Tak terpikirkankah
olehmu untuk apa aku lakukan semua ini dinda? pengorbanan dan pengabdian yang
tulus, kebersamaan kita sepanjang hari hingga kita seperti sepasang kekasih
yang sedang menjalin cinta, sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara.
Kutemani engkau berlari mengejar kupu-kupu, kubawa engkau melayang layaknya
mereka, senyumu yang tulus dinda membuat aku merasa bahwa kaupun seperti aku.
Tapi cinta ini
hanya khayalan untukku sendiri, sepertinya kau tak pernah pedulikan perasaanku,
selalu kau cari-cari cinta yang lain, kau berharap bahagia lalu kemudian
setelah gagal barulah engkau kembali padaku, meminta kehangatan hati yang telah
menjadi dingin, cinta yang sudah menjadi luka, bahagia yang sudah menjadi
sengsara, seperti tak ada tempat untukmu kembali selain padaku.
Masih
terbayang dengan jelas percakapan kita di pinggir danau waktu itu.
“kanda,
lihatlah pemuda itu tampan sekali ya...!” wajahmu berseri ketika itu, matamu
tampak berbinar bercahaya memandang laki-laki yang sedang lewat di depan kita,
darahku serasa panas
“dinda kenal?”
tanyaku kemudian, kucoba menyembunyikan wajahku yang memerah
“katanya dia
orang kp tumaritis, dinda pernah bertemu di taman strawberry..” jawabmu dengan
berbunga-bunga
“lalu.....?
“ya waktu itu
dia nggak lihat dinda sich,
kanda kenal
dia nggak?”
“oh engga,
dinda suka ya?” tanyaku datar saja
Kau hanya
tersenyum saja ketika itu, aku tahu kau sedang jatuh cinta dan yang aku rasakan
adalah sakit dinda.
Sampai sore
hari kita berdua hanya membahas asal-usul pemuda yang kau puja.
Hari-hari
berikutnya kau mulai berkenalan dengan pemuda itu lalu kau memberitahukanku
namanya haris, dan kemudian setelah itu kau mulai kepakan sayapmu terbang
mengejarnya, menebarkan pesona kecantikanmu hingga dia menangkapmu dalam
pangkuannya, rayuannya dan dalam cintanya. Pada saat itu kau mulai menjalin
cinta.
Pernah aku
saksikan engkau bekejar-kejaran ditaman ilalang bersama dia, tawa manjamu
terdengar riang di telingaku, tak kutahu pasti apa yang aku rasakan pada saat
itu selain bahagia bercampur kecewa, kemudian engkau datang padaku membawa
segudang cerita bersama dia, kau ceritakan hari-hari yang indah, tentang cinta
yang kau rasakan, dan tentang hari yang ingin engkau jalani selanjutnya.
Tanganku
terbuka selalu, biar semua itu adalah duri, mungkin aku hanya alas kaki tapi
hati kecil berkata tak mungkin engkau setega itu, hingga aku menanti dan terus
menanti. Tak pernah pasti
Hari berganti
hari, tidak ada yang berubah, kisah kita cerita kita hanya seperti ini saja,
terkadang aku merasa kau miliku lalu perasaan itu kembali hilang setelah engkau
hempaskan aku seperti biasa, perasaan itu kembali terbuang setelah kau
mengagumi laki-laki lain, dan semua laki-laki juga seperti itu saja, mereka
buat kau jatuh, mereka buat kau patah, mereka buat kau jera tapi kau tak juga
jera.
Suatu hari aku
berkunjung ke rumahmu ketika engkau sedang patah hati, di beranda rumahmu kita
duduk berdua,
aku berpantun ;
“sudah tahu
peria pahit
Mengapa
digulai dalam pasu
Sudah tahu
bercinta sakit
Mengapa tak
jera sedari dulu”.
