Cinta Segi Tiga

0 komentar



Aku berjalan waktu itu dengan perasaan yang remuk redam, hancur berantakan karena mengenangkan sebuah kisah pahit,  saat itu aku mengantarkan si gugum temanku ke rumah ceweknya, karena ada sedikit masalah diantara mereka,, aku dan dia berjalan melewati jalanan yang panjang karena tidak ada kendaran untuk ditumpangi,  sepulang sekolah aku dan si gugum  langsung berangkat menuju rumah ceweknya yang lumayan jauh,  saat itu hatiku hancur berkeping-keping karena seseorang  tapi aku malah membantu si gugum soal urusan cinta, sedang karena soal cinta itu sendiri,, aku menderita sakit hati yang begitu menyakitkan dan memalukannya. Tapi aku juga tak bisa menolak untuk membantu, bagaimanapun si gugum adalah sahabat baikku di sekolah, dia juga sering membantuku dalam banyak hal, aku tidak punya alasan untuk menolak permintaannya, sekalipun hatiku sedang hancur saat itu.

"rus tidak apa-apakan, antum bantu aku?"  tanya nya ketika aku dan dia berjalan dengan tergesa karena hari terlihat mendung seperti akan turun hujan, aku rasa dia tahu kadaanku waktu itu
"tidak apa-apa sob, santai saja" jawabku, kutepuk pundaknya agar dia yakin aku memang tidak keberatan membantunya,
"Makasih rus" sahutnya kemudian sambil tersenyum
Tidak ada  yang lebih tahu hatiku waktu itu seperti apa, biar aku sendiri yang tahu,
kami terus berjalan menyusuri jalanan kecil, melewati gang, rumah-rumah dengan tergesa-gesa takut akan turun hujan tetapi akhirnya turun juga hujan yang kami hindari itu, dan apa boleh buat terpaksa aku dan temanku itu hujan-hujanan agar segera sampai ke tempat yang kami tuju, tak ada waktu buat berteduh karena takut kesorean.

Lalu serasa disambar petir, seseorang yang membuatku jatuh ke jurang hati yang dalam sedalam-dalamnya itu melintas searah dengan kami, karena rumah seseorang itu tidak jauh atau memang berdekatan dengan rumah cewek si gugum karena mereka sekampung,  seseorang sedang diantarkan cowoknya dengan sepeda motor, kepayahan yang lebih aku derita karena perasanku tidak keruan waktu itu, jantungku  berdebar, gengsi dan malu saling menghampiri lalu marah dan kecewa datang pula, dia sedang diantarkan pacarnya yang dua hari sebelumnya bertengkar dgku, mereka bgitu mesranya di atas sepeda motor yang dikendarai pacarnya, menghampiri kami yang berjalan kelelahan dalam keadaan yang memprihatinkan karena cinta.

"mau kemana?"
tanya pacar seseorang bagiku seperti merndahkan apa yang kami berdua lakukan terlebih padaku yang mungkin menurutnya suka ikut campur masalah orang lain
Sungguh aku malu dengan keadaanku seperti itu. Sial!
"mau ke rumah si bebeb" jawab si gugum
Aku hanya tersenyum tipis saja, dan aku lihat seseorng itu hanya diam duduk dibonceng cowoknya si risman dengan senyum yang dipaksakan seperti ingin segera beranjak meningggalkan kami.
"kenapa hujan-hujanan nggak cari tempat untuk berteduh dulu?"
"ah kepalang tanggung sudah basah kuyup kayak gini" jwb tmnku sambl memamerkan badannya yang memang sudah basah kuyup, pacar seseorang itu tersenyum melihatnya
Lalu dia (pacar sseorsng) menatapku dengan ramah dan bersahabat, aku malu sekaligus muak dibuatnya
"ya udah kami duluan ya!" kata pacar seseorang disertai anggukan yang sopan
"ya silahkan..!" sahut kami bersamaan
Lalu  mereka berlalu menjauhi kami yang basah kuyup seperti habis kecebur ke kolam

Perasaan dalam dada waktu itu berkecamuk, aku memalingkan muka ke arah lain, aku tak mampu melihat punggung mereka menjauh dan rasanya aku ingin mereka  segera pergi,  sakit hatiku telah membeku, karena mereka aku merasa tidak betah hidup di dunia, karena mereka aku merasa terhina, karena mereka aku berduka, sakit sungguh perih hati ini, dan segala apa yang aku lewati bersama seseorang itu tiba-tiba menjelma dalam rinai-rinai hujan yang deras membentuk sebuah bayangan.

