Kenangan BPL Sekolah

0 komentar

    Dalam pengap harap
    Di jalanan ini, hadir kembali rasa paling kurisaukan
    Aku berjalan diantara gedung-gedung tua,
    Muram....
    Aku  lihat lalu lalang orang tanpa senyuman
    Sekali saja, berarti tiada lagi kini
    Aku patah arah
    sendiri menyusuri waktu
    Cinta tak dapat lagi aku percayai
    Hampa hati mengosongkan jiwa
    Sedih tiada dapat aku sembunyi
    Menangis dalam hati
    Lambat menanti
    Apa yang mereka katakan
    Bagiku ketidak adilan
    Telah bebal aku dengan motivasi
    Tiada tujuan lagi kini
    Pernah aku coba kembali ke masa sebelumnya
    Dan tetap sama saja
    Harapan yang memudar seperti biasa
    Kecewa menjelma menakutkan





    Aku melihat patung-patung manusia purba dan fosil-fosil hewan di musium,  kemudian sesuai instruksi guru pembimbing kami melakukan penelitian yang pertama di musium itu
    Saat-saat seperti itu tetap saja tidak bisa aku nikmati, tulang-tulang manusias purba, segala fosil dan sejarahnya tidak ada yang menarik hatiku, hatiku sepi.
    Kulihat teman-temanku tampak senang melihat-lihat fosil-fosil, mereka saling berfoto dengan kamera digital maupun hp, tidak terkecuali dia, dia begitu terkesan dengan apa yang disaksikannya, hari itu dia memakai baju merah, tampak cantik sekali, membuat jantung ku serasa berhenti berdetak setiap melihatnya,
    Rupanya cinta memang tiada obatnya selain balasan cinta dari orang yang kita cintai, hatiku tetap sepi dan  merasa sendiri dalam keceriaan keadaan sekelilingku, karena tidak ada dia yang menemani hati ini, aku merana dan tak seorangpun temanku yang mengetahuinya,...
    Sungguh aku ingin berdua dengan nya saat itu, aku ingin bercanda dengan nya, aku ingin berfoto dengannya, mengukir kenangan, kenangan yang terindah, setidaknya untukku sendiri
    Kemudian serasa mendapat durian jatuh
    "rus, kita berfoto yuk, buat kenang-kenangan" ajak si dia dengan polosnya, ketika aku dan teman-temannya menaiki tangga
    "ayo" sahutku dan aku waktu itu sok cool, kubuat mimik wajahku biasa-biasa saja padahal hatiku berteriak girang sekali,
    "gmn kalo disini aja?"  ketika ku lihat ada patung manusia purba yang cukup menarik di sampingku, bodoh sekali
    Namun dia hnya tersenyum sambil menggeleng,  tampaknya hal itu kurang menarik hatinya
    "nanti aja di candi prmbanan..., " lanjutku  kemudian, dia hanya mengangguk saja tidak bersuara lagi
    Terdapat banyak harapan dari ucapanku, entah kenapa kemudian aku merasa ketakutan, aku takut tidak ada kenagan sedikitpun bersamanya dalam acara BPL itu.
    Kemudian teman-teman wanita nya mendekat, aku sadar harus segera menjauh, tidak ingin ada kecurigaan dari siapapun, aku terlalu malu andai mereka megetahui perasaanku , kulihat diapun kemudian mengacuhkanku dan ngobrol-ngobrol dgn temannya, ah aku memang bukan siapa-siapa baginya bukan?
    Aku jadi benci dgn temn-temannya, merebut dia dariku (hehe belagu nya) jadi tidak bisa ngobrol-ngobrol agak lama sedikit, karena mereka juga si dia jadi acuh tak acuh begitu