Tapi kau hanya
tersenyum tipis tak berarti
“bukan begitu
kanda, semua hal itu ada sisi buruk dan baik sperti halnya perasaan kita”
“maksudnya?”
aku kurang mengerti sambil mengernyitkan dahi
“kanda, apalah
arti kebahagiaan bila tak ada penderitaan, apalah arti rasa manis kalau kita
tidak pernah merasakan pahit. Kanda, dinda terkadang merasa jera untuk bercinta
tapi cinta datang dengan sendirinya tanpa kita sadari sebelumnya, tanpa bisa
kita duga kepada siapa kan sampai dan kita sebagai manusia membutuhkannya.
Tanpa cinta berarti tidak ada kita kanda” dalihmu begitu penuh perasaan dan
penghayatan terhadap ucapan mu sendiri, aku jadi tersadar, bahwa memang benar.
Akan aku
tunggu kau sampai aku berhenti bernafas, karena tak akan ada kebahagiaan tanpa
kesedihan tak akan ada kepuasan tanpa penantian yang panjang, secara tidak langsung
kau membangkitkan semangatku untuk mendapatkan cintamu yang seperti tidak kan
sampai.
Di suatu siang
disaat mentari tertutup awan dan kita berdua duduk bersandar kaki di bawah
pohon, di sisi danau yang biasa kita jumpai kita bercerita tentang negeri asing
yang kitapun tak tahu dimana, engkau begitu senang bercerita dan ceritamu
tentang cinta begitu menusuk jantungku hingga yang paling dalam. Aku senang
dinda, tentu saja aku sangat senang bila melihatmu bahagia, hari ini kau
bercerita membayangkan seorang pangeran membawamu terbang dengan kuda pegasus
seperti dalam cerita kartun dan dongeng-dongeng barat.
Dihari itu,
sehabis bercerita engkau mengajaku berenang ketika sang surya berada tepat di
atas kita dan bersinar terik membuat kita gerah, tapi aku tak bisa dinda,
karena kita telah dewasa, kau wanita dan aku laki-laki normal, kita sudah bukan
kanak lagi seperti dahulu.
Tapi rayuan
manjamu membuat hatiku luluh
“ayo dong
kanda kenapa nggak mau? Dinda nggak mau renang sendirian kan nggak seru!”.
Rengekmu layaknya gadis kecil
“dinda.. nggak
baik kan kita mandi berdua kalau dilihat orang bagaimana?”. Aku berusaha
membujuk
“ayo ah,
biarin orang mau bilang apa ke terserah mereka kanda, ayo...!”.
Akhirnya
kaupun menarik paksa tanganku hingga aku terjatuh, dan kau langsung tertawa
terbahak melihatku basah kuyup masih mengenakan baju, aku menyerah dan ikut
bergembira bersamamu, biarlah apa kata orang bila ada yang melihat kita mandi
bersama karena bagiku membahagiakanmu adalah hal yang terpenting dalam hidupku,
apapun akan aku lakukan selama aku mampu untuk melakukannya, kupenuhi
permintaanmu ini kutemani kau mandi walau aku merasa canggung, tapi engkau
begitu senangnya kulihat, bermain main dengan air, menyiprat-nyipratkan padaku
mengajaku untuk menjadi kanak kembali.
Apa yang ada
dipikiranmu waktu itu dinda? Tak sadarkah kau sudah menjadi gadis remaja belia,
seandainya saja aku tidak bisa menahan diri mungkin sudah terjadi sesuatu yang
menodai kesucianmu, lihatlah tubuh mulus mu begitu indah dipandang mata, begitu
sempurna sebagai seorang wanita remaja, jujur aku terpesona dan sangat ingin
memilikimu seutuhnya, mungkin bagimu aku ini boneka yang tak berperasaan
padahal sesungguhnya aku sangat mencintaimu, aku sangat menyayangimu, aku
senang melihatmu bahagia seperti itu.
