Cinta Segi Tiga

0 komentar



Aku berjalan waktu itu dengan perasaan yang remuk redam, hancur berantakan karena mengenangkan sebuah kisah pahit,  saat itu aku mengantarkan si gugum temanku ke rumah ceweknya, karena ada sedikit masalah diantara mereka,, aku dan dia berjalan melewati jalanan yang panjang karena tidak ada kendaran untuk ditumpangi,  sepulang sekolah aku dan si gugum  langsung berangkat menuju rumah ceweknya yang lumayan jauh,  saat itu hatiku hancur berkeping-keping karena seseorang  tapi aku malah membantu si gugum soal urusan cinta, sedang karena soal cinta itu sendiri,, aku menderita sakit hati yang begitu menyakitkan dan memalukannya. Tapi aku juga tak bisa menolak untuk membantu, bagaimanapun si gugum adalah sahabat baikku di sekolah, dia juga sering membantuku dalam banyak hal, aku tidak punya alasan untuk menolak permintaannya, sekalipun hatiku sedang hancur saat itu.

"rus tidak apa-apakan, antum bantu aku?"  tanya nya ketika aku dan dia berjalan dengan tergesa karena hari terlihat mendung seperti akan turun hujan, aku rasa dia tahu kadaanku waktu itu
"tidak apa-apa sob, santai saja" jawabku, kutepuk pundaknya agar dia yakin aku memang tidak keberatan membantunya,
"Makasih rus" sahutnya kemudian sambil tersenyum
Tidak ada  yang lebih tahu hatiku waktu itu seperti apa, biar aku sendiri yang tahu,
kami terus berjalan menyusuri jalanan kecil, melewati gang, rumah-rumah dengan tergesa-gesa takut akan turun hujan tetapi akhirnya turun juga hujan yang kami hindari itu, dan apa boleh buat terpaksa aku dan temanku itu hujan-hujanan agar segera sampai ke tempat yang kami tuju, tak ada waktu buat berteduh karena takut kesorean.

Lalu serasa disambar petir, seseorang yang membuatku jatuh ke jurang hati yang dalam sedalam-dalamnya itu melintas searah dengan kami, karena rumah seseorang itu tidak jauh atau memang berdekatan dengan rumah cewek si gugum karena mereka sekampung,  seseorang sedang diantarkan cowoknya dengan sepeda motor, kepayahan yang lebih aku derita karena perasanku tidak keruan waktu itu, jantungku  berdebar, gengsi dan malu saling menghampiri lalu marah dan kecewa datang pula, dia sedang diantarkan pacarnya yang dua hari sebelumnya bertengkar dgku, mereka bgitu mesranya di atas sepeda motor yang dikendarai pacarnya, menghampiri kami yang berjalan kelelahan dalam keadaan yang memprihatinkan karena cinta.

"mau kemana?"
tanya pacar seseorang bagiku seperti merndahkan apa yang kami berdua lakukan terlebih padaku yang mungkin menurutnya suka ikut campur masalah orang lain
Sungguh aku malu dengan keadaanku seperti itu. Sial!
"mau ke rumah si bebeb" jawab si gugum
Aku hanya tersenyum tipis saja, dan aku lihat seseorng itu hanya diam duduk dibonceng cowoknya si risman dengan senyum yang dipaksakan seperti ingin segera beranjak meningggalkan kami.
"kenapa hujan-hujanan nggak cari tempat untuk berteduh dulu?"
"ah kepalang tanggung sudah basah kuyup kayak gini" jwb tmnku sambl memamerkan badannya yang memang sudah basah kuyup, pacar seseorang itu tersenyum melihatnya
Lalu dia (pacar sseorsng) menatapku dengan ramah dan bersahabat, aku malu sekaligus muak dibuatnya
"ya udah kami duluan ya!" kata pacar seseorang disertai anggukan yang sopan
"ya silahkan..!" sahut kami bersamaan
Lalu  mereka berlalu menjauhi kami yang basah kuyup seperti habis kecebur ke kolam

Perasaan dalam dada waktu itu berkecamuk, aku memalingkan muka ke arah lain, aku tak mampu melihat punggung mereka menjauh dan rasanya aku ingin mereka  segera pergi,  sakit hatiku telah membeku, karena mereka aku merasa tidak betah hidup di dunia, karena mereka aku merasa terhina, karena mereka aku berduka, sakit sungguh perih hati ini, dan segala apa yang aku lewati bersama seseorang itu tiba-tiba menjelma dalam rinai-rinai hujan yang deras membentuk sebuah bayangan.