    Setelah penelitian kami selesai di musium sangiran selanjutnya ke candi prambanan, di sana aku optimis dan  menyimpan harapan pasti untuk berfoto dengannya seperti yang aku katakan sebelumnya di musium sangiran, aku membayangkan berfoto dengannya  dngn background candi prambanan, tentunya aku ingin punya kenangan berharga walau hanya dgn fotonya saja, aku ingin mempunyai fotonya, terlebih kalau dia ada bersamaku di foto, suatu saat jika aku merindukannya, aku bisa menatap fotonya, akan kuperlihatkan wajhnya kpd teman-temanku di rumah, itulah dia yang bernama....... Yang selalu kuceritakan
    Di dalam bus si dia tampak dingin, tidak seperti di kelas, aku selalu bisa bercanda dengannya, melihat senyumnya dan segala keindahan yang ada pada dirinya, dan dalam perjalanan ini tidak seperti yang aku harapkan, perjalanku serasa tidak nyaman sama sekali, aku kecewa tapi ku usahakan agar tidak tampak dalam mimik wajahku.
    Terdapat beberapa kekecewaan karena kurasa ketidak sadaran diriku ini siapa
    Pertama jarak kursiku dengannya agak berjauhan
    Kedua dia selalu dikelilingi teman-temannya, dia tidak pernah terlihat sendirian
    Ketiga dia begitu dingin dan masih banyak lagi tetek bengek yang aku sesalkan dalam perjalanan itu
    Sering hatiku sendiri berbisik "kau ini tidak sadar diri" atau "kau ini terlalu berharap"
    Lalu optimisme hati melawan dan sering terjadi perdebatan
    "lihatlah dirimu sendiri, memangnya wajahmu itu ganteng, memangnya kamu orang kaya, dasar! Sadarlah sadari diri sendiri" bisik hatiku
    "tapi setidaknya aku punya keinginan" optimisme membela
    "keinginan yang mustahil terjadi, coba sekalipun kamu tidak pernah menunjukan peerasaanmu yang sesungguhnya, kalau kamu punya keinginan. Tunjukan donk!"
    "aku tidak berani, sangat sulit sekali rasanya.."
    "ya itulah dirimu, punya keinginan yang muluk-muluk tapi tidak pernah berusaha, selalu kalah sebelum perang, menyerah pada keadaan, tidak ada yang instan di dunia ini, semuanya harus di tempuh dengan jalan usaha"
    Aku terdiam mendengar bisikan yang tajam itu beberapa saat, lalu aku brfikir kutemukan jawaban
    "aku tahu dan menyadari memang benar seperti itu, tapi semua bukan salahku, sifatku memang pemalu    dari dulu, pendiam dan minder juga semua itu mempunyai alasan yang masuk akal, aku berwajah jelek, kurasa itu alasan yang kuat tentunya.."
    "lalu berhentilah mengharapkan dia, karena tentunya akan menyiksamu, kau sendiri tidak berani mengungkapkannya bukan dan itu mustahil terjadi"
    "biarlah dulu, kita tidak tahu apa yang akan terjadi"
    "oh ya kita tunggu kalau begitu, tapi aku psimis melihatmu, tingkahmu dan segala kekonyolanmu itu, kau tidak dewasa sama sekali, kau laki-laki paling payah yang aku rasa.."
    Bus terus melaju tanpa hambatan bersama galaunya hatiku, pikiran-pikiran psimis terus melayang dan berputar di otakku membuatku serasa ingin menangis tapi aku tidak mungkin menangis, disampingku si fahri sedang santai mendengarkan musik di hp nya dengan headset, tenang sekali wajahnya membuatku iri
    Beberapa saat kemudian, tibalah rombongan sekolah kami di candi prambanan, untuk pertama kalinya aku ke sana, mungkin untuk teman-temanku yang lain juga sama, dalam hati aku mengagumi bangunan batu yang bertumpuk-tumpuk menjulang tinggi dengan seni pahat yang indah itu, aku tidak menyangka bisa mengunjungi tempat  yang tadinya hanya bisa aku lihat di gambar buku sejarah, sekarang aku mengunjunginya, melihatnya langsung




