(Dinda I) Always

2 komentar




Tak terpikirkankah olehmu untuk apa aku lakukan semua ini dinda? pengorbanan dan pengabdian yang tulus, kebersamaan kita sepanjang hari hingga kita seperti sepasang kekasih yang sedang menjalin cinta, sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Kutemani engkau berlari mengejar kupu-kupu, kubawa engkau melayang layaknya mereka, senyumu yang tulus dinda membuat aku merasa bahwa kaupun seperti aku.
Tapi cinta ini hanya khayalan untukku sendiri, sepertinya kau tak pernah pedulikan perasaanku, selalu kau cari-cari cinta yang lain, kau berharap bahagia lalu kemudian setelah gagal barulah engkau kembali padaku, meminta kehangatan hati yang telah menjadi dingin, cinta yang sudah menjadi luka, bahagia yang sudah menjadi sengsara, seperti tak ada tempat untukmu kembali selain padaku.
Masih terbayang dengan jelas percakapan kita di pinggir danau waktu itu.

“kanda, lihatlah pemuda itu tampan sekali ya...!” wajahmu berseri ketika itu, matamu tampak berbinar bercahaya memandang laki-laki yang sedang lewat di depan kita, darahku serasa panas
“dinda kenal?” tanyaku kemudian, kucoba menyembunyikan wajahku yang memerah
“katanya dia orang kp tumaritis, dinda pernah bertemu di taman strawberry..” jawabmu dengan berbunga-bunga
“lalu.....?
“ya waktu itu dia nggak lihat dinda sich,
kanda kenal dia nggak?”
“oh engga, dinda suka ya?” tanyaku datar saja
Kau hanya tersenyum saja ketika itu, aku tahu kau sedang jatuh cinta dan yang aku rasakan adalah sakit dinda.
Sampai sore hari kita berdua hanya membahas asal-usul pemuda yang kau puja.
Hari-hari berikutnya kau mulai berkenalan dengan pemuda itu lalu kau memberitahukanku namanya haris, dan kemudian setelah itu kau mulai kepakan sayapmu terbang mengejarnya, menebarkan pesona kecantikanmu hingga dia menangkapmu dalam pangkuannya, rayuannya dan dalam cintanya. Pada saat itu kau mulai menjalin cinta.

Pernah aku saksikan engkau bekejar-kejaran ditaman ilalang bersama dia, tawa manjamu terdengar riang di telingaku, tak kutahu pasti apa yang aku rasakan pada saat itu selain bahagia bercampur kecewa, kemudian engkau datang padaku membawa segudang cerita bersama dia, kau ceritakan hari-hari yang indah, tentang cinta yang kau rasakan, dan tentang hari yang ingin engkau jalani selanjutnya.
Tanganku terbuka selalu, biar semua itu adalah duri, mungkin aku hanya alas kaki tapi hati kecil berkata tak mungkin engkau setega itu, hingga aku menanti dan terus menanti. Tak pernah pasti
Hari berganti hari, tidak ada yang berubah, kisah kita cerita kita hanya seperti ini saja, terkadang aku merasa kau miliku lalu perasaan itu kembali hilang setelah engkau hempaskan aku seperti biasa, perasaan itu kembali terbuang setelah kau mengagumi laki-laki lain, dan semua laki-laki juga seperti itu saja, mereka buat kau jatuh, mereka buat kau patah, mereka buat kau jera tapi kau tak juga jera.
Suatu hari aku berkunjung ke rumahmu ketika engkau sedang patah hati, di beranda rumahmu kita duduk berdua,
aku berpantun ;
“sudah tahu peria pahit
Mengapa digulai dalam pasu
Sudah tahu bercinta sakit
Mengapa tak jera sedari dulu”.
Tapi kau hanya tersenyum tipis tak berarti
“bukan begitu kanda, semua hal itu ada sisi buruk dan baik sperti halnya perasaan kita”
“maksudnya?” aku kurang mengerti sambil mengernyitkan dahi
“kanda, apalah arti kebahagiaan bila tak ada penderitaan, apalah arti rasa manis kalau kita tidak pernah merasakan pahit. Kanda, dinda terkadang merasa jera untuk bercinta tapi cinta datang dengan sendirinya tanpa kita sadari sebelumnya, tanpa bisa kita duga kepada siapa kan sampai dan kita sebagai manusia membutuhkannya. Tanpa cinta berarti tidak ada kita kanda” dalihmu begitu penuh perasaan dan penghayatan terhadap ucapan mu sendiri, aku jadi tersadar, bahwa memang benar.
Akan aku tunggu kau sampai aku berhenti bernafas, karena tak akan ada kebahagiaan tanpa kesedihan tak akan ada kepuasan tanpa penantian yang panjang, secara tidak langsung kau membangkitkan semangatku untuk mendapatkan cintamu yang seperti tidak kan sampai.