**********

Dikantin anak-anak sudah duduk dibangku yang ada, aku datang belakangan bersama temanku yang lain, hari itu hatiku berbunga-bunga sekali karena ternyata mengungkapkan perasaan itu sungguh menyenangkan serasa plong isi hati itu yang selama ini membebani, walau aku ditampik tetapi penasaran ku sudah lenyap, aku bisa menerima kenyataan kalau retna tidak mencintaiku jadinya tak perlu lagi aku bertanya-tanya sendiri tentang perasaannya selama ini, aku berangkat sekolah dengan perasaan tenang, waktu yang kulalui serasa nyaman, aku bahagia bukan karena diterima tapi bahagia karena aku berani menyatakannya, hariku terasa cerah orang-orang seperti seperti tersenyum semua, aku bersiul-siul bahagia ketika berjalan, dan seandainya saja jawabannya bisa seperti yang aku harapkan entah bagaimana perasaanku, pastinya begitu berbunga-bunga jauh seperti pada saat itu, tapi memang dari awal aku tidak mau berharap terlalu jauh, takut kecewa karena seperti kata orang-orang,  yang lebih menyakitkan itu bukan langsung dijatuhkan tapi dibawa terbang dulu lalu dijatuhkan degan tiba-tiba, seperti jika aku berharap terlalu jauh dari kemungkinan, lalu kemudian kenyataan nya malah sebaliknya pasti akan stress dan sangat kecewa sekali tentunya. Bagiku cukup dia tahu dan hubungan kami tetap baik-baik saja sebagai teman seandainya dia tidak mempunyai perasaan yang sama, dan seperti itulah sekarang, dia sudah tahu dan hubungan kami tetap seperti biasa, oh alangkah bahagianya....

Aku jadi ingat pertama kali aku berkenalan dengan nya 2 tahun yang lalu, saat kami baru naik kelas dari kelas satu, dikelas 2 aku bertemu dengan nya, awalnya aku merasa ilfil sama dia karena galak dan jutek nya minta ampun, dan satu lgi dia rewel dalam segala hal apalagi waktu itu dia duduk nya di sampingku
Membuatku pusing dibuatnya, tapi  hari demi hari aku jadi semakin dekat dengannya, kemudian  timbul rasa yang berbeda dalam hatiku, dari saat itulah aku sering menulis puisi-puisi tentangnya, di buku ku sudah tidak terhitung puisi-puisi yang aku tulis yang penuh dengan makna, dia menjadi inspirasiku tiap hari dan tentu saja aku punya harapan untuk menjadi bagian kesehariannya  tidak dia saja yang menjadi inspirasiku, bisa dikatakan aku ingin menjadi pacarnya dan sangat terobsesi. tapi dengan apa? apa yang bisa aku lakukan untuk membuatnya terkesan, dia tidak suka dengan puisi yang aku tulis susah-susah, dia tidak suka dengan penampilanku yg sderhana jadinya aku hanya berdiam diri saja, menerima apa adanya diriku seperti apa, bagiku mencintainya adalah anugerah, karena dia menjadi penyemangat hidupku, aku jadi giat belajar maksudnya jadi giat berangkat ke sekolah (belajarnya mah githu-githu aja)  karena ingin melihatnya, ngobrol dengannya, melihat senyumnya, melihat kemarahannya dan segala sesuatu tentagnya selalu aku rindukan di rumah,  dan semua itu berlangsung selama hampir dua tahun,

 kemudian pada masa akhir  belajar ku di sekolah  semuanya terungkap.

Pada  hari  itu retna mengirimkan sms, dia menanyakn perasaanku thdpnya karena hari-hari belakangan aku bersikap aneh terhadapnya, marah-marah tak keruan sok ingin diperhatikan, bagi siapapun yang melihat kelakuan ku itu mereka pasti menilai kalau aku mencintai retna dan ingin diperlakukan seperti pacarnya, mungkin retna sudah mengetahui gelagatku itu jauh-jauh hari, akhirnya dia bertanya duluan lewat sms. Ketahuan sudah isi hatiku trhadpnya, malam harinya akhirna aku mengakui kalau aku memang mencintai nya, tapi ada sesuatu hal yang kurang mengenakan dari informasi seorang teman dekatku, israj. Katanya yang mengirim sms itu bukan retna tapi pacarnya sendiri, risman
Penasaran aku lngsung tanya soal itu ke si israj

"loe ngirim sms ke siapa sebenarnya?" tanya si israj ketika aku sudah di rumahnya
"perasaan gue sich ya siapa lagi klo bukan si retna, lagian gue kenal koq tulisannya!" jawabku enteng
"eh kemarin gua sms dia, yang bales bukan dia bego tapi cowoknya, si risman"
"ah masa, gua kenal koq tulisan sms si retna" saat itu hatiku mulai gelisah
"sumpah gua nggak bohong, jam berapa loe smsan ma si retna?"
"kira-kira jam 5 an, kalau tidak salah"
Jantungku saat itu sudah sngat berdebar
"jam setengah enam gua sms dia tapi yang bales si risman itu, pas gua telepon yang ngangkat emang dia, katanya mereka lagi tukeran hp" jelas si israj dngan yakin
antara percaya dan tidak campur aduk dalam hatiku, aku pasti tidak salah karena di sms itu aku kenal gaya tulisannya, ucapannya, titik koma yang dia pakai, selama satu tahun lebih aku biasa sms an dan aku pasti kenal itu ketikan sms retna bukan cowoknya. Tapi temanku si israj juga tak mungkin berbohong karena dia juga teman deketnya si retna sama seperti ku.
"jangan-jangan loe dikerjain ma si risman" tebak si israj dgn serius
...................................................................

