Aku berjalan waktu itu dengan perasaan yang remuk redam, hancur
berantakan karena mengenangkan sebuah kisah pahit, saat itu aku
mengantarkan si gugum temanku ke rumah ceweknya, karena ada sedikit masalah
diantara mereka,, aku dan dia berjalan melewati jalanan yang panjang karena
tidak ada kendaran untuk ditumpangi, sepulang sekolah aku dan si
gugum langsung berangkat menuju rumah ceweknya yang lumayan jauh,
saat itu hatiku hancur berkeping-keping karena seseorang tapi aku malah
membantu si gugum soal urusan cinta, sedang karena soal cinta itu sendiri,, aku
menderita sakit hati yang begitu menyakitkan dan memalukannya. Tapi aku juga
tak bisa menolak untuk membantu, bagaimanapun si gugum adalah sahabat baikku di
sekolah, dia juga sering membantuku dalam banyak hal, aku tidak punya alasan
untuk menolak permintaannya, sekalipun hatiku sedang hancur saat itu.
"rus tidak apa-apakan, antum bantu aku?" tanya nya
ketika aku dan dia berjalan dengan tergesa karena hari terlihat mendung seperti
akan turun hujan, aku rasa dia tahu kadaanku waktu itu
"tidak apa-apa sob, santai saja" jawabku, kutepuk
pundaknya agar dia yakin aku memang tidak keberatan membantunya,
"Makasih rus" sahutnya kemudian sambil tersenyum
Tidak ada yang lebih tahu hatiku waktu itu seperti apa, biar
aku sendiri yang tahu,
kami terus berjalan menyusuri jalanan kecil, melewati gang,
rumah-rumah dengan tergesa-gesa takut akan turun hujan tetapi akhirnya turun
juga hujan yang kami hindari itu, dan apa boleh buat terpaksa aku dan temanku
itu hujan-hujanan agar segera sampai ke tempat yang kami tuju, tak ada waktu
buat berteduh karena takut kesorean.
Lalu serasa disambar petir, seseorang yang membuatku jatuh ke
jurang hati yang dalam sedalam-dalamnya itu melintas searah dengan kami, karena
rumah seseorang itu tidak jauh atau memang berdekatan dengan rumah cewek si
gugum karena mereka sekampung, seseorang sedang diantarkan cowoknya
dengan sepeda motor, kepayahan yang lebih aku derita karena perasanku tidak
keruan waktu itu, jantungku berdebar, gengsi dan malu saling menghampiri
lalu marah dan kecewa datang pula, dia sedang diantarkan pacarnya yang dua hari
sebelumnya bertengkar dgku, mereka bgitu mesranya di atas sepeda motor yang
dikendarai pacarnya, menghampiri kami yang berjalan kelelahan dalam keadaan
yang memprihatinkan karena cinta.
"mau kemana?"
tanya pacar seseorang bagiku seperti merndahkan apa yang kami
berdua lakukan terlebih padaku yang mungkin menurutnya suka ikut campur masalah
orang lain
Sungguh aku malu dengan keadaanku seperti itu. Sial!
"mau ke rumah si bebeb" jawab si gugum
Aku hanya tersenyum tipis saja, dan aku lihat seseorng itu hanya
diam duduk dibonceng cowoknya si risman dengan senyum yang dipaksakan seperti
ingin segera beranjak meningggalkan kami.
"kenapa hujan-hujanan nggak cari tempat untuk berteduh
dulu?"
"ah kepalang tanggung sudah basah kuyup kayak gini" jwb
tmnku sambl memamerkan badannya yang memang sudah basah kuyup, pacar seseorang
itu tersenyum melihatnya
Lalu dia (pacar sseorsng) menatapku dengan ramah dan bersahabat,
aku malu sekaligus muak dibuatnya
"ya udah kami duluan ya!" kata pacar seseorang disertai
anggukan yang sopan
"ya silahkan..!" sahut kami bersamaan
Lalu mereka berlalu menjauhi kami yang basah kuyup seperti
habis kecebur ke kolam
Perasaan dalam dada waktu itu berkecamuk, aku memalingkan muka ke
arah lain, aku tak mampu melihat punggung mereka menjauh dan rasanya aku ingin
mereka segera pergi, sakit hatiku telah membeku, karena mereka aku
merasa tidak betah hidup di dunia, karena mereka aku merasa terhina, karena
mereka aku berduka, sakit sungguh perih hati ini, dan segala apa yang aku lewati
bersama seseorang itu tiba-tiba menjelma dalam rinai-rinai hujan yang deras
membentuk sebuah bayangan.