Senja pun
tiba, kita berdua menikmati alam sekitar, banyak sekali pertanyaan-pertanyaanmu
tentang alam, hingga aku kehabisan jawaban, lalu kita pulang bersama dan aku
antar engkau sampai rumah seperti biasa, hari – hari seperti itu aku sebut
sebagai menjalin cinta, entah bagimu apa..
Aku selalu
bertanya dalam hati dan merenung sendiri tentang semua yang telah kita lewati
bersama, sampai kapankah kita akan terus begini?, engkau datang padaku seperti
memberi harapan akan ruang dihatimu, tapi ternyata selalu apa yang aku kira
tentang perasaanmu itu salah, semua tak sama dengan yang aku sangkakan atau aku
dinda yang tak pernah bisa mengerti apa yang selama ini kau inginkan.
Telah sering
akau dengar
“si andi
brengsek dia selingkuh!”
“si erik
playboy ih sebel!”
“si abdul
mempermainkan dinda!!”
Dan
sebagainya.....................
Hanya satu
jawabanku dinda, bahwa kau masih mempunyai aku yang akan selalu memperhatikanmu
yang selalu berusaha mati-matian agar kau ceria kembali.
Dinda, semua
kenangan tentangmu masih terlihat jelas dimataku tak akan mungkin aku lupakan,
masa-masa itu seperti baru kemarin aku rasakan, ternyata berpuluh tahun sudah
semua itu berlalu. Kenangan tentangmu begitu kuat karena kau cinta pertama dan
Kini ku tak tahu engkau dimana, kau pergi meninggalkan kenangan yang indah.
Untuk terakhir
kalinya kita berjumpa, pada suatu pagi engkau datang ke rumah
“tumben dinda,
sepagi ini tidak biasanya?”
Tanyaku
sembari tersenyum ramah setelah mempersilahkan masuk.
tapi aku lihat
ada raut sedih di matamu, sangkaku pasti kekasihnya yang baru bermasalah lagi,
aku sudah siap dengan kata-kata pamungkasku untuk mengiburnya.
“Dinda akan
pindah rumah...jadi..”
“pindah?
Maksudnya?” potongku terkejut
“dinda hari
ini akan pergi ke bekasi, pindah rumah soalnya ayah dinda sekarang ditugaskan
disana, jadi seluruh keluarga harus mengikuti ayah” jawabmu dengan nada sesal
dan tahukah kau pada saat itu aku serasa disambar petir mendengarnya
“kenapa mendadak
sperti ini........?,
apa sekeluarga
dinda?”
“iya, kecuali
paman dan bibi, sekeluarga dnda akan pindah ke bekasi”
Kata-katamu
berat waktu itu, penuh beban
“kenapa harus
ke bekasi, jauh dinda...!”
“dinda tidak
tahu”
Aku langsung
membayangkan hari-hari yang sepi, aku membayangkan saat-saat yang membosankan,
pastinya aku akan sangat kehilangan, karena aku telah sangat sayang padamu
dinda, aku merasa rindu setiap hari, aku sungguh tak sanggup berpisah.......
tapi ini pasti terjadi, hatiku mengatakan ini pasti terjadi.
Aku terdiam
tak tahu mesti berbuat apa, bila sudah menyangkut urusan keluargamu, ayahmu itu
memanglah sangat keras. seorang polisi yang mengabdi kepada negara seutuhnya,
dan urusan pindah rumah atau tempat tinggal juga sudah pasti tugas dari
atasannya di sana, jadi sudah tidak mungkin untuk menolak ayahmu atau
membujuknya walau sampai kau merengek-rengek sekalipun, aku kenal ayahmu yang
keras dan egois dinda.
Sepagi itu
engkau datang dan membawa kabar yang tidak enak, tentang sebuah perpisahan yang
tak pernah aku bayangkan sebelumnya, benar juga mimpi semalam itu, di dalam
mimpi aku melihat kau berjalan tergesa menjauhiku dan lalu masuk ke dalam
sebuah bangunan yang tak jelas, kau kemudian menutupnya dan ketika ku kejar
suara kokok ayam jantan membangunkanku dari mimpi dan aku terjaga, inikah arti
dari mimpi semalam itu?