Di kantin ini aku ingin mendengar kepastian darinya, bahwa yang sms aku itu bukan siapa-siapa melainkan dia saja,  aku bergabung dengan yang lainnya dikantin itu dan aku lihat dia, jantungku berdebar ketika  melihatnya dan selalu itu tidak pernah berubah, darahku serasa naik segala perasaan timbul dalam hati, dia seperti suatu gelombang yang memancar, menarik aku ke dalam  lingkarannya tetapi selalu pada detik itu juga aku  merasa berada di bwah, pada detik itu juga aku sadar akan diriku sendiri, aku kalah darinya dalam hal apapun dan kali ini rasa ku bertambah menjadi canggung, malu dan grogi  wajar mungkin  karena jelas dia sudah tahu isi hatiku yang sbnarnya, tetapi kuhampiri juga dia yang dari tadi juga sudah melihat kedatanganku dan seketika itu juga dia jadi seperti tidak nyaman berada disitu, akupun seperti itu.

"na, aku pengen nanya  sama kamu"
" ya apa?"
"yang sms kemarin itu Na kan?" langsung saja aku ke pokoknya
Kulihat ketika itu raut wajahnya sedikit berubah
"iya na emang siapa lagi" jawabnya, memalinkan mukanya ke arah lain
"aku cuma takut itu orang lain, tapi na nggak bohong kan?"
"yang sms itu Na, siapa lagi kalau bukan Na.. Udah ya Na duluan " katanya lalu segeri pergi dengan temannya
 retna berbicara  sedikit gugup dan terburu-buru, kecurigaan ku mulai datang dengan tingkah lakunya, dia jadi berbeda ketika ku tanya , apa sebabnya? Apa dia kesal terhadapku karena aku menyatakan perasaanku, apa dia marah karena aku mencintainya sehingga dia seperti tidak ingin lama-lama berbicara deganku tidak seperti hari-hari sebelumnya, aku jadi menyesal andai saja aku tidak berlaku aneh belakangan ini sehingga dengan terpaksa aku jujur soal perasaanku dan kalau tahu akan seperti ini, sungguh tak akan aku nyatakan perasaan ini saja, aku kecewa karena tak bisa lagi seakrab dulu dan sekarang dia menigngalkan ku begitu saja.

Gelisah kemudian datang menghantui perasaanku, aku mulai bertanya-tanya lalu kemudian ragu, ah apa yang sebenarnya itu? Berbohongkah dia
Aku kembali ke kelas dan segera menemui si israj dengan gelisah

"gua jadi ragu raj, yang sms itu si retna atau bukan?"
Si israj yang dari tadi sedang asyik membaca buku, kemudian megalihkan pandangnnya kepadaku seperti akan mengintrograsi dan dia meletakan bukunya.
" gua bilang yang sms itu cowoknya bego, loe dipermainkan tau ga sama si risman itu, buat apa gua bohong soal ini" bentaknya dengan nada tinggi sehingga sebagian teman-temanku yang ada di kelas mendengarya, ah dasar sial untung tidak ada si retna dan antek-anteknya di kelas.
"jangan keras-keras ngomongnya idiot! Liat mereka jadi bisik-bisik kayak gthu" kataku dengan suara tertahan
Si israj juga menyadari kekeliruannya barusan, sehingga dia sedikit tersenyum
"sorry bro, gua lupa.. Habis nya loe tu ga bisa di kasih tau, si retna dipercaya loe, dengerin gua si retna itu cuma mempermainkan loe doank tau!"

Kata-kata si israj itu terngiang-ngiang ditelingaku, benarkah?  Hatiku bertnya-tanya, mengapa tega dia melakukan hal itu, padahal tak pernah sekalipun aku berbuat sesuatu hal yang  membuatnya sakit hati selama itu aku mengenalnya sebagai seorang sahabat perempuan yang paling dekat denganku walau akhirnya perasaanku berubah menjadi sayang, selama itu aku melihatnya tulus bersahabat denganku tanpa niat mengambil suatu keuntungan atau memanfaatkanku saja, kalau berfikir ke arah itu aku sendiri merasa tidak mungkin karena apa yang bisa dia manfaatkan dariku?

tetapi kemudian pada hari itu juga aku menemukan jawabannya yang membuat gelap mataku,  ketika aku melewati mushola berniat menuju wc, aku mendengar sayup suara bisik-bisik seseorang yang tak seberapa jauh......