**********
Dikantin anak-anak sudah duduk dibangku yang ada, aku datang
belakangan bersama temanku yang lain, hari itu hatiku berbunga-bunga sekali
karena ternyata mengungkapkan perasaan itu sungguh menyenangkan serasa plong
isi hati itu yang selama ini membebani, walau aku ditampik tetapi penasaran ku
sudah lenyap, aku bisa menerima kenyataan kalau retna tidak mencintaiku jadinya
tak perlu lagi aku bertanya-tanya sendiri tentang perasaannya selama ini, aku
berangkat sekolah dengan perasaan tenang, waktu yang kulalui serasa nyaman, aku
bahagia bukan karena diterima tapi bahagia karena aku berani menyatakannya,
hariku terasa cerah orang-orang seperti seperti tersenyum semua, aku
bersiul-siul bahagia ketika berjalan, dan seandainya saja jawabannya bisa
seperti yang aku harapkan entah bagaimana perasaanku, pastinya begitu
berbunga-bunga jauh seperti pada saat itu, tapi memang dari awal aku tidak mau
berharap terlalu jauh, takut kecewa karena seperti kata orang-orang, yang
lebih menyakitkan itu bukan langsung dijatuhkan tapi dibawa terbang dulu lalu
dijatuhkan degan tiba-tiba, seperti jika aku berharap terlalu jauh dari
kemungkinan, lalu kemudian kenyataan nya malah sebaliknya pasti akan stress dan
sangat kecewa sekali tentunya. Bagiku cukup dia tahu dan hubungan kami tetap
baik-baik saja sebagai teman seandainya dia tidak mempunyai perasaan yang sama,
dan seperti itulah sekarang, dia sudah tahu dan hubungan kami tetap seperti
biasa, oh alangkah bahagianya....
Aku jadi ingat pertama kali aku berkenalan dengan nya 2 tahun yang
lalu, saat kami baru naik kelas dari kelas satu, dikelas 2 aku bertemu dengan
nya, awalnya aku merasa ilfil sama dia karena galak dan jutek nya minta ampun,
dan satu lgi dia rewel dalam segala hal apalagi waktu itu dia duduk nya di
sampingku
Membuatku pusing dibuatnya, tapi hari demi hari aku jadi
semakin dekat dengannya, kemudian timbul rasa yang berbeda dalam hatiku,
dari saat itulah aku sering menulis puisi-puisi tentangnya, di buku ku sudah
tidak terhitung puisi-puisi yang aku tulis yang penuh dengan makna, dia menjadi
inspirasiku tiap hari dan tentu saja aku punya harapan untuk menjadi bagian
kesehariannya tidak dia saja yang menjadi inspirasiku, bisa dikatakan aku
ingin menjadi pacarnya dan sangat terobsesi. tapi dengan apa? apa yang bisa aku
lakukan untuk membuatnya terkesan, dia tidak suka dengan puisi yang aku tulis
susah-susah, dia tidak suka dengan penampilanku yg sderhana jadinya aku hanya
berdiam diri saja, menerima apa adanya diriku seperti apa, bagiku mencintainya
adalah anugerah, karena dia menjadi penyemangat hidupku, aku jadi giat belajar
maksudnya jadi giat berangkat ke sekolah (belajarnya mah githu-githu aja)
karena ingin melihatnya, ngobrol dengannya, melihat senyumnya, melihat
kemarahannya dan segala sesuatu tentagnya selalu aku rindukan di rumah,
dan semua itu berlangsung selama hampir dua tahun,
kemudian pada masa akhir belajar ku di sekolah
semuanya terungkap.