**********

Dikantin anak-anak sudah duduk dibangku yang ada, aku datang belakangan bersama temanku yang lain, hari itu hatiku berbunga-bunga sekali karena ternyata mengungkapkan perasaan itu sungguh menyenangkan serasa plong isi hati itu yang selama ini membebani, walau aku ditampik tetapi penasaran ku sudah lenyap, aku bisa menerima kenyataan kalau retna tidak mencintaiku jadinya tak perlu lagi aku bertanya-tanya sendiri tentang perasaannya selama ini, aku berangkat sekolah dengan perasaan tenang, waktu yang kulalui serasa nyaman, aku bahagia bukan karena diterima tapi bahagia karena aku berani menyatakannya, hariku terasa cerah orang-orang seperti seperti tersenyum semua, aku bersiul-siul bahagia ketika berjalan, dan seandainya saja jawabannya bisa seperti yang aku harapkan entah bagaimana perasaanku, pastinya begitu berbunga-bunga jauh seperti pada saat itu, tapi memang dari awal aku tidak mau berharap terlalu jauh, takut kecewa karena seperti kata orang-orang,  yang lebih menyakitkan itu bukan langsung dijatuhkan tapi dibawa terbang dulu lalu dijatuhkan degan tiba-tiba, seperti jika aku berharap terlalu jauh dari kemungkinan, lalu kemudian kenyataan nya malah sebaliknya pasti akan stress dan sangat kecewa sekali tentunya. Bagiku cukup dia tahu dan hubungan kami tetap baik-baik saja sebagai teman seandainya dia tidak mempunyai perasaan yang sama, dan seperti itulah sekarang, dia sudah tahu dan hubungan kami tetap seperti biasa, oh alangkah bahagianya....

Aku jadi ingat pertama kali aku berkenalan dengan nya 2 tahun yang lalu, saat kami baru naik kelas dari kelas satu, dikelas 2 aku bertemu dengan nya, awalnya aku merasa ilfil sama dia karena galak dan jutek nya minta ampun, dan satu lgi dia rewel dalam segala hal apalagi waktu itu dia duduk nya di sampingku
Membuatku pusing dibuatnya, tapi  hari demi hari aku jadi semakin dekat dengannya, kemudian  timbul rasa yang berbeda dalam hatiku, dari saat itulah aku sering menulis puisi-puisi tentangnya, di buku ku sudah tidak terhitung puisi-puisi yang aku tulis yang penuh dengan makna, dia menjadi inspirasiku tiap hari dan tentu saja aku punya harapan untuk menjadi bagian kesehariannya  tidak dia saja yang menjadi inspirasiku, bisa dikatakan aku ingin menjadi pacarnya dan sangat terobsesi. tapi dengan apa? apa yang bisa aku lakukan untuk membuatnya terkesan, dia tidak suka dengan puisi yang aku tulis susah-susah, dia tidak suka dengan penampilanku yg sderhana jadinya aku hanya berdiam diri saja, menerima apa adanya diriku seperti apa, bagiku mencintainya adalah anugerah, karena dia menjadi penyemangat hidupku, aku jadi giat belajar maksudnya jadi giat berangkat ke sekolah (belajarnya mah githu-githu aja)  karena ingin melihatnya, ngobrol dengannya, melihat senyumnya, melihat kemarahannya dan segala sesuatu tentagnya selalu aku rindukan di rumah,  dan semua itu berlangsung selama hampir dua tahun,

 kemudian pada masa akhir  belajar ku di sekolah  semuanya terungkap.

