Tiga tahun sudah kita
menjalani kehidupan rumah tangga, dalam masa itu kita merasakan suka duka
bersama, jalan memang tidak selalu mulus tapi kita percaya dengan kekuatan
cinta jalan akan selalu ada buat kita untuk melewatinya, seperti jalan kita
dulu semasa berpacaran yang penuh liku-liku, bahkan seperti tidak mungkin
ketika itu untuk kita bersama karena aku malah menikah dengan orang lain dengan
mantan kekasihku sebelum kamu tapi jodoh memang ditangan tuhan kita hanya bisa
berencana dan menjalani apa yang telah seharusnya terjadi, hingga sekarang kita
menjalani bahtera rumah tangga kita selalu yakin kita memang ditakdirkan untuk
bersama, kita saling mencintai dan menyayangi, kau rela menerima ku ketika itu
meski kau tahu aku seorang duda.
Tak akan pernah aku lupa,
tiga tahun yang lalu kau meminta ku untuk untuk memberikan kepastian status
hubungan kita yang sudah setahun lebih kita lalui tanpa kejelasan, kita sangat
dekat layaknya sepasang kekasih, tapi aku sebagai seorang laki-laki belum bisa
berkomitmen dengan status hubungan kita itu.
“Bukan cuma dinda aja yang
capek, … kakak juga capek dengan perasaan ini, kakak gak mau seperti ini, kakak
sayang sama dinda…. tapi, kakak takut nggak bisa bahagiain dinda!!” kataku
waktu itu
“Kak , kenapa kakak slalu berfikir
begitu…dinda merasa bahagia bila didekat kakak bahkan dinda selalu merasa
bahagia hanya dengan mengingat kakak, dinda sayang sama kakak!“ balasmu sambil
menatap ku, dan aku bisa lihat dimata mu tersimpan ketulusan
“Kata sayang dan cinta
sangat mudah untuk diucapkan, kakak butuh lebih dari itu, din…”
“Tolong jelasin sama dinda
kak, rasa sayang yang seperti apa yang kakak butuhkan… rasa cinta yang
bagaimana yang kakak inginkan dari dinda…. Jelasin, biar dinda tahu seberapa
pantaskah rasa sayang dan cinta dinda ini buat kakak"
“Hanya waktu yang bisa
menjelaskan semua itu, dinda…”
“Setahun lebih dinda bertahan dengan semua
ini…berharap cinta ini kakak sambut!”
“Setahun masih belum cukup
buat kakak untuk bisa yakin memiliki cinta dinda… karena
kakak sudah pernah melewati waktu 2 tahun
hanya untuk bisa mengerti sebuah arti cinta dari orang yang sangat kakak cintai
dulu… dan dinda tahu?...dia pergi ninggalin kakak, dan menyisahkan kehancuran
dihati kakak” jawabku dan kurasakan ada
yang panas dimata ku
jika mengingat masa lalu
dengan seseorang yang sangat kusayangi, linangan air mata menjadi saksi
kepedihan hatiku meski tak sampai terjatuh. kau sangat mengerti kepedihan masa
lalu yang aku alami.
“Kak… jangan bayang-bayangin dinda dengan masa
lalu kakak, dinda punya hati dan cinta yang berbeda, kalau kakak masih enggan
melepas masa lalu, biarkan dinda yang pergi”
kau beranjak pergi
meninggalkanku…
“dinda…” aku berhasil
menahan mu
“Cukup kak, lepasin
dinda..!” kau berontak
“dinda… tolong jangan
tinggalin kakak, kakak hanya butuh waktu untuk semua ini” aku mendekap mu hingga
wajah kita berdekatan, kita bertatapan
saling pandang yang membuat detak jantung ku lebih cepat secara tiba-tiba kau
melingkarkan tanganmu ke leherku, kepala
kita mendekat perlahan, bibir kita bagaikan magnet cinta yang ingin
bersentuhan dan saling melumat. Dan terjadilah moment yang sangat romantis
kemudian kau melepaskan ciuman mu, dan berbisik di telingaku dengan suara
bergetar karena menahan tangis..
