Yuliani (Bagian 1)

2 komentar



Ketika sepeda motor ku berhenti di depan rumah yuli, kulihat dari jendela seseorang berlari ke kamar, dan aku tahu itu pasti dia, pasti  dia terkejut dan tidak mau bertemu denganku yang secara tiba-tiba itu tanpa memberi tahu, apalagi sedang musuhan seperti sekarang ini, jantungku berdebar ketika berdiri di ambang pintu masuk.... Ini saat nya saat yang aku tunggu-tunggu, aku harus menyatakan nya sekarang daripada dibiarkan berlarut-larut dan daripada aku terus-terusan sakit hati,
Kutekadkan niatku untuk mengakhirinya,
pintunya terbuka dan terlihat tidak ada orang di ruangan, aku sedikit tersenyum ketika melihat kamar tidur yuli yang di tutup rapat, aku tau dia ada di dlm, aku juga jadi sedikit ragu, akan kah dia keluar dan bertemu denganku atau tetap dengan kemarahannya dengan mengunci diri di kamar..
"permisi..."
Aku ucapkan 2 kali dan seorang anak kecil kira - kira umur 4 tahun keluar dari dapur dan aku langsung saja menanyakan kakaknya yuli, dengan kepolosannya dia bilang kalau yuli ada di kamarnya dan langsung saja si bocah itu menggedor-gedor pintu sambil teriak-teriak memanggil kakaknya, 
Anak itu terus menggedor dan berteriak teriak, dasar anak kecil tapi menguntungkan tentunya bagiku karena si yuli pasti merasa bising dan nanti keluar sendiri tanpa perlu susah-susah aku yang memanggil manggilnya  dan dijamin bila aku yang melakukan itu dia tak kan keluar dari kamarnya.

Beberapa saat kemudian, pintu kamarnya dibuka, yuli mendongakan kepalaya keluar dan melihatku, rambutnya acak-acakan dibuat-buat, atau memang sudah gayanya sekarang yang seperti orang bangun tidur belum sisir rambut,

"ada apa?" tanya nya dingin tanpa senyum seperti biasanya
"bisa keluar.." kataku sama dinginnya,
"mau apa keluar?"
"ok di dalam saja" , boleh masuk?"
Yuli tidak menjawab, tapi dia memalingkan pandangannya ke arah kursi tamu, lalu mengangguk pelan
"tidak ada siapa-siapa yul?" tanyaku basa-basi sambil duduk, jantungku berpacu tmbah cepat mengingat ini saatnya ku mengungkapkan perasanku padanya, kursi yang kududuki serasa lebih keras dari biasanya dan aku mnghela napas menenangkan diri
"si mamah lagi ke pasar" jwbnya sambil mengambill air minum di dispenser, canggung sekali suasananya dan aku kembali mengambil nafas yang dalam,
"knapa lari ke kamar?"  tanyaku langsung saja kepalang canggung
"apa?"
"aku tahu yuli tadi lari ke kamar ketika melihatku" 
"ooh.." yuli hanya tersenyum kecut sambil mengangguk
Aku duduk berhadap hadapan dengan yuli, serasa tdak nyaman aku berbicara dengan cara sepeti ini,
"bisa duduk disini" kataku sambil menunjuk tempat duduk kosong di sampingku, stlh dipikir pikir konyol juga permintaan itu
"ngga ah, disini aja"

Ada jeda beberapa saat, hening.
"nomor ku dihapus?" tanyaku kemudian dengan tenang, aku mencoba untuk tenang dan kalem
"engga, hilang sendiri kayaknya"
"tidak masuk akal yul" aku menggeleng, dia ngomong seperti anak kecil saja
"terserah mau percaya atau tidak, tidak penting....."
Sungguh aku ingin marah di rumahnya, tapi aku tahan
Yuli tetap dengan ketidak acuhannya, dia hnya memainkan hp nya, sama sekali tidak mempedulikanku yang duduk dengan tegang,
"yuli marah..?"
"engga,  marah kenapa emang, yuli biasa-biasa aja koq.."
"yul, kita berteman sudah lama, aku tahu yuli sedang marah atau tidak"
"sok tahu kamu!" katanya dengan tajam
"Ngomong nya tajam gitu masa tidak ngambek??
 kenapa sok bilang nggak kenal di sms, pake hapus nomor segala,  aku tahu yuli ngambek, kenapa menyangkal?"  desak ku
"yuli ngomong githu di sms karena yuli emang tidak tahu itu nomor siapa"
"knp nomor ku dihapus kalau gitu?" kalau tidak marah kenapa harus hapus nomor segala?" lanjutku
"aku udah bilang kan tadi, aku nggak hapus tapi..
"tapi nomornya hilang sendiri gitu?" potongku dengan jengkel
"mungkin....." irihnya pelan
Hening kembali,
Aku serasa kehabisan kata-kata untuk menghadapi kekerasan hatinya,  suasana nya jadi begitu canggung 
 dan menegangkan,  sial tidak seperti di sekenario ku sebelumnya, salah sendri juga sih datang - datang langsung main gertak aja.
Kemarin sore memang aku salah sama yuli,  Kta temn ku, yuli cemburu  karena aku jalan bareng dengan seorang cewek, waktu itu aku masih marah pada nya jadi ketika dia memanggilku aku diam saja acuh tak acuh dan hanya menatapnya seolah aku tidak kenal, mungkin dia marah karena seolah aku acuhkan, atau seperti kta temanku kalau yuli cemburu karena aku jalan bareng dengan seorang cewek yang memang sedang aku dekati, lalu yang jadi pertanyaan nya kenpa dia cemburu, apa yang membuatnya bisa cemburu, bukan kah seperti kata nya dulu aku dan dia hanya berteman biasa saja, yuli tidak mencintaiku, itu dkatakannya sendiri juga itu yng aku rasakan sewaktu jadian dulu,

(bersambung)



2 Responses so far

  1. Tindakan yuli memang logis. Adakalanya penulis juga harus menyadari saat akan bertanya "kenapa yuli harus cemburu?", saya ingin bertanya. Mau ngapain penulis ke rumah yuli. Apakah mau benerin genteng bocor di rumah yuli, atau mau test kelingking, atau jangan-jangan mau ngambil dispenser yang digadaikan ke yuli tempo hari. Entahlah, mungkin hanya penulis dan tuhan yang tahu.

  2. Unknown says:

    Cerita nya kan belum selesai di judulnya tertuluis PART 1 Artinya bagian pertama dan akan ada kelanjutan selanjutnya. ok

Leave a Reply

Labels