Dalam
pengap harap
Di
jalanan ini, hadir kembali rasa paling kurisaukan
Aku
berjalan diantara gedung-gedung tua,
Muram....
Aku
lihat lalu lalang orang tanpa senyuman
Sekali
saja, berarti tiada lagi kini
Aku
patah arah
sendiri
menyusuri waktu
Cinta
tak dapat lagi aku percayai
Hampa
hati mengosongkan jiwa
Sedih
tiada dapat aku sembunyi
Menangis
dalam hati
Lambat
menanti
Apa
yang mereka katakan
Bagiku
ketidak adilan
Telah
bebal aku dengan motivasi
Tiada
tujuan lagi kini
Pernah
aku coba kembali ke masa sebelumnya
Dan
tetap sama saja
Harapan
yang memudar seperti biasa
Kecewa
menjelma menakutkan
Aku
melihat patung-patung manusia purba dan fosil-fosil hewan di musium,
kemudian sesuai instruksi guru pembimbing kami melakukan penelitian yang
pertama di musium itu
Saat-saat
seperti itu tetap saja tidak bisa aku nikmati, tulang-tulang manusias purba,
segala fosil dan sejarahnya tidak ada yang menarik hatiku, hatiku sepi.
Kulihat
teman-temanku tampak senang melihat-lihat fosil-fosil, mereka saling berfoto
dengan kamera digital maupun hp, tidak terkecuali dia, dia begitu terkesan
dengan apa yang disaksikannya, hari itu dia memakai baju merah, tampak cantik sekali,
membuat jantung ku serasa berhenti berdetak setiap melihatnya,
Rupanya
cinta memang tiada obatnya selain balasan cinta dari orang yang kita cintai,
hatiku tetap sepi dan merasa sendiri dalam keceriaan keadaan
sekelilingku, karena tidak ada dia yang menemani hati ini, aku merana dan tak
seorangpun temanku yang mengetahuinya,...
Sungguh
aku ingin berdua dengan nya saat itu, aku ingin bercanda dengan nya, aku ingin
berfoto dengannya, mengukir kenangan, kenangan yang terindah, setidaknya
untukku sendiri
Kemudian
serasa mendapat durian jatuh
"rus,
kita berfoto yuk, buat kenang-kenangan" ajak si dia dengan polosnya,
ketika aku dan teman-temannya menaiki tangga
"ayo"
sahutku dan aku waktu itu sok cool, kubuat mimik wajahku biasa-biasa saja
padahal hatiku berteriak girang sekali,
"gmn
kalo disini aja?" ketika ku lihat ada patung manusia purba yang
cukup menarik di sampingku, bodoh sekali
Namun dia
hnya tersenyum sambil menggeleng, tampaknya hal itu kurang menarik
hatinya
"nanti
aja di candi prmbanan..., " lanjutku kemudian, dia hanya mengangguk
saja tidak bersuara lagi
Terdapat
banyak harapan dari ucapanku, entah kenapa kemudian aku merasa ketakutan, aku
takut tidak ada kenagan sedikitpun bersamanya dalam acara BPL itu.
Kemudian
teman-teman wanita nya mendekat, aku sadar harus segera menjauh, tidak ingin
ada kecurigaan dari siapapun, aku terlalu malu andai mereka megetahui
perasaanku , kulihat diapun kemudian mengacuhkanku dan ngobrol-ngobrol dgn
temannya, ah aku memang bukan siapa-siapa baginya bukan?
Aku jadi
benci dgn temn-temannya, merebut dia dariku (hehe belagu nya) jadi tidak bisa
ngobrol-ngobrol agak lama sedikit, karena mereka juga si dia jadi acuh tak acuh
begitu
Setelah
penelitian kami selesai di musium sangiran selanjutnya ke candi prambanan, di
sana aku optimis dan menyimpan harapan pasti untuk berfoto dengannya
seperti yang aku katakan sebelumnya di musium sangiran, aku membayangkan
berfoto dengannya dngn background candi prambanan, tentunya aku ingin
punya kenangan berharga walau hanya dgn fotonya saja, aku ingin mempunyai
fotonya, terlebih kalau dia ada bersamaku di foto, suatu saat jika aku
merindukannya, aku bisa menatap fotonya, akan kuperlihatkan wajhnya kpd
teman-temanku di rumah, itulah dia yang bernama....... Yang selalu kuceritakan
Di dalam
bus si dia tampak dingin, tidak seperti di kelas, aku selalu bisa bercanda
dengannya, melihat senyumnya dan segala keindahan yang ada pada dirinya, dan
dalam perjalanan ini tidak seperti yang aku harapkan, perjalanku serasa tidak
nyaman sama sekali, aku kecewa tapi ku usahakan agar tidak tampak dalam mimik
wajahku.