“Mungkin ini yang pertama,
atau mungkin akan menjadi yang terakhir buat kita… biarkan dinda pergi
sekarang, kakak bisa miliki hati dinda jika kakak mau, jika kenangan dapat
melupakan cinta sejati kakak, kembalilah pada masa lalu kakak”
dan akhirnya kau pergi
meninggalkanku yang masih tertegun memikirkan kata-katamu saat itu… aku masih
belum beranjak dari taman itu, aku merenungi setiap detail kejadian demi
kejadian yang terjadi dalam hidupku…
“Ya Allah… kenapa kisah
cinta ku ribet seperti ini?”
kata-katamu terus terngiang ngiang apa mungkin aku bisa melupakan masa lalu ku sementara kau kembali datang
kepada ku.
Kemudian aku teringat akan
pertemuan ku dengan devi mantan kekasihku itu bebebapa waktu sebelumnya
“kak.. Devi minta maaf
sudah mengecewakan kakak, devi menyesal sudah ninggalin kakak!” dia memohon
dengan linangan air mata.
“Kalau devi cuma mengharap
kata maaf, devi sudah mendapatkannya kakak sudah memaafkan devi dari dulu!”
jawabku
“terima kasih…, devi semakin sadar kalau devi
bener-benar merasa jadi perempuan terbodoh yang telah menyianyiakan laki-laki
sebaik kakak, devi harap kakak masih mau nerima devi lagi, kita bisa menjalin
kembali suatu hubungan dan… kita lanjtutin lagi mimipi-mimpi kita..”
aku semakin bingung dengan
perasaan ku waktu itu dinda, di satu sisi aku merasa memang telah menemukan
cinta bersamamu, tapi aku selalu takut tidak bisa membahagiakan mu, karena
cintaku masih belum sepenuhnya untuk mu karena pada saat itu masih ada
bayang-bayang devi dalam hatiku dan karena buatku kau adalah sosok yang sangat
sempurna yang saat itu masih banyak laki-laki yang berusaha mengejar cintamu,
memang selama setahun itu kau masih bertahan mencintaiku dan mengacuhkan
tawaran - tawaran cinta dari laki-laki lain, tapi siapa yang tahu apa yang akan
terjadi. Di lain sisi aku juga masih memikirkan mantanku devi, kehadirannya
semakin membuat gamang hatiku. Jujur, selama itu pula devi masih terpatri dalam
hatiku, meskipun sebelumnya dia telah menyakiti hatiku tapi aku masih selalu
mengharapkan kedatangannya untuk meminta penjelasan kenapa dia meninggalkanku.
Kedatangannya waktu itu menjelaskan semuanya, ternyata bukan keinginan dia
sendiri untuk meninggalkanku dulu, itu semua karena paksaan orang tuanya yang
menjodohkannya dengan pengusaha kaya, tetapi kemudian pengusaha kaya itu telah
meninggalkannya, karena itu dia kembali, berharap aku mau merajut kembali kisah
yang dulu pernah dilalui dengan indahnya.
Aku merana memikirkan
cintamu dinda, haruskah aku memilihmu dengan bayang-bayang kesempurnaannya dan
harus menguatkan hatimu untuk siap melihat begitu banyak lelaki yang akan
memuja kekasihku itu , atau aku harus memilih kembali kepada sang mantan devi
yang pernah menyakitiku tapi masih tulus mencintainya?
Kaupun pulang dan
menangis, kau tidak pernah bisa mengerti
apa sebenarnya yang aku inginkan, setahun lebih menjalani kisah tanpa status yg
jelas, perhatian & rasa sayang yang diberikanku kepadamu sudah tentu
membuatmu jatuh cinta kepadaku. kau bingung kenapa aku menggantung cintamu seperti itu, kau selalu menunggu, tapi bagimu
apalah arti menunggu kalau tidak pernah ada kepastian, Dalam keadaan seperti
itu, kau butuh sahabasahabatmu yang bisa kau jadikan sandaran untuk menumpahkan
semua isi hatimu, hanya dua orang yang selalu ada untukmu waktu itu mereka
selalu ada dalam suka maupun duka.