Pada hari itu retna mengirimkan sms, dia menanyakn
perasaanku thdpnya karena hari-hari belakangan aku bersikap aneh terhadapnya,
marah-marah tak keruan sok ingin diperhatikan, bagi siapapun yang melihat
kelakuan ku itu mereka pasti menilai kalau aku mencintai retna dan ingin
diperlakukan seperti pacarnya, mungkin retna sudah mengetahui gelagatku itu jauh-jauh
hari, akhirnya dia bertanya duluan lewat sms. Ketahuan sudah isi hatiku
trhadpnya, malam harinya akhirna aku mengakui kalau aku memang mencintai nya,
tapi ada sesuatu hal yang kurang mengenakan dari informasi seorang teman
dekatku, israj. Katanya yang mengirim sms itu bukan retna tapi pacarnya
sendiri, risman
Penasaran aku lngsung tanya soal itu ke si israj
"loe ngirim sms ke siapa sebenarnya?" tanya si israj
ketika aku sudah di rumahnya
"perasaan gue sich ya siapa lagi klo bukan si retna, lagian
gue kenal koq tulisannya!" jawabku enteng
"eh kemarin gua sms dia, yang bales bukan dia bego tapi
cowoknya, si risman"
"ah masa, gua kenal koq tulisan sms si retna" saat itu
hatiku mulai gelisah
"sumpah gua nggak bohong, jam berapa loe smsan ma si
retna?"
"kira-kira jam 5 an, kalau tidak salah"
Jantungku saat itu sudah sngat berdebar
"jam setengah enam gua sms dia tapi yang bales si risman itu,
pas gua telepon yang ngangkat emang dia, katanya mereka lagi tukeran hp"
jelas si israj dngan yakin
antara percaya dan tidak campur aduk dalam hatiku, aku pasti tidak
salah karena di sms itu aku kenal gaya tulisannya, ucapannya, titik koma yang
dia pakai, selama satu tahun lebih aku biasa sms an dan aku pasti kenal itu
ketikan sms retna bukan cowoknya. Tapi temanku si israj juga tak mungkin
berbohong karena dia juga teman deketnya si retna sama seperti ku.
"jangan-jangan loe dikerjain ma si risman" tebak si
israj dgn serius
...................................................................
Di kantin ini aku ingin mendengar kepastian darinya, bahwa yang
sms aku itu bukan siapa-siapa melainkan dia saja, aku bergabung dengan
yang lainnya dikantin itu dan aku lihat dia, jantungku berdebar ketika
melihatnya dan selalu itu tidak pernah berubah, darahku serasa naik segala perasaan
timbul dalam hati, dia seperti suatu gelombang yang memancar, menarik aku ke
dalam lingkarannya tetapi selalu pada detik itu juga aku merasa
berada di bwah, pada detik itu juga aku sadar akan diriku sendiri, aku kalah
darinya dalam hal apapun dan kali ini rasa ku bertambah menjadi canggung, malu
dan grogi wajar mungkin karena jelas dia sudah tahu isi hatiku yang
sbnarnya, tetapi kuhampiri juga dia yang dari tadi juga sudah melihat
kedatanganku dan seketika itu juga dia jadi seperti tidak nyaman berada disitu,
akupun seperti itu.
"na, aku pengen nanya sama kamu"
" ya apa?"
"yang sms kemarin itu Na kan?" langsung saja aku ke
pokoknya
Kulihat ketika itu raut wajahnya sedikit berubah
"iya na emang siapa lagi" jawabnya, memalinkan mukanya
ke arah lain
"aku cuma takut itu orang lain, tapi na nggak bohong
kan?"