    Beberapa saat menyempatkan diri berfoto bersama teman-temanku, dengan si fahri si arvan dan lainnya, tetapi mata dan fikiranku tidak sejalan dengan apa yang aku lakukan,diam-diam aku mengawasi dimanakah gerangan  si dia berada? Maukah dia berjlan bersamaku, kapankah janjinya untuk foto bersama? Ketika aku melihatnya, ku  mencoba untuk sedikit mendekatinya dengan harapan dia bisa melihatku dan teringat akan janjinya, tapi sayang nya dia bersama teman-temannya yang lain seperti yang kubilang dia tidak pernah sendirian, ketika dia melihatkupun terlihat acuh-acuh saja membuatku sangat kecewa, kucoba menyadari diriku ini siapa, aku bukan siapa-siapa baginya, lalu dengan berat hati aku bergabung lagi dengan teman-temanku yang lain, kan kucoba untuk menikmati saat-saat itu, kupaksakan tersenyum bersama, mencoba terlihat bahagia seperti yang lainnya, dia hanya menganggapku sebagai teman dan bukan pula teman dekat nya.
    "kau lihatkan baginya kau hanya sebagai pelawak di kelas, kau hanya dianggapnya sebagai penghibur yang konyol, lihatlah dirimu! Kau tidak akan pernah mendapatkakn cintanya"  kembali bisikan hati memojokan ku
    "ya kusesali kenapa diriku seperti ini"
    "jadi sekarang kita jauhi dia, jauhi dia walau secara tidak langsung dia adalah duri yang terbuat dari emas, selalu menusuk - nusuk hati, walau terbuat dari emas tapi yang namanya duri tetaplah duri"
    "tidak! aku tidak akan menjauhi nya karena alasan yang tidak jelas seperti itu, biarlah karena tidak ada yang salah sesungguhnya dengan semua ini, ini semua kehendak Allah swt, ini jalan hidupku, biarlah aku mencintainya walau dia tidak mencintaiku dan itu wajar bila terjadi..."
    Ku mencoba memanfaatkan waktu dan suasana yang ada, buat apa aku jauh-jauh kemari kalau tidak menikmatinya, kucoba tuk berbaur dengan yang lainnya, walau sedikit tapi aku lumayan senang, aku tertawa, bercanda, melihat pemandangan - pemandangan yang indah dan tak lupa saling berfoto untuk mengabadiikan kegiatan kami, hati kecilku berkata ini pengalaman ku yang pertama mengunjungi candi prambanan. Biarlah dia kulupakan sejenak karena masih ada hari esok, masih banyak tempat lain yang harus dikunjungi, puncaknya ke candai borobudur, ya disana masa aku tidak dapat fotonya, walau bagaimanapn aku harus medapatkannya, aku tidak boleh melewatkan kesempatannya, yang terjadi sekarang biarkan saja, lupakan saja dan tidak ada gunanya membencinya, ini baru hari pertama siapa tahu dia nanti berubah.
    2 hari telah berlalu waktu berjalan dengan cepatnya, stlh mengunjungi beberapa tempat bersejarah akhirnya kami semua istirahat di hotel, aku sekamar dengan teman - teman baikku, sebelum tidur aku kelayaban dulu mencari kamar dia aku ingin berbagi cerita dengannya, sampai akhirnya ku temukan ternyata tidak jauh dari kamarku, waktu itu aku sempat bahagia dan seperti menemukan harapan baru karena sikap dia tidak sedingin sebelum-sebelumnya, besok nya adalah mengunjungi UGM dan terakhir candi borobudur, mudah-mudahan disana ada kesempatan bisikku dalam hati.
    Esoknya hari sangat cerah, kami mengunjungi beberapa tempat seperti yang di jadwalkan dalam buku panduan, seperti biasa pula aku duduk di dalam bus dengan perasaan bosan, malam tadi di hotel ada sedikit mengesankan hatiku, karena aku masih bisa tertawa bersama dengannya juga aku menikmati tidur malam itu karena bermalam di bus aku tidak pernah bisa tidur paling hanya beberapa menit saja terlelap, tentu saja aku masih mengantuk.
    Ketika kami akan segera sampai di tempat tujuan terakhir kami, hatiku harap-harap cemas, adakh kesempatan yang selalu kunantikan selama perjalanan ini atau acuhkah nanti dia thdpku spt biasanya?, aku takut perjalanan ini sia-sia tanpa kenang-kenangan yang berarti, pengalaman yaitu pengalaman aku pernah bersamanya di candi borobudur atau tempat mana saja kemudian rasa psimis mulai hadir, katanya aku tidak akan berani untuk meminta dia berfoto denganku.
    Kamipun tiba di tempat tujuan dengan selamat pada sore hari, suasana begitu ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun luar negeri, kulihat banyak turis-turis asing yang sedang dipandu oleh guide setempat, lokasi candi borobudur berada di atas bukit, terlihat gagah walaupun usinya sudah 1400 tahun kebih, aku sendiri sungguh tidak menyangka bisa mengunjungi tempat itu tidak pernah sekalipun terpikir dalam benakku sebelumnya karena aku orang yang tidak mampu, aku tidak terbiasa berlibur ke tempa-tempat yang jauh, tetapi di balik rasa senang ku ku rasa ada sesuatu yang kurang selalu kurang, aku seperti tidak merasakan sesuatu yang istimewa sudah tentu karena dia, karena aku ingin mengukir kenangan indah itu dengannya.
    Ini adalah kunjungan terakhir sesudah ini kami akan langsung pulang, waktu yang diberkan pun tidak banyak hanya 60 menit saja.