Fery dan retna… hanya
mereka yang selalu bisa mengerti akan kamu, yang selalu siap menjadi apapun
untukmu. kau hidup sebatang kara di sukabumi, orang tuamu meninggal karena
kecelakaan pesawat sementara kakakmu satu-satunya memilih tinggal di jakarta
untuk meneruskan perusahaan keluarga. Sebagai sahabatmu, fery dan retna di
minta oleh kakakmu untuk menjagamu, dan merekapun berjanji akan selalu
menjagamu dan selalu membahagiakanmu.
mereka jugalah yang mengenalkanmu kepadaku dulu. aku adalah sahabat
mereka dan akhirnya setelah kedatangan mu ke sukabumi kita berempat bersahabat,
kau, aku, fery dan retna… dalam persahabatan itulah awalnya terjadi benih-benih
cinta antara aku dan kamu hingga selanjutnya menjadi rumit.
Kau menghubungi mereka,
dan seperti biasa mereka berusaha meredakan perasaanmu yang hancur karena aku
“din, dia itu sebenernya
gengsinya gede jadi dia masih jaim-jaim gitu mau nembak dinda, dia juga
sebenernya cemburu sama laki-laki yang
ngejar ngejar dinda, si israj, Taufan, irfan, teguh siapa lagi tuh… jadi dinda
tenang aja, cinta si ruslan Cuma buat dinda” kata retna berusaha menenangkanmu
yang masih menangis
“Dinda kan nggak pernah nanggepi mereka Na,
terus ngapain si kakak cemburu Ya udah
mulai sekarang dinda bilang ma mereka jangan gangguin dinda lagi, biar si kakak
cepet nembak dinda…!!’
“Ya uda sekarang senyum
donk… biar cantik lagi” rayu fery padamu kau mulai tersenyum
“terima kasih fey.. karena selalu ada buat
dinda”
kemudian memeluk retna
“Na
juga..!!”
Keesokan harinya…
Sebuah musibah terjadi
padamu, kau menagalami kecelakaan dan pihak kepolisian menghubungi mereka
mengabarkan kau telah dirawat di rumah sakit
keadaanmu sangat parah
saat itu bahkan kaupun di nyatakan koma oleh dokter,
Retna dan fery
menghubungiku untuk mengabarkan semuanya.. Saat itu aku sangat terkejut mendengarnya
“Na.. dimana dinda
sekarang??” Tanyaku dengan muka yang sangat tegang saat itu ketika tiba di
rumah sakit
“Di dalam rus… masih di
periksa dokter, tunggu dulu aja disini!” jawab retna
“Gimana keadaannya… kenapa bisa sampai
kecelakaan kayak gini?” aku mondar mandir
“Tadi pagi si dinda di
jemput si israj buat sarapan… masih di selidiki oleh polisi di TKP bagaimana
sebenernya kronologi kecelakaannya!!” terang Retna
Mendengar nama si israj
disebutkannya, pikirankupun jadi kacau…
pikirku ternyata kau memang berniat meninggalkanku, seperti yang kau
katakan itu
Tiba-tiba rasa simpatiku
kepadamu hilang begitu saja, rasa kecewa malah menjalari hatiku waktu itu, aku
merasa kau hianati yang pada akhirnya saat itu aku memutuskan untuk pergi dari
Rumah sakit tanpa ingin melihat keadaan mu dahulu
“rus… mau kemana?” Tanya
retna saat itu, heran melihatku tiba-tiba lari kearah luar
dan Dalam perjalanan pulang itu aku sibuk dengan
pikiranku yang kacau, kenapa kau tega melakukan semua itu karena baru kemarin
itu kau minta kejelasaan hubungan kita, tapi kau dengan mudahnya mau jalan sama
lelaki lain, akhirnya ketakutan yang aku rasakan pada waktu itu terjadi juga,
kau meninggalkanku dan memilih cinta dari orang lain…
Dua Minggu kemudian
setelah kau mengalami kecelakaan, Keadaanmu masih belum ada kemajuan yang
signifikan, kau masih terbaring koma. mereka masih setia menemanimu di Rumah
sakit, siang malam mereka selalu berada di sisimu, sementara aku tidak
sekalipun datang walau hanya untuk menengok atau menanyakan perkembangan
keadaanmu saat itu. merekapun merasa
heran kenapa orang yang sangat kau cintai itu tidak pernah terlihat batang
