar, kau juga mempunyai mata berwarna coklat yang terlihat besar tetapi bukan besar seperti mata tokoh kartun jepang, diantara teman-temanmu kau terlihat mendominasi dan bicaramu keras juga sering tertawa dan dalam remang -remang dimalam itu ku bisa menilai mu sebagai perempuan periang dan kekanak-kanakan, tetapi entahlah aku memang tidak kenal denganmu waktu itu

Ternyata kau hendak diramal oleh si peramal yang banyak ngomong dan sok tahu, mataku tidak lepas untuk memperhatikanmu, aku mencoba mendekat ingin tahu apa yang akan dikatakan si peramal itu yang sebenarnya ingin mendekatimu saja, aku lupa dengan teman-temanku karena aku seperti tertarik oleh magnet yang kau pancarkan, aku berdesakan dengan orang-orang yang memadati tempat itu hingga aku berada tepat di belakangmu, kulihat si peramal itu tersenyum padamu, kulihat giginya ompong dan sebagian giginya yang masih setia sudah menguning, kudengar pula beberapa orang tertawa cekikikan.

"neng malam ini akan menemukan jodoh" kata si peramal yang memakai baju serba hitam itu, dia memperhatikan garis tanganmu dengan serius

Kau hanya tersenyum kulihat
"mmmh mmmh..." gumam si peramal sambil mengangguk ngangguk "ya.. Ya!"

"masa depan neng cerah, namun disini" si peramal menunjuk sebuah garis ditanganmu "ada hal yang akan terjadi dan itu dapat menghancurkannya jika saja neng tidak dapat mengatasinya"

"menghancurkan apa mbah?" tanyamu
Namun yang ditanya diam dia malah mengangguk-ngangguk saja

"dan disini" si peramal menunjukan garis yang lain "garis ini bercabang artinya neng akan dicintai oleh dua orang laki-laki seumur hidup neng"

Kau mengangguk ngangguk dan kudengar teman-temanmu berbisik bisik tidak jelas.

"secara keseluruhan nasib neng baik, wallahu a'lam!" lanjutnya sambil tersenyum

"terima kasih mbah!" ucapmu

lalu kau mengeluarkan beberapa uang kertas dari tas mu dan kau masukan pada sebuah kotak yang telah disediakan, uang jasa si peramal memang tidak ditentukan besar kecilnya, tergantung keikhlasan orang yang meminta jasa ramalan saja, tiba-tiba aku jadi ingin diramal sepertimu, entah kenapa padahal aku tidak percaya dengan ramalan sebelumnya, kurasa karena dorongan magnet yang kau pancarkan, jadinya aku ingin terlibat dengan hal-hal yang kau sukai dan tanpa sadar aku sudah di depan si mbah padahal banyak orang yang berebutan,

"mari mbah lihat tanganmu nak" Kata si mbah dengan ramah padaku, aku masih agak kaget berasa aneh karena tanpa sadar aku sudah berada didepan si mbah namun segera aku mengendalikan diri

Aku berikan telapak tanganku padanya tanpa ragu-ragu, beberapa saat dia hnya mengangguk ngangguk saja melihat dengan teliti garis di telapak tangnku itu,
Kau memperhatikanku dari samping, membuatku sedikit gerogi, mungkin kau tidak sadar waktu itu kalau jantungku berdesir setiap kau melihatku. Mana kau tahu memang!

"mmh, ini garis kehidupan yang mengerikan sekali" katanya dengan miris

Aku kaget, si peramal meremas-remas tanganku.

 "ini garis ditelapak tanganmu membentuk huruf M tak beraturan dan tidak terarah, artinya kamu adalah orang yang tidak konsisten dan tidak punya komitmen sendiri, disini juga dikatakan bahwa hidup kamu miskin, dan akan tetap miskin jika garis ini tidak berubah!" lanjutnya sambil menatapku
Sungguh aku dongkol dibuatnya, dasar pembohong setiap orang garis ditelapak tangannya berbentuk huruf M.. Emangnya garis tangan juga bisa berubah dari M menjadi K yang artinya kaya, pikirku

"maksudnya bukan garis ditangan ini bisa berubah, tetapi kamu harus mengubah garis hidupmu sendiri" jelas si mbah seperti bisa membaca pikiranku
Aku dengar teman-temanku tertawa cekikikan dibelakang, sedangkan kau hanya berbisik-bisik dengan teman-temanmu, terus terang aku jadi ngeri sama omongan si mbah itu

"tetapi kamu akan menemukan kebahagiaan suatu saat nanti, semua telah tertulis disini" lanjutnya sambil menunjuk garis ditanganku dengan jarinya
Aku seperti mendapat angin segar dan anehnya merasa lega sekali.
"terima kasih mbah!" ucapku dengan takjim, dengan cepat kukeluarkan uang dari dompetku dan dimasukan ke dalam kotak, aku tidak ingin mendengar lagi yang jelek-jeleknya cukup endingnya saja bahagia aku tidak ingin berlama-lama, aku mundur kebelakang