"si ruslan mulai curiga yang sms itu bukan Na" terdengar suara seorang perempuan dari dalam wc yang tidak asing bagiku
"emang dia nanya apa ke Na gthu" terdengar suara laki-laki menyahut aku juga tahu itu siapa
"ya nanya gthu aja, katanya yang sms itu Na bukan, kayaknya dia ada yang ngasih tau deh ka"
"ah, ga papalah biarin biar tau rasa dia, seharusnya dia ngaca dulu sebelum ngomong kayak gthu, kaka sudah dari dulu juga curiga kalau si ruslan suka ma Na, ternyata benar juga..... Ngapain juga Na duduk sebangku segala,, emang dia itu ganteng apa hh.." 
aku membayangkan expresi laki-laki yang di dlm wc ketika berkata-kata, pasti sambil tersenyum sinis, dan perasaanku ketika itu tak perlu dijelaskan betapa sakit hatinya
"koq ka gthu sih, dari dulu Na cuma ngangap dia teman aja ga lebih, dia aja yang ke geeran, Na juga sekarang ga suka sama dia ssudah tau dia suka ma Na"
"sekarang Na gimana sama dia?"
"ilfiil bnernya sih tapi Na pura-pura biasa aja, tadi juga pas dikantin dia nanya soal sms itu, Na jawab saja seperlunya lalu Na ngeloyor aja pergi haha.."
Lalu terdengar mereka berdua tertawa

Terjawab sudah..........., lunglai serasa tak ada tenaga, dia yang aku puja, dia yang aku dambakan, dia yang aku banggakan ternyata tega mempermainkan perasaanku tanpa belas kasihan sama sekali, gelap rasanya dunia ini membuatku ingin berteriak melawan taqdir, hatiku pedih tak terkira, aku merasa dilecehkan dan dipermainkan oleh mereka berdua terlebih olehnya  karena selama ini aku rasa bersahabat dengan baik,..

Berawal dari itulah hingga aku marah luar biasa, panas rasanya darahku dan untuk pertama kalinya aku marah kepada seseorang sehingga begitu bencinya sampai aku hilang kendali, setelah pulang sekolah di sebuah kelas kosong aku memanggil si retna untuk datang tanpa dengan cowoknya si risman jahanam dengan dibantu oleh temanku si israj dan si fery selaku pembawa acara sidang , kami berkumpul tapi tidak beraturan kami hanya mendiami kelas dimana saja, ada sekitar 6 orang 3 cewek dan 3 cowok, yang cewek tntu yang bersimpati kepada si retna dan dua orang temanku tentu bersimpati kepadaku stlh ku ceritkan apa yang aku dengar di wc, aku dan si retna mengambil jarak agak berjauhan karena tak sedikitpun ku sudi untuk beradu pandang dengannya, sedari awal tadi juga aku sudah memalingkan muka ke arah lain.

"sekarang, gue cma pngen tau, siapa yg sms an ma gue kemarin Na, loe ato cwo loe?" aku membuka suara dengan emosi tertahan, bahasa ku sudah berbeda
Tidak ada yang menjawab
Darahku tiba-tiba menjadi sangat panas, jantungku berdebar dengan cepatnya,
"JAWAAAB!!!"  aku berteriak dengan sangat kerasnya, membuat seisi kelas tampak kaget, kulihat retna ketakutan melihat expresi ku
"eh santai bro, santai"  si israj menenangkan ku dia tampak tegang
Aku sendiri tidak sadar aku berteriak seperti itu, mungkin suara emosi yang tidak terkendali lagi
"kita cari jalan baik-baik, loe santai dulu" si fery ikut menenangkan ku
Tapi mungkin tidak ada jalan terbaik lagi, hatiku sudah pedih, sungguh akal sehatku sudah dikalahkan emosi, jangan bermain-main dengan perasaan.
"kenapa loe mainin perasaan gue Na?"
Nafasku kian tidak teratur, otakku panas
"si Na ngga bermaksud mainin perasaan kamu, rus" si dewi buka suara
Mendengar itu...
"KENAPA YANG SMS GUE SI RISMAN!!" teriaku lagi, aku melihat penghapus lalu aku melemparkannya ke  lantai dengan sangat keras sambil berteriak juga
"ARTINYA LOE MAININ GUE NA!!"
"Kalau kamu tidak tenang masalahnya tidak akan beres..!" balas dewi, dia sedikit terbawa emosi tapi mencoba untuk tetap tenang, sedang retna sendiri disampingnya malah seperti anak kecil kelakuannya mesem -mesem getir membuatku makin jengkel,