hidungnya, mereka menghubungiku lewat hp tapi sengaja aku mengabaikan mereka
karena aku terlanjur kecewa padamu saat itu dan karena mantan kekasihku devi
mendesakku untuk segera menikahinya yang akhirnya aku melamar devi berangkat
dari kekecewaanku padamu, aku memang
tidak tahu yang sebenarnya terjadi yang aku tahu kau pergi kencan dengan si
israj, aku pikir dengan menikahi devi kekecewaanku akan segera hilang karena
devi memang seseorang yang masih sangat kucintai saat itu.
“Lu punya hati nggak sih
rus? … lu tega ngelakuin semua ini sama si dinda?” tanya si fery yang datang ke
rumahku ketika itu setelah aku berikan sebuah undangan pernikahan, dia terlihat emosi dan aku diam…
“Bilang sama gue, kenapa
lu lakuin ini…?” tanya si retna
“Gue minta maaf, gue nggak
bisa ngebahagiain dia, biarlah dia bahagia sama laki-laki lain, dan biarkan gue
juga mencoba bahagia dengan orang lain!” kataku pada mereka
“Tapi dinda cuma mau
bahagia sama lu, rus…" balas retna
Gue yakin, suatu saat lu akan nyesel udah ninggalin
dia!” fery menimpali dan kemudian merekapun pergi meninggalkanku saat itu
dengan sejuta kemarahan padaku
4 hari kemudian, kau masih
tetap terbaring dalam koma. Disampingmu ada mereka yang masih setia menemanimu.
Saat itu tiba-tiba mereka melihat air mata mengalir di pipimu mereka sama-sama
aneh melihat air mata itu yang keluar begitu saja tanpa ada isak tangisan atau
apa, merekapun saling berpandangan tidak mengerti atas apa yang terjadi padamu,
kemudian retna teringat akan sesuatu
“Fey lihat!” retna
menunjukkan jam tangannya pada si fery
“hari ini jam 10:10 si
ruslan akan melaksanakan akad nikah, dan sekarang tepat jam 10:10 apa mungkin
air mata dia ada hubungannya dengan ini?”
“Ya, mungkin aja Na… ”
Tepat ketika air matamu
itu keluar membasahi pipimu aku melangsungkan akad nikah tepat pada jam 10:10
dengan tegas kuucapkan
“Saya terima nikah dan
kawinnya devi sri rahayu binti kosih dengan mas kawin seperangkat alat sholat
dan emas 100gr dibayar tunai”
“Sah…” para saksi saling
mengangguk
“Alhamdullilah….” semua
undangan serempak mengucapkan syukur
Saat ituTiba-tiba saja air
mataku serasa mau keluar tapi rasanya bukan air mata kebahagiaan atau keharuan
karena pernikahanku, entahlah itu air mata apa.. ia keluar tanpa kusadari, yang
kini kutahu itu sebagai jeritan hatimu
Diantara undangan yang
datang untuk mengucapkan selamat kepadaku & devi, ternyata ada sosok israj
hadir di acara itu. Ya israj hadir dengan kedua tongkat di tangannya,
kondisinya memang belum fit, tapi saat itu dia memaksakan diri untuk datang
menyampaikan sesuatu padaku, dia menghampiriku
“Maaf rus, ada yang harus
gue katakan” katanya dengan serius waktu
itu
aku minta ijin kepada devi
untuk berbicara sama dia, devi memperbolehkanku tanpa sedikitpun terpancar kecurigaan
di wajahnya, kemudian aku dan si israj menuju tempat yang agak sepi, dan
disitulah dia menceritakan semua yang terjadi pada hari nahas itu, apa yang
sebenarnya terjadi antara dirinya dan dirimu, bukan seperti yang kupikirkan
ternyata…
“dinda nggak pernah
memilih gue… hatinya Cuma buat lu, rus! Dinda minta gue untuk tidak lagi
mengharapkannya dan berhenti mengejar cintanya, karena dia tahu, itu salah satu
alasan kenapa lu belum bisa berkomitmen dengan dinda… lu masih ragu dan sering
cemburu pada laki-laki yang mendekati dinda” dia menjelaskan semuanya aku hanya
terdiam mendengar penjelasannya
"kenapa lu baru
bilang sekarang?" tanyaku, meski aku tahu dia baru tersadar dari koma.