Kini giliran teman-temanku saling berebutan namun sayang mereka keburu di tempati orang lain, entah kenapa orang - orang jaman modern masih percaya takhayul aku tersenyum saja melihat mereka semua dan ketika aku berpaling ke arah lain secara tidak sengaja mataku dan matamu saling bertemu aku merasakan desir halus dalam hati dan aku merasa tidak kuat merasakan tajamnya tusukan matamu  itu, segera aku mengalihkan pandanganku ke arah lain namun mata hati ku tidak dapat ku alihkan ke arah lain lagi setelah itu hingga sekarang. Jantungku berdegup keras dan aku tersenyum mendapati kekonyolanku itu, aku merasa itu konyol saja

Tatapan mata itu adalah perkenalan awal kita, kita tidak saling menyapa dan berkenalan secara langsung, tidak ada kata yang keluar dari mulut kita hanya kontak mata saja yang meski sekilas namun berbekas di hati, kau sempat melirik padaku sekali lagi sebelum kau pergi dengan teman-temanmu untuk melakukan hal lainnya, kemudian sebuah keyakinan timbul di dalam hati,  keyakinan yang sangat kuat sekali, bahwa kau lah seseorang yang kucari selama ini dan sampai sekarang aku tidak tahu kenapa keyakinan itu begitu kuat sekali.

Setelah teman-temanku akhirnya berhasil di ramal yang susah payah karena saling berebutan, kami kemudian menuju komidi putar yang selalu mnjadi hiburan favorit kebanyakan remaja, kulihat disana terdapat banyak pasangan kekasih yang sedang bermesraan, ada yang duduk berdua menunggangi kuda kayu dan ada pula yang menunggangi burung dari kayu juga, sebagian ada yang berpelukan dan mereka semua berputar-putar sambil bercengkrama entah apa yang mereka bicarakan, sayup-sayup terdengar jeritan manja seorang perempuan karena dijahili pacarnya, aku dan teman-temanku saling berpandangan kemudian tertawa karena kami berempat laki-laki semua, ternyata untuk malam itu dikhususkan untuk pasangan, akhirnya terpaksa kami harus mengurungkan keinginan untuk menaiki komidi putar karena kalau dipaksakan takut disangka homo.

Namun ternyata tidak semua yang menaiki komidi putar itu pasangan semua, karena tanpa sengaja kumelihatmu sedang asyik berputar-putar dalam komidi putar itu, kau duduk bersama temanmu terlihat asyik mengobrol dan sesekali kau tertawa, mataku tidak mau lepas darimu, menyaksikan indahnya dirimu dan kerasnya suara tawamu, aku seperti tidak berpijak pada bumi karena pikiranku melayang membayangkan saat itu aku yang menemanimu, tertawa bersamamu merasakan indahnya hidup di dunia ini, tanpa kusadari aku tersenyum sendiri

"hey, kenapa lo?" tanya si dendi disampingku
"ah, nggak!" jawabku namun aku masih tersenyum
"lucu aja, kita kan laki-laki semua nggak ada ceweknya" lanjutku
"hehehe iya ya!" diapun ikut tersenyum
"mending kita ke tempat lain aja, daripada di sini Cuma jadi penonton doank" ajak si nurman yang waktu itu terlihat seperti pemain band, dia adalah penggemar berat armand maulana vokalis band gigi,
"cabut yuk!" si riko menimpali sambil beranjak pergi, dan langsung kami ikuti

Setelah itu tidak banyak hal yang kami lakukan atau mungkin apa yang aku lakukan tidak terlalu berkesan karena ingatanku terus kepada mu, rambut yang berponi, tawa yang keras tatapan mata yang menusuk dan segalanya, saat itu aku sadar aku jatuh cinta padamu.

***

"Yakin mau pulang?" tanyaku sambil membukakan pintu mobil mu
Kau hanya tersenyum saja
"makasih ya!" ucapmu
"untuk apa?"
"untuk makan nya untuk puisi nya dan untuk segalanya" jawabmu tersenyum manis ke arahku
"oke.. Sama-sama dinda, padahal nginep aja di sini"
"ah nggak makasih"
"ya udah hati-hati di jalan ya!"
"ya" ucapmu sambil mengangguk

Terdengar suara mesin mobil kau nyalakan, kemudian suara mobil itu seperti memberitahukan bahwa kau akan pergi dan mungkin takkan kembali lagi, aku takut kau tidak ke rumahku lagi rasa itu tiba-tiba mendesak tapi tentu tidak mungkin aku memaksamu untuk tinggal dan jangan pergi, tiba-tiba aku teringat danau di samping rumahku tempat kesukaanmu dulu

"hei din!!" teriakku setelah mobilmu sudah melaju
"ya" kau menoleh
"ee.. Kalau ada waktu, besok datanglah ke sini lagi ada yang mau kakak tunjukan"
"ya, insya Allah kak!"

 Bersambung..





Leave a Reply

Labels