Pada  hari  itu retna mengirimkan sms, dia menanyakn perasaanku thdpnya karena hari-hari belakangan aku bersikap aneh terhadapnya, marah-marah tak keruan sok ingin diperhatikan, bagi siapapun yang melihat kelakuan ku itu mereka pasti menilai kalau aku mencintai retna dan ingin diperlakukan seperti pacarnya, mungkin retna sudah mengetahui gelagatku itu jauh-jauh hari, akhirnya dia bertanya duluan lewat sms. Ketahuan sudah isi hatiku trhadpnya, malam harinya akhirna aku mengakui kalau aku memang mencintai nya, tapi ada sesuatu hal yang kurang mengenakan dari informasi seorang teman dekatku, israj. Katanya yang mengirim sms itu bukan retna tapi pacarnya sendiri, risman
Penasaran aku lngsung tanya soal itu ke si israj

"loe ngirim sms ke siapa sebenarnya?" tanya si israj ketika aku sudah di rumahnya
"perasaan gue sich ya siapa lagi klo bukan si retna, lagian gue kenal koq tulisannya!" jawabku enteng
"eh kemarin gua sms dia, yang bales bukan dia bego tapi cowoknya, si risman"
"ah masa, gua kenal koq tulisan sms si retna" saat itu hatiku mulai gelisah
"sumpah gua nggak bohong, jam berapa loe smsan ma si retna?"
"kira-kira jam 5 an, kalau tidak salah"
Jantungku saat itu sudah sngat berdebar
"jam setengah enam gua sms dia tapi yang bales si risman itu, pas gua telepon yang ngangkat emang dia, katanya mereka lagi tukeran hp" jelas si israj dngan yakin
antara percaya dan tidak campur aduk dalam hatiku, aku pasti tidak salah karena di sms itu aku kenal gaya tulisannya, ucapannya, titik koma yang dia pakai, selama satu tahun lebih aku biasa sms an dan aku pasti kenal itu ketikan sms retna bukan cowoknya. Tapi temanku si israj juga tak mungkin berbohong karena dia juga teman deketnya si retna sama seperti ku.
"jangan-jangan loe dikerjain ma si risman" tebak si israj dgn serius
...................................................................

Di kantin ini aku ingin mendengar kepastian darinya, bahwa yang sms aku itu bukan siapa-siapa melainkan dia saja,  aku bergabung dengan yang lainnya dikantin itu dan aku lihat dia, jantungku berdebar ketika  melihatnya dan selalu itu tidak pernah berubah, darahku serasa naik segala perasaan timbul dalam hati, dia seperti suatu gelombang yang memancar, menarik aku ke dalam  lingkarannya tetapi selalu pada detik itu juga aku  merasa berada di bwah, pada detik itu juga aku sadar akan diriku sendiri, aku kalah darinya dalam hal apapun dan kali ini rasa ku bertambah menjadi canggung, malu dan grogi  wajar mungkin  karena jelas dia sudah tahu isi hatiku yang sbnarnya, tetapi kuhampiri juga dia yang dari tadi juga sudah melihat kedatanganku dan seketika itu juga dia jadi seperti tidak nyaman berada disitu, akupun seperti itu.

"na, aku pengen nanya  sama kamu"
" ya apa?"
"yang sms kemarin itu Na kan?" langsung saja aku ke pokoknya
Kulihat ketika itu raut wajahnya sedikit berubah
"iya na emang siapa lagi" jawabnya, memalinkan mukanya ke arah lain
"aku cuma takut itu orang lain, tapi na nggak bohong kan?"
"yang sms itu Na, siapa lagi kalau bukan Na.. Udah ya Na duluan " katanya lalu segeri pergi dengan temannya
 retna berbicara  sedikit gugup dan terburu-buru, kecurigaan ku mulai datang dengan tingkah lakunya, dia jadi berbeda ketika ku tanya , apa sebabnya? Apa dia kesal terhadapku karena aku menyatakan perasaanku, apa dia marah karena aku mencintainya sehingga dia seperti tidak ingin lama-lama berbicara deganku tidak seperti hari-hari sebelumnya, aku jadi menyesal andai saja aku tidak berlaku aneh belakangan ini sehingga dengan terpaksa aku jujur soal perasaanku dan kalau tahu akan seperti ini, sungguh tak akan aku nyatakan perasaan ini saja, aku kecewa karena tak bisa lagi seakrab dulu dan sekarang dia menigngalkan ku begitu saja.