Kemudian Aku sadar sudah
melakukan kesalahan besar, menyia-nyiakan ketulusan cinta darimu tapi semua
sudah terlambat, aku telah memilih Jodohku dan
ikrar suci terlanjur terucap dari lisanku, saat itu aku telah menjadi
seorang suami dari devi dan aku harus bertanggung jawab dengan statusku saat
itu…
Dua Bulan Kemudian…
Kaupun sadar dari koma, kemudian kau menjalani
pemulihan di rumahmu, kau belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Fery, retna dan teman-teman kita yang lain
tidak menceritakan pernikahanku kepadamu, mereka takut kau tidak bisa menerima
semua itu, dan itu akan berakibat fatal pada proses penyembuhanmu. Ketika kau
menanyakanku, mereka selalu bilang kalau aku sedang ada pekerjaan ke luar kota
untuk waktu yang cukup lama jadi belum bisa menemuimu. Setiap hari mereka
mengirim hadiah untukmu tapi atas namaku, Jadi kau tidak merasa kehilanganku
karena tiap hari selalu datang hadiah-hadiah dan kata-kata semangat dariku dan
itu sudah cukup membuatmu bahagia meski belum bisa bertemu denganku.
“Kalau kak rus pulang,
dinda harap dia sudah bisa nembak dinda, aku pengen nikah sama dia… aku pengen
bahagia sama dia!” katamu suatu hari ketika menerima boneka beruang atas namaku
dengan senyum terkembang di bibirmu
Retna merasa tak tega
melihatmu terjebak dalam harapan kosong seperti itu.
****
sementara Rumah tanggaku
dengan devi terasa hampa, aku tidak menemukan kebahagiaan yang selama itu ku
harapkan bersamanya dan dalam hatiku sebenarnya ada sebuah penyesalan telah
menyia-nyiakanmu dan saat itu aku merasa devi berubah sikapnya, entah karena
apa
“A…sampai kapan kita akan seperti ini?”
Tanyanya padaku pada suatu malam
“Maksud devi apa…bukannya
kita baik-baik saja?” aku balik bertanya tak mengerti maksudnya
“Tidak A.. rumah tangga
kita tidak baik-baik saja… raga Aa disini, tapi hati dan fikiran Aa entah
dimana?.. apa Aa menyesal nikahin Devi?” tanyamu dan kulihat matamu memerah
“Vi, Aa nggak nyesel
nikahin devi, kita akan baik-baik saja…kita hanya butuh sedikit adaptasi saja
dengan status kita sebagai suami-istri!”