Terdapat
beberapa kekecewaan karena kurasa ketidak sadaran diriku ini siapa
Pertama
jarak kursiku dengannya agak berjauhan
Kedua dia
selalu dikelilingi teman-temannya, dia tidak pernah terlihat sendirian
Ketiga
dia begitu dingin dan masih banyak lagi tetek bengek yang aku sesalkan dalam
perjalanan itu
Sering
hatiku sendiri berbisik "kau ini tidak sadar diri" atau "kau ini
terlalu berharap"
Lalu
optimisme hati melawan dan sering terjadi perdebatan
"lihatlah
dirimu sendiri, memangnya wajahmu itu ganteng, memangnya kamu orang kaya,
dasar! Sadarlah sadari diri sendiri" bisik hatiku
"tapi
setidaknya aku punya keinginan" optimisme membela
"keinginan
yang mustahil terjadi, coba sekalipun kamu tidak pernah menunjukan peerasaanmu
yang sesungguhnya, kalau kamu punya keinginan. Tunjukan donk!"
"aku
tidak berani, sangat sulit sekali rasanya.."
"ya
itulah dirimu, punya keinginan yang muluk-muluk tapi tidak pernah berusaha,
selalu kalah sebelum perang, menyerah pada keadaan, tidak ada yang instan di
dunia ini, semuanya harus di tempuh dengan jalan usaha"
Aku
terdiam mendengar bisikan yang tajam itu beberapa saat, lalu aku brfikir
kutemukan jawaban
"aku
tahu dan menyadari memang benar seperti itu, tapi semua bukan salahku, sifatku
memang pemalu dari dulu, pendiam dan minder juga semua itu
mempunyai alasan yang masuk akal, aku berwajah jelek, kurasa itu alasan yang
kuat tentunya.."
"lalu
berhentilah mengharapkan dia, karena tentunya akan menyiksamu, kau sendiri
tidak berani mengungkapkannya bukan dan itu mustahil terjadi"
"biarlah
dulu, kita tidak tahu apa yang akan terjadi"
"oh
ya kita tunggu kalau begitu, tapi aku psimis melihatmu, tingkahmu dan segala
kekonyolanmu itu, kau tidak dewasa sama sekali, kau laki-laki paling payah yang
aku rasa.."
Bus terus
melaju tanpa hambatan bersama galaunya hatiku, pikiran-pikiran psimis terus
melayang dan berputar di otakku membuatku serasa ingin menangis tapi aku tidak
mungkin menangis, disampingku si fahri sedang santai mendengarkan musik di hp
nya dengan headset, tenang sekali wajahnya membuatku iri
Beberapa
saat kemudian, tibalah rombongan sekolah kami di candi prambanan, untuk pertama
kalinya aku ke sana, mungkin untuk teman-temanku yang lain juga sama, dalam
hati aku mengagumi bangunan batu yang bertumpuk-tumpuk menjulang tinggi dengan
seni pahat yang indah itu, aku tidak menyangka bisa mengunjungi tempat
yang tadinya hanya bisa aku lihat di gambar buku sejarah, sekarang aku
mengunjunginya, melihatnya langsung
Beberapa
saat menyempatkan diri berfoto bersama teman-temanku, dengan si fahri si arvan
dan lainnya, tetapi mata dan fikiranku tidak sejalan dengan apa yang aku
lakukan,diam-diam aku mengawasi dimanakah gerangan si dia berada? Maukah
dia berjlan bersamaku, kapankah janjinya untuk foto bersama? Ketika aku
melihatnya, ku mencoba untuk sedikit mendekatinya dengan harapan dia bisa
melihatku dan teringat akan janjinya, tapi sayang nya dia bersama
teman-temannya yang lain seperti yang kubilang dia tidak pernah sendirian,
ketika dia melihatkupun terlihat acuh-acuh saja membuatku sangat kecewa, kucoba
menyadari diriku ini siapa, aku bukan siapa-siapa baginya, lalu dengan berat
hati aku bergabung lagi dengan teman-temanku yang lain, kan kucoba untuk
menikmati saat-saat itu, kupaksakan tersenyum bersama, mencoba terlihat bahagia
seperti yang lainnya, dia hanya menganggapku sebagai teman dan bukan pula teman
dekat nya.