Gelisah kemudian datang menghantui perasaanku, aku mulai bertanya-tanya lalu kemudian ragu, ah apa yang sebenarnya itu? Berbohongkah dia
Aku kembali ke kelas dan segera menemui si israj dengan gelisah

"gua jadi ragu raj, yang sms itu si retna atau bukan?"
Si israj yang dari tadi sedang asyik membaca buku, kemudian megalihkan pandangnnya kepadaku seperti akan mengintrograsi dan dia meletakan bukunya.
" gua bilang yang sms itu cowoknya bego, loe dipermainkan tau ga sama si risman itu, buat apa gua bohong soal ini" bentaknya dengan nada tinggi sehingga sebagian teman-temanku yang ada di kelas mendengarya, ah dasar sial untung tidak ada si retna dan antek-anteknya di kelas.
"jangan keras-keras ngomongnya idiot! Liat mereka jadi bisik-bisik kayak gthu" kataku dengan suara tertahan
Si israj juga menyadari kekeliruannya barusan, sehingga dia sedikit tersenyum
"sorry bro, gua lupa.. Habis nya loe tu ga bisa di kasih tau, si retna dipercaya loe, dengerin gua si retna itu cuma mempermainkan loe doank tau!"

Kata-kata si israj itu terngiang-ngiang ditelingaku, benarkah?  Hatiku bertnya-tanya, mengapa tega dia melakukan hal itu, padahal tak pernah sekalipun aku berbuat sesuatu hal yang  membuatnya sakit hati selama itu aku mengenalnya sebagai seorang sahabat perempuan yang paling dekat denganku walau akhirnya perasaanku berubah menjadi sayang, selama itu aku melihatnya tulus bersahabat denganku tanpa niat mengambil suatu keuntungan atau memanfaatkanku saja, kalau berfikir ke arah itu aku sendiri merasa tidak mungkin karena apa yang bisa dia manfaatkan dariku?

tetapi kemudian pada hari itu juga aku menemukan jawabannya yang membuat gelap mataku,  ketika aku melewati mushola berniat menuju wc, aku mendengar sayup suara bisik-bisik seseorang yang tak seberapa jauh......

"si ruslan mulai curiga yang sms itu bukan Na" terdengar suara seorang perempuan dari dalam wc yang tidak asing bagiku
"emang dia nanya apa ke Na gthu" terdengar suara laki-laki menyahut aku juga tahu itu siapa
"ya nanya gthu aja, katanya yang sms itu Na bukan, kayaknya dia ada yang ngasih tau deh ka"
"ah, ga papalah biarin biar tau rasa dia, seharusnya dia ngaca dulu sebelum ngomong kayak gthu, kaka sudah dari dulu juga curiga kalau si ruslan suka ma Na, ternyata benar juga..... Ngapain juga Na duduk sebangku segala,, emang dia itu ganteng apa hh.." 
aku membayangkan expresi laki-laki yang di dlm wc ketika berkata-kata, pasti sambil tersenyum sinis, dan perasaanku ketika itu tak perlu dijelaskan betapa sakit hatinya
"koq ka gthu sih, dari dulu Na cuma ngangap dia teman aja ga lebih, dia aja yang ke geeran, Na juga sekarang ga suka sama dia ssudah tau dia suka ma Na"
"sekarang Na gimana sama dia?"
"ilfiil bnernya sih tapi Na pura-pura biasa aja, tadi juga pas dikantin dia nanya soal sms itu, Na jawab saja seperlunya lalu Na ngeloyor aja pergi haha.."
Lalu terdengar mereka berdua tertawa

Terjawab sudah..........., lunglai serasa tak ada tenaga, dia yang aku puja, dia yang aku dambakan, dia yang aku banggakan ternyata tega mempermainkan perasaanku tanpa belas kasihan sama sekali, gelap rasanya dunia ini membuatku ingin berteriak melawan taqdir, hatiku pedih tak terkira, aku merasa dilecehkan dan dipermainkan oleh mereka berdua terlebih olehnya  karena selama ini aku rasa bersahabat dengan baik,..