Di suatu siang disaat mentari tertutup awan dan kita berdua duduk bersandar kaki di bawah pohon, di sisi danau yang biasa kita jumpai kita bercerita tentang negeri asing yang kitapun tak tahu dimana, engkau begitu senang bercerita dan ceritamu tentang cinta begitu menusuk jantungku hingga yang paling dalam. Aku senang dinda, tentu saja aku sangat senang bila melihatmu bahagia, hari ini kau bercerita membayangkan seorang pangeran membawamu terbang dengan kuda pegasus seperti dalam cerita kartun dan dongeng-dongeng barat.
Dihari itu, sehabis bercerita engkau mengajaku berenang ketika sang surya berada tepat di atas kita dan bersinar terik membuat kita gerah, tapi aku tak bisa dinda, karena kita telah dewasa, kau wanita dan aku laki-laki normal, kita sudah bukan kanak lagi seperti dahulu.
Tapi rayuan manjamu membuat hatiku luluh
“ayo dong kanda kenapa nggak mau? Dinda nggak mau renang sendirian kan nggak seru!”. Rengekmu layaknya gadis kecil
“dinda.. nggak baik kan kita mandi berdua kalau dilihat orang bagaimana?”. Aku berusaha membujuk
“ayo ah, biarin orang mau bilang apa ke terserah mereka kanda, ayo...!”.
Akhirnya kaupun menarik paksa tanganku hingga aku terjatuh, dan kau langsung tertawa terbahak melihatku basah kuyup masih mengenakan baju, aku menyerah dan ikut bergembira bersamamu, biarlah apa kata orang bila ada yang melihat kita mandi bersama karena bagiku membahagiakanmu adalah hal yang terpenting dalam hidupku, apapun akan aku lakukan selama aku mampu untuk melakukannya, kupenuhi permintaanmu ini kutemani kau mandi walau aku merasa canggung, tapi engkau begitu senangnya kulihat, bermain main dengan air, menyiprat-nyipratkan padaku mengajaku untuk menjadi kanak kembali.

Apa yang ada dipikiranmu waktu itu dinda? Tak sadarkah kau sudah menjadi gadis remaja belia, seandainya saja aku tidak bisa menahan diri mungkin sudah terjadi sesuatu yang menodai kesucianmu, lihatlah tubuh mulus mu begitu indah dipandang mata, begitu sempurna sebagai seorang wanita remaja, jujur aku terpesona dan sangat ingin memilikimu seutuhnya, mungkin bagimu aku ini boneka yang tak berperasaan padahal sesungguhnya aku sangat mencintaimu, aku sangat menyayangimu, aku senang melihatmu bahagia seperti itu.

Senja pun tiba, kita berdua menikmati alam sekitar, banyak sekali pertanyaan-pertanyaanmu tentang alam, hingga aku kehabisan jawaban, lalu kita pulang bersama dan aku antar engkau sampai rumah seperti biasa, hari – hari seperti itu aku sebut sebagai menjalin cinta, entah bagimu apa..

Aku selalu bertanya dalam hati dan merenung sendiri tentang semua yang telah kita lewati bersama, sampai kapankah kita akan terus begini?, engkau datang padaku seperti memberi harapan akan ruang dihatimu, tapi ternyata selalu apa yang aku kira tentang perasaanmu itu salah, semua tak sama dengan yang aku sangkakan atau aku dinda yang tak pernah bisa mengerti apa yang selama ini kau inginkan.
Telah sering akau dengar
“si andi brengsek dia selingkuh!”
“si erik playboy ih sebel!”
“si abdul mempermainkan dinda!!”
Dan sebagainya.....................
Hanya satu jawabanku dinda, bahwa kau masih mempunyai aku yang akan selalu memperhatikanmu yang selalu berusaha mati-matian agar kau ceria kembali.

Dinda, semua kenangan tentangmu masih terlihat jelas dimataku tak akan mungkin aku lupakan, masa-masa itu seperti baru kemarin aku rasakan, ternyata berpuluh tahun sudah semua itu berlalu. Kenangan tentangmu begitu kuat karena kau cinta pertama dan Kini ku tak tahu engkau dimana, kau pergi meninggalkan kenangan yang indah.
Untuk terakhir kalinya kita berjumpa, pada suatu pagi engkau datang ke rumah

“tumben dinda, sepagi ini tidak biasanya?”
Tanyaku sembari tersenyum ramah setelah mempersilahkan masuk.
tapi aku lihat ada raut sedih di matamu, sangkaku pasti kekasihnya yang baru bermasalah lagi, aku sudah siap dengan kata-kata pamungkasku untuk mengiburnya.
“Dinda akan pindah rumah...jadi..”
“pindah? Maksudnya?” potongku terkejut
“dinda hari ini akan pergi ke bekasi, pindah rumah soalnya ayah dinda sekarang ditugaskan disana, jadi seluruh keluarga harus mengikuti ayah” jawabmu dengan nada sesal dan tahukah kau pada saat itu aku serasa disambar petir mendengarnya
“kenapa mendadak sperti ini........?,
apa sekeluarga dinda?”
“iya, kecuali paman dan bibi, sekeluarga dnda akan pindah ke bekasi”
Kata-katamu berat waktu itu, penuh beban
“kenapa harus ke bekasi, jauh dinda...!”
“dinda tidak tahu”
Aku langsung membayangkan hari-hari yang sepi, aku membayangkan saat-saat yang membosankan, pastinya aku akan sangat kehilangan, karena aku telah sangat sayang padamu dinda, aku merasa rindu setiap hari, aku sungguh tak sanggup berpisah....... tapi ini pasti terjadi, hatiku mengatakan ini pasti terjadi.
Aku terdiam tak tahu mesti berbuat apa, bila sudah menyangkut urusan keluargamu, ayahmu itu memanglah sangat keras. seorang polisi yang mengabdi kepada negara seutuhnya, dan urusan pindah rumah atau tempat tinggal juga sudah pasti tugas dari atasannya di sana, jadi sudah tidak mungkin untuk menolak ayahmu atau membujuknya walau sampai kau merengek-rengek sekalipun, aku kenal ayahmu yang keras dan egois dinda.