"kau
lihatkan baginya kau hanya sebagai pelawak di kelas, kau hanya dianggapnya
sebagai penghibur yang konyol, lihatlah dirimu! Kau tidak akan pernah
mendapatkakn cintanya" kembali
bisikan hati memojokan ku
"ya
kusesali kenapa diriku seperti ini"
"jadi
sekarang kita jauhi dia, jauhi dia walau secara tidak langsung dia adalah duri
yang terbuat dari emas, selalu menusuk - nusuk hati, walau terbuat dari emas
tapi yang namanya duri tetaplah duri"
"tidak!
aku tidak akan menjauhi nya karena alasan yang tidak jelas seperti itu, biarlah
karena tidak ada yang salah sesungguhnya dengan semua ini, ini semua kehendak Allah
swt, ini jalan hidupku, biarlah aku mencintainya walau dia tidak mencintaiku
dan itu wajar bila terjadi..."
Ku
mencoba memanfaatkan waktu dan suasana yang ada, buat apa aku jauh-jauh kemari
kalau tidak menikmatinya, kucoba tuk berbaur dengan yang lainnya, walau sedikit
tapi aku lumayan senang, aku tertawa, bercanda, melihat pemandangan -
pemandangan yang indah dan tak lupa saling berfoto untuk mengabadiikan kegiatan
kami, hati kecilku berkata ini pengalaman ku yang pertama mengunjungi candi
prambanan. Biarlah dia kulupakan sejenak karena masih ada hari esok, masih
banyak tempat lain yang harus dikunjungi, puncaknya ke candai borobudur, ya
disana masa aku tidak dapat fotonya, walau bagaimanapn aku harus medapatkannya,
aku tidak boleh melewatkan kesempatannya, yang terjadi sekarang biarkan saja,
lupakan saja dan tidak ada gunanya membencinya, ini baru hari pertama siapa
tahu dia nanti berubah.
2 hari
telah berlalu waktu berjalan dengan cepatnya, stlh mengunjungi beberapa tempat
bersejarah akhirnya kami semua istirahat di hotel, aku sekamar dengan teman -
teman baikku, sebelum tidur aku kelayaban dulu mencari kamar dia aku ingin
berbagi cerita dengannya, sampai akhirnya ku temukan ternyata tidak jauh dari
kamarku, waktu itu aku sempat bahagia dan seperti menemukan harapan baru karena
sikap dia tidak sedingin sebelum-sebelumnya, besok nya adalah mengunjungi UGM
dan terakhir candi borobudur, mudah-mudahan disana ada kesempatan bisikku dalam
hati.
Esoknya
hari sangat cerah, kami mengunjungi beberapa tempat seperti yang di jadwalkan
dalam buku panduan, seperti biasa pula aku duduk di dalam bus dengan perasaan
bosan, malam tadi di hotel ada sedikit mengesankan hatiku, karena aku masih
bisa tertawa bersama dengannya juga aku menikmati tidur malam itu karena
bermalam di bus aku tidak pernah bisa tidur paling hanya beberapa menit saja
terlelap, tentu saja aku masih mengantuk.
Ketika
kami akan segera sampai di tempat tujuan terakhir kami, hatiku harap-harap
cemas, adakh kesempatan yang selalu kunantikan selama perjalanan ini atau
acuhkah nanti dia thdpku spt biasanya?, aku takut perjalanan ini sia-sia tanpa
kenang-kenangan yang berarti, pengalaman yaitu pengalaman aku pernah bersamanya
di candi borobudur atau tempat mana saja kemudian rasa psimis mulai hadir,
katanya aku tidak akan berani untuk meminta dia berfoto denganku.
Kamipun
tiba di tempat tujuan dengan selamat pada sore hari, suasana begitu ramai
dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun luar negeri, kulihat banyak
turis-turis asing yang sedang dipandu oleh guide setempat, lokasi candi
borobudur berada di atas bukit, terlihat gagah walaupun usinya sudah 1400 tahun
kebih, aku sendiri sungguh tidak menyangka bisa mengunjungi tempat itu tidak
pernah sekalipun terpikir dalam benakku sebelumnya karena aku orang yang tidak
mampu, aku tidak terbiasa berlibur ke tempa-tempat yang jauh, tetapi di balik
rasa senang ku ku rasa ada sesuatu yang kurang selalu kurang, aku seperti tidak
merasakan sesuatu yang istimewa sudah tentu karena dia, karena aku ingin
mengukir kenangan indah itu dengannya.
Ini
adalah kunjungan terakhir sesudah ini kami akan langsung pulang, waktu yang
diberkan pun tidak banyak hanya 60 menit saja.