    Aku berjalan bersama teman-temanku yang lain, kebanyakan dari mereka membawa kamera digital, sesekali sebelum sampai ke atas candi mereka mengambil gambar dari berbagai sudut, dan aku sesekali menoleh ke kanan ke kiri ke belakang dan ke depan ketika menaiki tangga, 
    'ah, dimana dia sekarang ' gumamku
    Sesampainya diatas, aku masih menunggu dia mataku terus mengawasi setiap orang yang datang, aku ingin dia bersamaku manaiki tangga candi itu, bercerita  dan mengagumi bersama, mengambil pemandangan, mengukir sebuah kenangan yang buatku tak kan terlupakan, moment itu akan menjadi saat-saat terindah seandainya keinginanku terlaksana, tapi ternyata seseorang yang kutunggu-tunggu tak pernah datang, kekecewaanku pada dia mulai terasa ada sedkit rasa marah di hati. Tanpa disadari ternyata teman-temanku sudah sampai diatas, terdengar mereka berteriak-teriak memanggilku, ternyata dari tadi aku hanya terdiam mematung saja, aku sadar kemudian segera menyusul teman-temnku dengan berat hati tanpa ada sesorang yang kutunggu - tunggu, tapi seandainya dia ada juga pasti bersama teman-temannya, aku pasti tidak akn berani mengambilnya dari mereka
    Yah, terima saja apa yang terjadi, mudah-mudahan nanti bertemu di atas, aku mencoba meyakinkan diri,
    Untuk beberapa saat aku berbaur dengan teman-temanku, saling berfoto dg siapa saja asalkan teman satu sekolah, aku mencoba menceriakan hatiku, stlh puas tertawa -tawa dan mencoba berbagai pose di depan kamera kemudian aku mencari dia, waktuku sudah hampir habis ku kelilingi candi yang lumayan luas, kucari andai saja aku menemukannya aku bertekad untuk memberanikan diri mengajaknya untuk foto bersama bagaimanapun setelah ini kami akan pulang
    Aku berlari-lari mengitari sekitar candi, mataku terus mengawasi dalam kerumunan orang-orang yang sedang mnikmati wisatanya, hatiku terus berdebar-debar yang kucari-cari tidak tampak batang hidungnya, aku terus mencari sampai waktu habis, kemanakah dia? Apakah dia sudah turun duluan? Atau dia tidak pernah naik?
    Waktu habis oh waktu habis dan....
    "sial sial, brengsek!!!" umpatku dengan keras ketika ku dengar pemandu mengatakan waktu telah habis dan kami harus segera turun.
    "menyedihkan sekali keadaanku ini"
    "hahahaha hanya ingin berfoto dengannya saja kau tidak bisa apalagi mendapatkan cintanya hahaha dasar looser" hatiku sendiri menertawakan ku
    "aku benci dirinya, aku beci diriku, aku benci semuanya"
    "dia itu memang brengsek!"
    "diam kau!! Aku yang brengsek bukan dia, dia hanya tidak tahu perasaanku"
    "sudah ku katakan menyerahlah, kalau berani nyatakan kalau tidak maka jangan pernah berharap"
    "ya aku memang looser" akhirnya aku mengakui dengan sadar
    Kemudain aku turun dari candi bersama teman-temanku dengan perasaan sangat kecewa, sungguh jauh rasanya apa yang aku harapkan dalam perjalanan ini, terasa sia-sia belaka tanpa ada kenangan yang berarti, duniaku serasa sempit
    Dia tidak tahu betapa aku mencintainya
    Aku selalu pura-pura tidak mencintainya
    Aku hancur
    Aku kecewa
    Aku iri kepada orang-orang
    Andai aku seperti mereka, seperti teman-temanku yang hidup beruntung di dunia ini, mungkin aku  tidak akan menderita seperti ini, selalu mengharapkan sesuatu yang pada akhirnya harus menyerah pada keadaan, untuk mendapatkan fotonya saja aku tidak bisa, aku tidak berani aku tidak percaya diri dan segala macam rasa psimis, aku iri dengan teman-temanku, mereka begitu menikmati masa remajanya tidak seperti diriku yang terampas, aku juga manusia mempunyai keinginan dan perasaan yang sama
    Ketika mereka berbicara tentang pacar aku diam, ketika mereka membahas tentang cinta aku menjauh
    Ketika mereka memperbincangkan segala permainan dan olah raga, aku hanya mendengarkan dengan perasaan iri bergejolak di hati tragis nya aku bilang tersisihkan dari pergaulan seusiaku,
    Aku selalu diliputi rasa iri
    Aku marah karena hasrat dan cinta terpendam
    Aku ingin dihormati, diakui keberadaannya
    Terkadang pula hati ku berkata
    "jadilah diri sendiri, segala sesuatu itu mempunyai kurang dan lebih, syukurilah apa yang ada padaku, di dunia ini masih banyak yang seperti aku maka aku tidak sendiri"
    Mungkin aku belum bisa menerima itu karena hati masih diliputi rasa iri
    Dan aku jatuh cinta.



    Acara BPL 25 february 2009
    Ditulis 30 maret 2009
    Ruslan AJ







Leave a Reply

Labels