Berawal dari itulah hingga aku marah luar biasa, panas rasanya darahku dan untuk pertama kalinya aku marah kepada seseorang sehingga begitu bencinya sampai aku hilang kendali, setelah pulang sekolah di sebuah kelas kosong aku memanggil si retna untuk datang tanpa dengan cowoknya si risman jahanam dengan dibantu oleh temanku si israj dan si fery selaku pembawa acara sidang , kami berkumpul tapi tidak beraturan kami hanya mendiami kelas dimana saja, ada sekitar 6 orang 3 cewek dan 3 cowok, yang cewek tntu yang bersimpati kepada si retna dan dua orang temanku tentu bersimpati kepadaku stlh ku ceritkan apa yang aku dengar di wc, aku dan si retna mengambil jarak agak berjauhan karena tak sedikitpun ku sudi untuk beradu pandang dengannya, sedari awal tadi juga aku sudah memalingkan muka ke arah lain.

"sekarang, gue cma pngen tau, siapa yg sms an ma gue kemarin Na, loe ato cwo loe?" aku membuka suara dengan emosi tertahan, bahasa ku sudah berbeda
Tidak ada yang menjawab
Darahku tiba-tiba menjadi sangat panas, jantungku berdebar dengan cepatnya,
"JAWAAAB!!!"  aku berteriak dengan sangat kerasnya, membuat seisi kelas tampak kaget, kulihat retna ketakutan melihat expresi ku
"eh santai bro, santai"  si israj menenangkan ku dia tampak tegang
Aku sendiri tidak sadar aku berteriak seperti itu, mungkin suara emosi yang tidak terkendali lagi
"kita cari jalan baik-baik, loe santai dulu" si fery ikut menenangkan ku
Tapi mungkin tidak ada jalan terbaik lagi, hatiku sudah pedih, sungguh akal sehatku sudah dikalahkan emosi, jangan bermain-main dengan perasaan.
"kenapa loe mainin perasaan gue Na?"
Nafasku kian tidak teratur, otakku panas
"si Na ngga bermaksud mainin perasaan kamu, rus" si dewi buka suara
Mendengar itu...
"KENAPA YANG SMS GUE SI RISMAN!!" teriaku lagi, aku melihat penghapus lalu aku melemparkannya ke  lantai dengan sangat keras sambil berteriak juga
"ARTINYA LOE MAININ GUE NA!!"
"Kalau kamu tidak tenang masalahnya tidak akan beres..!" balas dewi, dia sedikit terbawa emosi tapi mencoba untuk tetap tenang, sedang retna sendiri disampingnya malah seperti anak kecil kelakuannya mesem -mesem getir membuatku makin jengkel,

*************

Hujan mulai sedikit reda menjadi gerimis, tapi aku dan si gugum sudah basah kuyup, kami terus menerobos jalan dengan tergesa-gesa disamping karena hujan juga takut kesorean, rumah ceweknya sudah dekat tinggal melewati beberapa gang lagi,

"duh maaf rus, antum jadi basah kuyup githu, maaf ya!" gugum melihatku dengan perasaan bersalah, dia memang baik
"ah ngga apa-apa gum, kamu juga sudah banyak menolong, anggap aja ni lagi akting film india" kataku sambil tersenyum
"ah antum rus bisa aja, tapi bener maaf banget rus antum udah kayak kecebur ke kolam" gugum tersenyum melihatku, padahal dia juga sama basah kuyupnya, lalu kami sama-sama tertawa








  

Leave a Reply

Labels