Ketika
sepeda motor ku berhenti di depan rumah yuli, kulihat dari jendela seseorang
berlari ke kamar, dan aku tahu itu pasti dia, pasti dia terkejut dan tidak mau bertemu denganku
yang secara tiba-tiba itu tanpa memberi tahu, apalagi sedang musuhan seperti
sekarang ini, jantungku berdebar ketika berdiri di ambang pintu masuk.... Ini
saat nya saat yang aku tunggu-tunggu, aku harus menyatakan nya sekarang
daripada dibiarkan berlarut-larut dan daripada aku terus-terusan sakit hati,
Kutekadkan
niatku untuk mengakhirinya,
pintunya
terbuka dan terlihat tidak ada orang di ruangan, aku sedikit tersenyum ketika
melihat kamar tidur yuli yang di tutup rapat, aku tau dia ada di dlm, aku juga
jadi sedikit ragu, akan kah dia keluar dan bertemu denganku atau tetap dengan
kemarahannya dengan mengunci diri di kamar..
"permisi..."
Aku ucapkan
2 kali dan seorang anak kecil kira - kira umur 4 tahun keluar dari dapur dan
aku langsung saja menanyakan kakaknya yuli, dengan kepolosannya dia bilang
kalau yuli ada di kamarnya dan langsung saja si bocah itu menggedor-gedor pintu
sambil teriak-teriak memanggil kakaknya,
Anak itu
terus menggedor dan berteriak teriak, dasar anak kecil tapi menguntungkan
tentunya bagiku karena si yuli pasti merasa bising dan nanti keluar sendiri
tanpa perlu susah-susah aku yang memanggil manggilnya dan dijamin bila aku yang melakukan itu dia
tak kan keluar dari kamarnya.
Beberapa
saat kemudian, pintu kamarnya dibuka, yuli mendongakan kepalaya keluar dan
melihatku, rambutnya acak-acakan dibuat-buat, atau memang sudah gayanya
sekarang yang seperti orang bangun tidur belum sisir rambut,
"ada
apa?" tanya nya dingin tanpa senyum seperti biasanya
"bisa
keluar.." kataku sama dinginnya,
"mau
apa keluar?"
"ok di
dalam saja" , boleh masuk?"
Yuli tidak
menjawab, tapi dia memalingkan pandangannya ke arah kursi tamu, lalu mengangguk
pelan
"tidak
ada siapa-siapa yul?" tanyaku basa-basi sambil duduk, jantungku berpacu
tmbah cepat mengingat ini saatnya ku mengungkapkan perasanku padanya, kursi
yang kududuki serasa lebih keras dari biasanya dan aku mnghela napas
menenangkan diri
"si
mamah lagi ke pasar" jwbnya sambil mengambill air minum di dispenser,
canggung sekali suasananya dan aku kembali mengambil nafas yang dalam,
"knapa
lari ke kamar?" tanyaku langsung
saja kepalang canggung
"apa?"
"aku
tahu yuli tadi lari ke kamar ketika melihatku"
"ooh.."
yuli hanya tersenyum kecut sambil mengangguk
Aku duduk
berhadap hadapan dengan yuli, serasa tdak nyaman aku berbicara dengan cara
sepeti ini,
"bisa
duduk disini" kataku sambil menunjuk tempat duduk kosong di sampingku,
stlh dipikir pikir konyol juga permintaan itu
"ngga
ah, disini aja"
Ada jeda
beberapa saat, hening.
"nomor
ku dihapus?" tanyaku kemudian dengan tenang, aku mencoba untuk tenang dan
kalem
"engga,
hilang sendiri kayaknya"
"tidak
masuk akal yul" aku menggeleng, dia ngomong seperti anak kecil saja
"terserah
mau percaya atau tidak, tidak penting....."
Sungguh aku
ingin marah di rumahnya, tapi aku tahan
Yuli tetap
dengan ketidak acuhannya, dia hnya memainkan hp nya, sama sekali tidak
mempedulikanku yang duduk dengan tegang,
"yuli
marah..?"
"engga, marah kenapa emang, yuli biasa-biasa aja
koq.."
"yul,
kita berteman sudah lama, aku tahu yuli sedang marah atau tidak"
"sok
tahu kamu!" katanya dengan tajam
"Ngomong
nya tajam gitu masa tidak ngambek??
kenapa sok bilang nggak kenal di sms, pake
hapus nomor segala, aku tahu yuli
ngambek, kenapa menyangkal?" desak
ku
"yuli
ngomong githu di sms karena yuli emang tidak tahu itu nomor siapa"
"knp
nomor ku dihapus kalau gitu?" kalau tidak marah kenapa harus hapus nomor
segala?" lanjutku
"aku
udah bilang kan tadi, aku nggak hapus tapi..
"tapi
nomornya hilang sendiri gitu?" potongku dengan jengkel
"mungkin....."
irihnya pelan
Hening
kembali,
Aku serasa
kehabisan kata-kata untuk menghadapi kekerasan hatinya, suasana nya jadi begitu canggung
dan menegangkan, sial tidak seperti di sekenario ku
sebelumnya, salah sendri juga sih datang - datang langsung main gertak aja.
Kemarin sore
memang aku salah sama yuli, Kta temn ku,
yuli cemburu karena aku jalan bareng
dengan seorang cewek, waktu itu aku masih marah pada nya jadi ketika dia
memanggilku aku diam saja acuh tak acuh dan hanya menatapnya seolah aku tidak
kenal, mungkin dia marah karena seolah aku acuhkan, atau seperti kta temanku
kalau yuli cemburu karena aku jalan bareng dengan seorang cewek yang memang
sedang aku dekati, lalu yang jadi pertanyaan nya kenpa dia cemburu, apa yang
membuatnya bisa cemburu, bukan kah seperti kata nya dulu aku dan dia hanya
berteman biasa saja, yuli tidak mencintaiku, itu dkatakannya sendiri juga itu
yng aku rasakan sewaktu jadian dulu,
(bersambung)
Tindakan yuli memang logis. Adakalanya penulis juga harus menyadari saat akan bertanya "kenapa yuli harus cemburu?", saya ingin bertanya. Mau ngapain penulis ke rumah yuli. Apakah mau benerin genteng bocor di rumah yuli, atau mau test kelingking, atau jangan-jangan mau ngambil dispenser yang digadaikan ke yuli tempo hari. Entahlah, mungkin hanya penulis dan tuhan yang tahu.
Cerita nya kan belum selesai di judulnya tertuluis PART 1 Artinya bagian pertama dan akan ada kelanjutan selanjutnya. ok