Tapi saat itu dia malah
menangis dan aku jadi serba salah
“Devi tahu Aa tidak
bahagia sama V sekarang, kalau Aa mau lepasin devi sekarang…devi rela A!” katanya dengan terisak
“Apa maksud devi?"
aku sangat terkejut sekali, sungguh suatu kata yang tidak ingin aku dengar, dan
aku merasa bersalah saat itu
“Devi rela Aa ceraikan”
aku merasa seperti ada petir menyambar - nyambar diluar
Tetapi pada Malam itu aku
tidak terlalu menanggapi ucapannya meski hal itu terus menghantuiku, kurasa dia
hanya sedang tertekan saja dan tidak sadar mengucapkan itu, tapi dari hari ke
hari dia malah jadi semakin jauh, dan pada
suatu pagi aku memergokinya sedang mengemas baju-bajunya pada sebuah
koper
"devi mau
kemana?"
****
aku memutuskan untuk
menemui kedua sahabatku fery dan retna, sebenarnya saat itu aku masih malu
untuk menemui keduanya karena telah mengecewakan mereka, tapi demi
memperjuangakan cintaku padamu, saat itu aku butuh mereka. kemudian aku menceritakan semua yang terjadi pada
rumah tanggaku dan alasan kenapa aku menikahi devi dan sekaligus memohon
bantuan mereka untuk kembali bisa mendapatkan cintamu…
Kau saat itu tengah duduk
di taman rumahmu, di tanganmu tergenggam sebuah buku yang terbuka, tapi kau
sedang tidak membaca buku itu, ku tak tahu apa yang sedang kau pikirkan, waktu
itu aku melihat air matamu menetes membasahi bukumu
“Din…!!” sapaku, namun kau diam saja tidak
bergeming
“Dinda gimana kabarnya” ulangku dan akhirnya
kau mau menoleh, matamu merah basah
"mereka memberi tahu
dinda kakak akan datang" katamu dingin
"oh" ucapku
sambil tersenyum
"selamat ya atas
pernikahan kakak sebelumnya!"
“Din…Ma’afin kakak” aku
merasa tak berdaya mendengar ucapan itu
"Kalau kakak cuma
mengharap kata maaf, kakak sudah mendapatkannya dinda sudah memaafkan
kakak!"
Oh jawabanmu sama persis
seperti jawabanku pada devi ketika dia meminta maaf
"terima kasih"
jawabku sambil tersenyum, aku mencoba mendekatimu saat itu, aku ingin menghapus
air matamu, dan ketika kulakukan air matamu malah semakin deras dan kau menepis
tanganku
"kenapa kakak tega
sekali sama dinda"
"dinda.. Kakak memang
salah kakak fikir saat itu dinda jalan sama si israj untuk melupakan kakak,
kakak sakit hati saat itu dinda, kakak diliputi rasa kecewa dan tidak tahu yang
sebenarnya terjadi antara dinda dan si israj dan kakak juga terlalu cepat
mengambil keputusan, yang akhirnya kakak sadar kakak telah melakukan kesalahan
yang besar dan hari-hari selanjutnya kakak semakin sadar kalau cinta kakak
hanya untuk dinda bukan untuk mantan istri kakak itu"
Dan tangisanmu tak juga
reda
"ini terjadi karena
kesalahpahaman saja dinda, tolong jangan nangis maafkan kakak" ratapku Berharap
jalan terang kau berikan padaku, namun di hari itu kau tidak memberikan
kepastian apa-apa, kau hanya memintaku untuk menunggu hatimu untuk bisa
menerima semua itu, aku mengerti akan perasaanmu waktu itu dan akupun pergi
hanya dengan membawa harapan tetapi aku sangat yakin kau akan menerimaku
kembali
Hingga akhirnya keyakinan
itupun terjadi, suatu hari kau berdiri di depan pintu rumahku dengan tersenyum
manis seperti tidak terjadi apa-apa antara kita sebelumnya, aku menyambutmu
dengan ketulusan hati, senyummu itu adalah kenangan indah yang tak mungkin akan
aku lupakan sampai kapanpun dan aku tahu sebagai jalan takdir yang harus dilalui,
sampai sekarang hingga
kisah kita ini ditulis kita adalah sepasang suami istri yang berbahagia.
has been read.