"yang sms itu Na, siapa lagi kalau bukan Na.. Udah ya Na
duluan " katanya lalu segeri pergi dengan temannya
retna berbicara sedikit gugup dan terburu-buru,
kecurigaan ku mulai datang dengan tingkah lakunya, dia jadi berbeda ketika ku
tanya , apa sebabnya? Apa dia kesal terhadapku karena aku menyatakan
perasaanku, apa dia marah karena aku mencintainya sehingga dia seperti tidak
ingin lama-lama berbicara deganku tidak seperti hari-hari sebelumnya, aku jadi
menyesal andai saja aku tidak berlaku aneh belakangan ini sehingga dengan
terpaksa aku jujur soal perasaanku dan kalau tahu akan seperti ini, sungguh tak
akan aku nyatakan perasaan ini saja, aku kecewa karena tak bisa lagi seakrab
dulu dan sekarang dia menigngalkan ku begitu saja.
Gelisah kemudian datang menghantui perasaanku, aku mulai
bertanya-tanya lalu kemudian ragu, ah apa yang sebenarnya itu? Berbohongkah dia
Aku kembali ke kelas dan segera menemui si israj dengan gelisah
"gua jadi ragu raj, yang sms itu si retna atau bukan?"
Si israj yang dari tadi sedang asyik membaca buku, kemudian
megalihkan pandangnnya kepadaku seperti akan mengintrograsi dan dia meletakan
bukunya.
" gua bilang yang sms itu cowoknya bego, loe dipermainkan tau
ga sama si risman itu, buat apa gua bohong soal ini" bentaknya dengan nada
tinggi sehingga sebagian teman-temanku yang ada di kelas mendengarya, ah dasar
sial untung tidak ada si retna dan antek-anteknya di kelas.
"jangan keras-keras ngomongnya idiot! Liat mereka jadi
bisik-bisik kayak gthu" kataku dengan suara tertahan
Si israj juga menyadari kekeliruannya barusan, sehingga dia
sedikit tersenyum
"sorry bro, gua lupa.. Habis nya loe tu ga bisa di kasih tau,
si retna dipercaya loe, dengerin gua si retna itu cuma mempermainkan loe doank
tau!"
Kata-kata si israj itu terngiang-ngiang ditelingaku,
benarkah? Hatiku bertnya-tanya, mengapa tega dia melakukan hal itu,
padahal tak pernah sekalipun aku berbuat sesuatu hal yang membuatnya
sakit hati selama itu aku mengenalnya sebagai seorang sahabat perempuan yang
paling dekat denganku walau akhirnya perasaanku berubah menjadi sayang, selama
itu aku melihatnya tulus bersahabat denganku tanpa niat mengambil suatu
keuntungan atau memanfaatkanku saja, kalau berfikir ke arah itu aku sendiri
merasa tidak mungkin karena apa yang bisa dia manfaatkan dariku?
tetapi kemudian pada hari itu juga aku menemukan jawabannya yang
membuat gelap mataku, ketika aku melewati mushola berniat menuju wc, aku
mendengar sayup suara bisik-bisik seseorang yang tak seberapa jauh......
"si ruslan mulai curiga yang sms itu bukan Na" terdengar
suara seorang perempuan dari dalam wc yang tidak asing bagiku
"emang dia nanya apa ke Na gthu" terdengar suara
laki-laki menyahut aku juga tahu itu siapa
"ya nanya gthu aja, katanya yang sms itu Na bukan, kayaknya
dia ada yang ngasih tau deh ka"
"ah, ga papalah biarin biar tau rasa dia, seharusnya dia
ngaca dulu sebelum ngomong kayak gthu, kaka sudah dari dulu juga curiga kalau
si ruslan suka ma Na, ternyata benar juga..... Ngapain juga Na duduk sebangku
segala,, emang dia itu ganteng apa hh.."
aku membayangkan expresi laki-laki yang di dlm wc ketika
berkata-kata, pasti sambil tersenyum sinis, dan perasaanku ketika itu tak perlu
dijelaskan betapa sakit hatinya
"koq ka gthu sih, dari dulu Na cuma ngangap dia teman aja ga
lebih, dia aja yang ke geeran, Na juga sekarang ga suka sama dia ssudah tau dia
suka ma Na"
"sekarang Na gimana sama dia?"
"ilfiil bnernya sih tapi Na pura-pura biasa aja, tadi juga
pas dikantin dia nanya soal sms itu, Na jawab saja seperlunya lalu Na ngeloyor
aja pergi haha.."