*************

Hujan mulai sedikit reda menjadi gerimis, tapi aku dan si gugum sudah basah kuyup, kami terus menerobos jalan dengan tergesa-gesa disamping karena hujan juga takut kesorean, rumah ceweknya sudah dekat tinggal melewati beberapa gang lagi,

"duh maaf rus, antum jadi basah kuyup githu, maaf ya!" gugum melihatku dengan perasaan bersalah, dia memang baik
"ah ngga apa-apa gum, kamu juga sudah banyak menolong, anggap aja ni lagi akting film india" kataku sambil tersenyum
"ah antum rus bisa aja, tapi bener maaf banget rus antum udah kayak kecebur ke kolam" gugum tersenyum melihatku, padahal dia juga sama basah kuyupnya, lalu kami sama-sama tertawa








  
Continue reading →

Kenangan BPL Sekolah

0 komentar

    Dalam pengap harap
    Di jalanan ini, hadir kembali rasa paling kurisaukan
    Aku berjalan diantara gedung-gedung tua,
    Muram....
    Aku  lihat lalu lalang orang tanpa senyuman
    Sekali saja, berarti tiada lagi kini
    Aku patah arah
    sendiri menyusuri waktu
    Cinta tak dapat lagi aku percayai
    Hampa hati mengosongkan jiwa
    Sedih tiada dapat aku sembunyi
    Menangis dalam hati
    Lambat menanti
    Apa yang mereka katakan
    Bagiku ketidak adilan
    Telah bebal aku dengan motivasi
    Tiada tujuan lagi kini
    Pernah aku coba kembali ke masa sebelumnya
    Dan tetap sama saja
    Harapan yang memudar seperti biasa
    Kecewa menjelma menakutkan





    Aku melihat patung-patung manusia purba dan fosil-fosil hewan di musium,  kemudian sesuai instruksi guru pembimbing kami melakukan penelitian yang pertama di musium itu
    Saat-saat seperti itu tetap saja tidak bisa aku nikmati, tulang-tulang manusias purba, segala fosil dan sejarahnya tidak ada yang menarik hatiku, hatiku sepi.
    Kulihat teman-temanku tampak senang melihat-lihat fosil-fosil, mereka saling berfoto dengan kamera digital maupun hp, tidak terkecuali dia, dia begitu terkesan dengan apa yang disaksikannya, hari itu dia memakai baju merah, tampak cantik sekali, membuat jantung ku serasa berhenti berdetak setiap melihatnya,
    Rupanya cinta memang tiada obatnya selain balasan cinta dari orang yang kita cintai, hatiku tetap sepi dan  merasa sendiri dalam keceriaan keadaan sekelilingku, karena tidak ada dia yang menemani hati ini, aku merana dan tak seorangpun temanku yang mengetahuinya,...
    Sungguh aku ingin berdua dengan nya saat itu, aku ingin bercanda dengan nya, aku ingin berfoto dengannya, mengukir kenangan, kenangan yang terindah, setidaknya untukku sendiri
    Kemudian serasa mendapat durian jatuh
    "rus, kita berfoto yuk, buat kenang-kenangan" ajak si dia dengan polosnya, ketika aku dan teman-temannya menaiki tangga
    "ayo" sahutku dan aku waktu itu sok cool, kubuat mimik wajahku biasa-biasa saja padahal hatiku berteriak girang sekali,
    "gmn kalo disini aja?"  ketika ku lihat ada patung manusia purba yang cukup menarik di sampingku, bodoh sekali
    Namun dia hnya tersenyum sambil menggeleng,  tampaknya hal itu kurang menarik hatinya
    "nanti aja di candi prmbanan..., " lanjutku  kemudian, dia hanya mengangguk saja tidak bersuara lagi
    Terdapat banyak harapan dari ucapanku, entah kenapa kemudian aku merasa ketakutan, aku takut tidak ada kenagan sedikitpun bersamanya dalam acara BPL itu.
    Kemudian teman-teman wanita nya mendekat, aku sadar harus segera menjauh, tidak ingin ada kecurigaan dari siapapun, aku terlalu malu andai mereka megetahui perasaanku , kulihat diapun kemudian mengacuhkanku dan ngobrol-ngobrol dgn temannya, ah aku memang bukan siapa-siapa baginya bukan?
    Aku jadi benci dgn temn-temannya, merebut dia dariku (hehe belagu nya) jadi tidak bisa ngobrol-ngobrol agak lama sedikit, karena mereka juga si dia jadi acuh tak acuh begitu