Aku
berjalan bersama teman-temanku yang lain, kebanyakan dari mereka membawa kamera
digital, sesekali sebelum sampai ke atas candi mereka mengambil gambar dari
berbagai sudut, dan aku sesekali menoleh ke kanan ke kiri ke belakang dan ke
depan ketika menaiki tangga,
'ah,
dimana dia sekarang ' gumamku
Sesampainya
diatas, aku masih menunggu dia mataku terus mengawasi setiap orang yang datang,
aku ingin dia bersamaku manaiki tangga candi itu, bercerita dan mengagumi
bersama, mengambil pemandangan, mengukir sebuah kenangan yang buatku tak kan
terlupakan, moment itu akan menjadi saat-saat terindah seandainya keinginanku
terlaksana, tapi ternyata seseorang yang kutunggu-tunggu tak pernah datang,
kekecewaanku pada dia mulai terasa ada sedkit rasa marah di hati. Tanpa
disadari ternyata teman-temanku sudah sampai diatas, terdengar mereka
berteriak-teriak memanggilku, ternyata dari tadi aku hanya terdiam mematung
saja, aku sadar kemudian segera menyusul teman-temnku dengan berat hati tanpa
ada sesorang yang kutunggu - tunggu, tapi seandainya dia ada juga pasti bersama
teman-temannya, aku pasti tidak akn berani mengambilnya dari mereka
Yah,
terima saja apa yang terjadi, mudah-mudahan nanti bertemu di atas, aku mencoba
meyakinkan diri,
Untuk
beberapa saat aku berbaur dengan teman-temanku, saling berfoto dg siapa saja
asalkan teman satu sekolah, aku mencoba menceriakan hatiku, stlh puas tertawa
-tawa dan mencoba berbagai pose di depan kamera kemudian aku mencari dia,
waktuku sudah hampir habis ku kelilingi candi yang lumayan luas, kucari andai
saja aku menemukannya aku bertekad untuk memberanikan diri mengajaknya untuk
foto bersama bagaimanapun setelah ini kami akan pulang
Aku
berlari-lari mengitari sekitar candi, mataku terus mengawasi dalam kerumunan
orang-orang yang sedang mnikmati wisatanya, hatiku terus berdebar-debar yang
kucari-cari tidak tampak batang hidungnya, aku terus mencari sampai waktu
habis, kemanakah dia? Apakah dia sudah turun duluan? Atau dia tidak pernah
naik?
Waktu
habis oh waktu habis dan....
"sial
sial, brengsek!!!" umpatku dengan keras ketika ku dengar pemandu
mengatakan waktu telah habis dan kami harus segera turun.
"menyedihkan
sekali keadaanku ini"
"hahahaha
hanya ingin berfoto dengannya saja kau tidak bisa apalagi mendapatkan cintanya
hahaha dasar looser" hatiku sendiri menertawakan ku
"aku
benci dirinya, aku beci diriku, aku benci semuanya"
"dia
itu memang brengsek!"
"diam
kau!! Aku yang brengsek bukan dia, dia hanya tidak tahu perasaanku"
"sudah
ku katakan menyerahlah, kalau berani nyatakan kalau tidak maka jangan pernah
berharap"
"ya
aku memang looser" akhirnya aku mengakui dengan sadar
Kemudain
aku turun dari candi bersama teman-temanku dengan perasaan sangat kecewa,
sungguh jauh rasanya apa yang aku harapkan dalam perjalanan ini, terasa sia-sia
belaka tanpa ada kenangan yang berarti, duniaku serasa sempit
Dia tidak
tahu betapa aku mencintainya
Aku
selalu pura-pura tidak mencintainya
Aku
hancur
Aku
kecewa
Aku iri
kepada orang-orang
Andai aku
seperti mereka, seperti teman-temanku yang hidup beruntung di dunia ini,
mungkin aku tidak akan menderita
seperti ini, selalu mengharapkan sesuatu yang pada akhirnya harus menyerah pada
keadaan, untuk mendapatkan fotonya saja aku tidak bisa, aku tidak berani aku
tidak percaya diri dan segala macam rasa psimis, aku iri dengan teman-temanku,
mereka begitu menikmati masa remajanya tidak seperti diriku yang terampas, aku
juga manusia mempunyai keinginan dan perasaan yang sama
Ketika
mereka berbicara tentang pacar aku diam, ketika mereka membahas tentang cinta
aku menjauh
Ketika
mereka memperbincangkan segala permainan dan olah raga, aku hanya mendengarkan
dengan perasaan iri bergejolak di hati tragis nya aku bilang tersisihkan dari
pergaulan seusiaku,
Aku
selalu diliputi rasa iri
Aku marah
karena hasrat dan cinta terpendam
Aku ingin
dihormati, diakui keberadaannya
Terkadang
pula hati ku berkata
"jadilah
diri sendiri, segala sesuatu itu mempunyai kurang dan lebih, syukurilah apa
yang ada padaku, di dunia ini masih banyak yang seperti aku maka aku tidak
sendiri"
Mungkin
aku belum bisa menerima itu karena hati masih diliputi rasa iri
Dan aku
jatuh cinta.
Acara BPL 25 february 2009
Ditulis 30 maret 2009
Ruslan AJ