Lalu terdengar mereka berdua tertawa
Terjawab sudah..........., lunglai serasa tak ada tenaga, dia yang
aku puja, dia yang aku dambakan, dia yang aku banggakan ternyata tega
mempermainkan perasaanku tanpa belas kasihan sama sekali, gelap rasanya dunia
ini membuatku ingin berteriak melawan taqdir, hatiku pedih tak terkira, aku
merasa dilecehkan dan dipermainkan oleh mereka berdua terlebih olehnya
karena selama ini aku rasa bersahabat dengan baik,..
Berawal dari itulah hingga aku marah luar biasa, panas rasanya
darahku dan untuk pertama kalinya aku marah kepada seseorang sehingga begitu
bencinya sampai aku hilang kendali, setelah pulang sekolah di sebuah kelas
kosong aku memanggil si retna untuk datang tanpa dengan cowoknya si risman
jahanam dengan dibantu oleh temanku si israj dan si fery selaku pembawa acara
sidang , kami berkumpul tapi tidak beraturan kami hanya mendiami kelas dimana
saja, ada sekitar 6 orang 3 cewek dan 3 cowok, yang cewek tntu yang bersimpati
kepada si retna dan dua orang temanku tentu bersimpati kepadaku stlh ku
ceritkan apa yang aku dengar di wc, aku dan si retna mengambil jarak agak
berjauhan karena tak sedikitpun ku sudi untuk beradu pandang dengannya, sedari
awal tadi juga aku sudah memalingkan muka ke arah lain.
"sekarang, gue cma pngen tau, siapa yg sms an ma gue kemarin
Na, loe ato cwo loe?" aku membuka suara dengan emosi tertahan, bahasa ku
sudah berbeda
Tidak ada yang menjawab
Darahku tiba-tiba menjadi sangat panas, jantungku berdebar dengan
cepatnya,
"JAWAAAB!!!" aku berteriak dengan sangat kerasnya,
membuat seisi kelas tampak kaget, kulihat retna ketakutan melihat expresi ku
"eh santai bro, santai" si israj menenangkan ku
dia tampak tegang
Aku sendiri tidak sadar aku berteriak seperti itu, mungkin suara
emosi yang tidak terkendali lagi
"kita cari jalan baik-baik, loe santai dulu" si fery
ikut menenangkan ku
Tapi mungkin tidak ada jalan terbaik lagi, hatiku sudah pedih,
sungguh akal sehatku sudah dikalahkan emosi, jangan bermain-main dengan
perasaan.
"kenapa loe mainin perasaan gue Na?"
Nafasku kian tidak teratur, otakku panas
"si Na ngga bermaksud mainin perasaan kamu, rus" si dewi
buka suara
Mendengar itu...
"KENAPA YANG SMS GUE SI RISMAN!!" teriaku lagi, aku
melihat penghapus lalu aku melemparkannya ke lantai dengan sangat keras
sambil berteriak juga
"ARTINYA LOE MAININ GUE NA!!"
"Kalau kamu tidak tenang masalahnya tidak akan beres..!"
balas dewi, dia sedikit terbawa emosi tapi mencoba untuk tetap tenang, sedang
retna sendiri disampingnya malah seperti anak kecil kelakuannya mesem -mesem
getir membuatku makin jengkel,
*************
Hujan mulai sedikit reda menjadi gerimis, tapi aku dan si gugum
sudah basah kuyup, kami terus menerobos jalan dengan tergesa-gesa disamping
karena hujan juga takut kesorean, rumah ceweknya sudah dekat tinggal melewati
beberapa gang lagi,
"duh maaf rus, antum jadi basah kuyup githu, maaf ya!"
gugum melihatku dengan perasaan bersalah, dia memang baik
"ah ngga apa-apa gum, kamu juga sudah banyak menolong, anggap
aja ni lagi akting film india" kataku sambil tersenyum
"ah antum rus bisa aja, tapi bener maaf banget rus antum udah
kayak kecebur ke kolam" gugum tersenyum melihatku, padahal dia juga sama
basah kuyupnya, lalu kami sama-sama tertawa