    Setelah penelitian kami selesai di musium sangiran selanjutnya ke candi prambanan, di sana aku optimis dan  menyimpan harapan pasti untuk berfoto dengannya seperti yang aku katakan sebelumnya di musium sangiran, aku membayangkan berfoto dengannya  dngn background candi prambanan, tentunya aku ingin punya kenangan berharga walau hanya dgn fotonya saja, aku ingin mempunyai fotonya, terlebih kalau dia ada bersamaku di foto, suatu saat jika aku merindukannya, aku bisa menatap fotonya, akan kuperlihatkan wajhnya kpd teman-temanku di rumah, itulah dia yang bernama....... Yang selalu kuceritakan
    Di dalam bus si dia tampak dingin, tidak seperti di kelas, aku selalu bisa bercanda dengannya, melihat senyumnya dan segala keindahan yang ada pada dirinya, dan dalam perjalanan ini tidak seperti yang aku harapkan, perjalanku serasa tidak nyaman sama sekali, aku kecewa tapi ku usahakan agar tidak tampak dalam mimik wajahku.
    Terdapat beberapa kekecewaan karena kurasa ketidak sadaran diriku ini siapa
    Pertama jarak kursiku dengannya agak berjauhan
    Kedua dia selalu dikelilingi teman-temannya, dia tidak pernah terlihat sendirian
    Ketiga dia begitu dingin dan masih banyak lagi tetek bengek yang aku sesalkan dalam perjalanan itu
    Sering hatiku sendiri berbisik "kau ini tidak sadar diri" atau "kau ini terlalu berharap"
    Lalu optimisme hati melawan dan sering terjadi perdebatan
    "lihatlah dirimu sendiri, memangnya wajahmu itu ganteng, memangnya kamu orang kaya, dasar! Sadarlah sadari diri sendiri" bisik hatiku
    "tapi setidaknya aku punya keinginan" optimisme membela
    "keinginan yang mustahil terjadi, coba sekalipun kamu tidak pernah menunjukan peerasaanmu yang sesungguhnya, kalau kamu punya keinginan. Tunjukan donk!"
    "aku tidak berani, sangat sulit sekali rasanya.."
    "ya itulah dirimu, punya keinginan yang muluk-muluk tapi tidak pernah berusaha, selalu kalah sebelum perang, menyerah pada keadaan, tidak ada yang instan di dunia ini, semuanya harus di tempuh dengan jalan usaha"
    Aku terdiam mendengar bisikan yang tajam itu beberapa saat, lalu aku brfikir kutemukan jawaban
    "aku tahu dan menyadari memang benar seperti itu, tapi semua bukan salahku, sifatku memang pemalu    dari dulu, pendiam dan minder juga semua itu mempunyai alasan yang masuk akal, aku berwajah jelek, kurasa itu alasan yang kuat tentunya.."
    "lalu berhentilah mengharapkan dia, karena tentunya akan menyiksamu, kau sendiri tidak berani mengungkapkannya bukan dan itu mustahil terjadi"
    "biarlah dulu, kita tidak tahu apa yang akan terjadi"
    "oh ya kita tunggu kalau begitu, tapi aku psimis melihatmu, tingkahmu dan segala kekonyolanmu itu, kau tidak dewasa sama sekali, kau laki-laki paling payah yang aku rasa.."
    Bus terus melaju tanpa hambatan bersama galaunya hatiku, pikiran-pikiran psimis terus melayang dan berputar di otakku membuatku serasa ingin menangis tapi aku tidak mungkin menangis, disampingku si fahri sedang santai mendengarkan musik di hp nya dengan headset, tenang sekali wajahnya membuatku iri
    Beberapa saat kemudian, tibalah rombongan sekolah kami di candi prambanan, untuk pertama kalinya aku ke sana, mungkin untuk teman-temanku yang lain juga sama, dalam hati aku mengagumi bangunan batu yang bertumpuk-tumpuk menjulang tinggi dengan seni pahat yang indah itu, aku tidak menyangka bisa mengunjungi tempat  yang tadinya hanya bisa aku lihat di gambar buku sejarah, sekarang aku mengunjunginya, melihatnya langsung