Kelu, sungguh
kelu kurasa,
“kanda, dinda
sudah menolak habis-habisan, tapi kanda tahu sendiri kan? keputusan ayah tak
bisa diganggu gugat” ujarmu lagi seperti tahu apa yang aku inginkan
“dinda, kanda
tak mau berpisah.....”
“dinda juga
tak mau kanda, siapa lagi tempat dinda mengadu selain kanda, tapi apa yang bisa
dinda lakukan sekarang keputusan ayah sudah bulat”
“tapi sungguh
kanda tak mau berpisah..!” ratapku penuh harap aku tak tahu harus ngomong apa
lagi, air mataku serasa mau tumpah habis-habisan seolah tahu perpisahan ini
pastilah terjadi
Kaupun
akhirnya menangis, kau menghampiriku, meraih tanganku dan kau genggam erat
“sabarlah
kanda, percayalah suatu saat kita pasti berjumpa kembali.....
mungkin ini
yang bisa dinda berikan sebagai kenang-kenangan dan pengobat rindu”
Kau berikan
sebuah kalung emas padaku, kau simpan ditanganku dan kau kepalkan dengan
tatapan pasti
“dinda,......”
air mataku benar-benar terjatuh
Kau lalu
memelukku tanpa ragu, sungguh ini pertama kalinya aku kau peluk semenjak
kebersamaan kita dari kanak-kanak... aku balas pelukanmu itu dengan erat dan
penuh kasih sayang, selama beberapa saat kita membisu dan hanya isak tangis
yang bicara.
“selamat
tinggal kanda!”
Engkau pergi
setelah itu, tapi saat itu aku menemukan jawaban besar bahwa ternyata kau juga
mencintai dan menyayangiku, kau katakan sendiri dengan bahasa tubuhmu.
Membaca karya anda ini sejenak hati saya campur aduk; sedih, semangat, frustrasi dan cenderung ingin menggantung diri. Ada beberapa point yang perlu bapak perhatikan.
1.Sejenak saya gigit sendal jepit, saat membaca judul post bapak ini. Kenapa emangnya ? Begini pak pendeta, pernahkan bapak Lihat gelar bangsawan-bangsawan, misal VLAD TEVES II, SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO IX, PAUS URBANUS III. Merujuk ke judul post ini (DINDA I), saya berkesimpulan bahwa setelah DINDA I maka kemungkinan akan hadir DINDA III, DINDA XXX dan seterusnya. Disisi lain ini adalah solusi bagi bapak agar tidak larut dalam kehancuran, karena masih ada DINDA II. Namun, pada akhirnya ini akan menjadi boomerang bagi bapak. Maksudnya ? maksudnya bapak akan pusing untuk membuat cerpen DINDA versi ke 1000, bagaimana?
saya punya cerpen berjudul Dinda II sbentar lagi akan saya post kan
masukan anda terkesan terlalu dibuat-buat, judul itu terserah saya, anda seperti melihat semut diatas pohon tapi gajah di depan mata tidak terlihat
saya pernah membaca post di blog anda yang berjudul OBROLAN DUA MAKHLUK GAIB contohnya satu saja itu, padahal anda hanya menceritakan chating anda dengan teman anda dan sama sekali tidak ada ending yang bagus untuk mempertanggung jawabkan judul yang anda buat, nyatanya tidak ada obrolan mahluk gaib di situ spt jin atau siluman atau apalah sebagainya dan judulnya dibuat-buat untuk keperluan minat orang lain yang jelas-jelas penipuan kepada pembaca,,
jadi tolong kalau mau berkomentar sekiranya masukan yang berguna tanpa ada kesan untuk menjatuhkan nilai karya seseorang dengan hal-hal yang remeh temeh apalagi dibuat-buat seperti itu.