Sepagi itu engkau datang dan membawa kabar yang tidak enak, tentang sebuah perpisahan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya, benar juga mimpi semalam itu, di dalam mimpi aku melihat kau berjalan tergesa menjauhiku dan lalu masuk ke dalam sebuah bangunan yang tak jelas, kau kemudian menutupnya dan ketika ku kejar suara kokok ayam jantan membangunkanku dari mimpi dan aku terjaga, inikah arti dari mimpi semalam itu?
Kelu, sungguh kelu kurasa,

“kanda, dinda sudah menolak habis-habisan, tapi kanda tahu sendiri kan? keputusan ayah tak bisa diganggu gugat” ujarmu lagi seperti tahu apa yang aku inginkan
“dinda, kanda tak mau berpisah.....”
“dinda juga tak mau kanda, siapa lagi tempat dinda mengadu selain kanda, tapi apa yang bisa dinda lakukan sekarang keputusan ayah sudah bulat”
“tapi sungguh kanda tak mau berpisah..!” ratapku penuh harap aku tak tahu harus ngomong apa lagi, air mataku serasa mau tumpah habis-habisan seolah tahu perpisahan ini pastilah terjadi
Kaupun akhirnya menangis, kau menghampiriku, meraih tanganku dan kau genggam erat
“sabarlah kanda, percayalah suatu saat kita pasti berjumpa kembali.....
mungkin ini yang bisa dinda berikan sebagai kenang-kenangan dan pengobat rindu”
Kau berikan sebuah kalung emas padaku, kau simpan ditanganku dan kau kepalkan dengan tatapan pasti
“dinda,......” air mataku benar-benar terjatuh
Kau lalu memelukku tanpa ragu, sungguh ini pertama kalinya aku kau peluk semenjak kebersamaan kita dari kanak-kanak... aku balas pelukanmu itu dengan erat dan penuh kasih sayang, selama beberapa saat kita membisu dan hanya isak tangis yang bicara.
“selamat tinggal kanda!”

Engkau pergi setelah itu, tapi saat itu aku menemukan jawaban besar bahwa ternyata kau juga mencintai dan menyayangiku, kau katakan sendiri dengan bahasa tubuhmu.





2 Responses so far

  1. Membaca karya anda ini sejenak hati saya campur aduk; sedih, semangat, frustrasi dan cenderung ingin menggantung diri. Ada beberapa point yang perlu bapak perhatikan.
    1.Sejenak saya gigit sendal jepit, saat membaca judul post bapak ini. Kenapa emangnya ? Begini pak pendeta, pernahkan bapak Lihat gelar bangsawan-bangsawan, misal VLAD TEVES II, SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO IX, PAUS URBANUS III. Merujuk ke judul post ini (DINDA I), saya berkesimpulan bahwa setelah DINDA I maka kemungkinan akan hadir DINDA III, DINDA XXX dan seterusnya. Disisi lain ini adalah solusi bagi bapak agar tidak larut dalam kehancuran, karena masih ada DINDA II. Namun, pada akhirnya ini akan menjadi boomerang bagi bapak. Maksudnya ? maksudnya bapak akan pusing untuk membuat cerpen DINDA versi ke 1000, bagaimana?

  2. Unknown says:

    saya punya cerpen berjudul Dinda II sbentar lagi akan saya post kan
    masukan anda terkesan terlalu dibuat-buat, judul itu terserah saya, anda seperti melihat semut diatas pohon tapi gajah di depan mata tidak terlihat
    saya pernah membaca post di blog anda yang berjudul OBROLAN DUA MAKHLUK GAIB contohnya satu saja itu, padahal anda hanya menceritakan chating anda dengan teman anda dan sama sekali tidak ada ending yang bagus untuk mempertanggung jawabkan judul yang anda buat, nyatanya tidak ada obrolan mahluk gaib di situ spt jin atau siluman atau apalah sebagainya dan judulnya dibuat-buat untuk keperluan minat orang lain yang jelas-jelas penipuan kepada pembaca,,
    jadi tolong kalau mau berkomentar sekiranya masukan yang berguna tanpa ada kesan untuk menjatuhkan nilai karya seseorang dengan hal-hal yang remeh temeh apalagi dibuat-buat seperti itu.

Leave a Reply

Labels