    Beberapa saat menyempatkan diri berfoto bersama teman-temanku, dengan si fahri si arvan dan lainnya, tetapi mata dan fikiranku tidak sejalan dengan apa yang aku lakukan,diam-diam aku mengawasi dimanakah gerangan  si dia berada? Maukah dia berjlan bersamaku, kapankah janjinya untuk foto bersama? Ketika aku melihatnya, ku  mencoba untuk sedikit mendekatinya dengan harapan dia bisa melihatku dan teringat akan janjinya, tapi sayang nya dia bersama teman-temannya yang lain seperti yang kubilang dia tidak pernah sendirian, ketika dia melihatkupun terlihat acuh-acuh saja membuatku sangat kecewa, kucoba menyadari diriku ini siapa, aku bukan siapa-siapa baginya, lalu dengan berat hati aku bergabung lagi dengan teman-temanku yang lain, kan kucoba untuk menikmati saat-saat itu, kupaksakan tersenyum bersama, mencoba terlihat bahagia seperti yang lainnya, dia hanya menganggapku sebagai teman dan bukan pula teman dekat nya.
    "kau lihatkan baginya kau hanya sebagai pelawak di kelas, kau hanya dianggapnya sebagai penghibur yang konyol, lihatlah dirimu! Kau tidak akan pernah mendapatkakn cintanya"  kembali bisikan hati memojokan ku
    "ya kusesali kenapa diriku seperti ini"
    "jadi sekarang kita jauhi dia, jauhi dia walau secara tidak langsung dia adalah duri yang terbuat dari emas, selalu menusuk - nusuk hati, walau terbuat dari emas tapi yang namanya duri tetaplah duri"
    "tidak! aku tidak akan menjauhi nya karena alasan yang tidak jelas seperti itu, biarlah karena tidak ada yang salah sesungguhnya dengan semua ini, ini semua kehendak Allah swt, ini jalan hidupku, biarlah aku mencintainya walau dia tidak mencintaiku dan itu wajar bila terjadi..."
    Ku mencoba memanfaatkan waktu dan suasana yang ada, buat apa aku jauh-jauh kemari kalau tidak menikmatinya, kucoba tuk berbaur dengan yang lainnya, walau sedikit tapi aku lumayan senang, aku tertawa, bercanda, melihat pemandangan - pemandangan yang indah dan tak lupa saling berfoto untuk mengabadiikan kegiatan kami, hati kecilku berkata ini pengalaman ku yang pertama mengunjungi candi prambanan. Biarlah dia kulupakan sejenak karena masih ada hari esok, masih banyak tempat lain yang harus dikunjungi, puncaknya ke candai borobudur, ya disana masa aku tidak dapat fotonya, walau bagaimanapn aku harus medapatkannya, aku tidak boleh melewatkan kesempatannya, yang terjadi sekarang biarkan saja, lupakan saja dan tidak ada gunanya membencinya, ini baru hari pertama siapa tahu dia nanti berubah.
    2 hari telah berlalu waktu berjalan dengan cepatnya, stlh mengunjungi beberapa tempat bersejarah akhirnya kami semua istirahat di hotel, aku sekamar dengan teman - teman baikku, sebelum tidur aku kelayaban dulu mencari kamar dia aku ingin berbagi cerita dengannya, sampai akhirnya ku temukan ternyata tidak jauh dari kamarku, waktu itu aku sempat bahagia dan seperti menemukan harapan baru karena sikap dia tidak sedingin sebelum-sebelumnya, besok nya adalah mengunjungi UGM dan terakhir candi borobudur, mudah-mudahan disana ada kesempatan bisikku dalam hati.
    Esoknya hari sangat cerah, kami mengunjungi beberapa tempat seperti yang di jadwalkan dalam buku panduan, seperti biasa pula aku duduk di dalam bus dengan perasaan bosan, malam tadi di hotel ada sedikit mengesankan hatiku, karena aku masih bisa tertawa bersama dengannya juga aku menikmati tidur malam itu karena bermalam di bus aku tidak pernah bisa tidur paling hanya beberapa menit saja terlelap, tentu saja aku masih mengantuk.
    Ketika kami akan segera sampai di tempat tujuan terakhir kami, hatiku harap-harap cemas, adakh kesempatan yang selalu kunantikan selama perjalanan ini atau acuhkah nanti dia thdpku spt biasanya?, aku takut perjalanan ini sia-sia tanpa kenang-kenangan yang berarti, pengalaman yaitu pengalaman aku pernah bersamanya di candi borobudur atau tempat mana saja kemudian rasa psimis mulai hadir, katanya aku tidak akan berani untuk meminta dia berfoto denganku.
    Kamipun tiba di tempat tujuan dengan selamat pada sore hari, suasana begitu ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun luar negeri, kulihat banyak turis-turis asing yang sedang dipandu oleh guide setempat, lokasi candi borobudur berada di atas bukit, terlihat gagah walaupun usinya sudah 1400 tahun kebih, aku sendiri sungguh tidak menyangka bisa mengunjungi tempat itu tidak pernah sekalipun terpikir dalam benakku sebelumnya karena aku orang yang tidak mampu, aku tidak terbiasa berlibur ke tempa-tempat yang jauh, tetapi di balik rasa senang ku ku rasa ada sesuatu yang kurang selalu kurang, aku seperti tidak merasakan sesuatu yang istimewa sudah tentu karena dia, karena aku ingin mengukir kenangan indah itu dengannya.
    Ini adalah kunjungan terakhir sesudah ini kami akan langsung pulang, waktu yang diberkan pun tidak banyak hanya 60 menit saja.




    Aku berjalan bersama teman-temanku yang lain, kebanyakan dari mereka membawa kamera digital, sesekali sebelum sampai ke atas candi mereka mengambil gambar dari berbagai sudut, dan aku sesekali menoleh ke kanan ke kiri ke belakang dan ke depan ketika menaiki tangga, 
    'ah, dimana dia sekarang ' gumamku
    Sesampainya diatas, aku masih menunggu dia mataku terus mengawasi setiap orang yang datang, aku ingin dia bersamaku manaiki tangga candi itu, bercerita  dan mengagumi bersama, mengambil pemandangan, mengukir sebuah kenangan yang buatku tak kan terlupakan, moment itu akan menjadi saat-saat terindah seandainya keinginanku terlaksana, tapi ternyata seseorang yang kutunggu-tunggu tak pernah datang, kekecewaanku pada dia mulai terasa ada sedkit rasa marah di hati. Tanpa disadari ternyata teman-temanku sudah sampai diatas, terdengar mereka berteriak-teriak memanggilku, ternyata dari tadi aku hanya terdiam mematung saja, aku sadar kemudian segera menyusul teman-temnku dengan berat hati tanpa ada sesorang yang kutunggu - tunggu, tapi seandainya dia ada juga pasti bersama teman-temannya, aku pasti tidak akn berani mengambilnya dari mereka
    Yah, terima saja apa yang terjadi, mudah-mudahan nanti bertemu di atas, aku mencoba meyakinkan diri,
    Untuk beberapa saat aku berbaur dengan teman-temanku, saling berfoto dg siapa saja asalkan teman satu sekolah, aku mencoba menceriakan hatiku, stlh puas tertawa -tawa dan mencoba berbagai pose di depan kamera kemudian aku mencari dia, waktuku sudah hampir habis ku kelilingi candi yang lumayan luas, kucari andai saja aku menemukannya aku bertekad untuk memberanikan diri mengajaknya untuk foto bersama bagaimanapun setelah ini kami akan pulang
    Aku berlari-lari mengitari sekitar candi, mataku terus mengawasi dalam kerumunan orang-orang yang sedang mnikmati wisatanya, hatiku terus berdebar-debar yang kucari-cari tidak tampak batang hidungnya, aku terus mencari sampai waktu habis, kemanakah dia? Apakah dia sudah turun duluan? Atau dia tidak pernah naik?
    Waktu habis oh waktu habis dan....
    "sial sial, brengsek!!!" umpatku dengan keras ketika ku dengar pemandu mengatakan waktu telah habis dan kami harus segera turun.
    "menyedihkan sekali keadaanku ini"
    "hahahaha hanya ingin berfoto dengannya saja kau tidak bisa apalagi mendapatkan cintanya hahaha dasar looser" hatiku sendiri menertawakan ku
    "aku benci dirinya, aku beci diriku, aku benci semuanya"
    "dia itu memang brengsek!"
    "diam kau!! Aku yang brengsek bukan dia, dia hanya tidak tahu perasaanku"
    "sudah ku katakan menyerahlah, kalau berani nyatakan kalau tidak maka jangan pernah berharap"
    "ya aku memang looser" akhirnya aku mengakui dengan sadar
    Kemudain aku turun dari candi bersama teman-temanku dengan perasaan sangat kecewa, sungguh jauh rasanya apa yang aku harapkan dalam perjalanan ini, terasa sia-sia belaka tanpa ada kenangan yang berarti, duniaku serasa sempit
    Dia tidak tahu betapa aku mencintainya
    Aku selalu pura-pura tidak mencintainya
    Aku hancur
    Aku kecewa
    Aku iri kepada orang-orang
    Andai aku seperti mereka, seperti teman-temanku yang hidup beruntung di dunia ini, mungkin aku  tidak akan menderita seperti ini, selalu mengharapkan sesuatu yang pada akhirnya harus menyerah pada keadaan, untuk mendapatkan fotonya saja aku tidak bisa, aku tidak berani aku tidak percaya diri dan segala macam rasa psimis, aku iri dengan teman-temanku, mereka begitu menikmati masa remajanya tidak seperti diriku yang terampas, aku juga manusia mempunyai keinginan dan perasaan yang sama
    Ketika mereka berbicara tentang pacar aku diam, ketika mereka membahas tentang cinta aku menjauh
    Ketika mereka memperbincangkan segala permainan dan olah raga, aku hanya mendengarkan dengan perasaan iri bergejolak di hati tragis nya aku bilang tersisihkan dari pergaulan seusiaku,
    Aku selalu diliputi rasa iri
    Aku marah karena hasrat dan cinta terpendam
    Aku ingin dihormati, diakui keberadaannya
    Terkadang pula hati ku berkata
    "jadilah diri sendiri, segala sesuatu itu mempunyai kurang dan lebih, syukurilah apa yang ada padaku, di dunia ini masih banyak yang seperti aku maka aku tidak sendiri"
    Mungkin aku belum bisa menerima itu karena hati masih diliputi rasa iri
    Dan aku jatuh cinta.



    Acara BPL 25 february 2009
    Ditulis 30 maret 2009
    Ruslan AJ







Continue reading →

Labels