"Kau merasa
dibutuhkan" kta teman baik ku lewat mulut temanku yang lain
Mungkin aku memang seperti itu
kalau dilihat dari sepihak saja, dan sedikit ada benarnya....
Dia mungkin kecewa dan marah
padaku karena uang yang diharapkannya tidak jadi ditangannya, dia mungkin tidak
suka karena selalu saja dia yang datang ke rumahku walau aku yang sedang
membutuhkannya, kalau ada apa-apa aku selalu dijemput dan pulang diantarkan
olehnya, lambat laun mungkin dia bosan seperti itu lalu kemudian soal bisnis,
karena kami suka motor, dia sendiri sudah mempunyainya, suatu hari dia
menawarkan padaku sebuah sepeda motor kenalannya yang akan dijual, dia berniat
mengambil keuntungan dari bisnis jual beli motor itu sebagai perantara antara
aku dan kenalannya itu, hampir setiap hari dia menanyakan kapan dan
kesanggupanku itu, pertama ku bilang iya karena kakaku bilang akan meminjamiku
uang untuk membeli motor, tapi uang itu tidak pernah ada berminggu-minggu aku
tunggu dan nyatanya memang kakakku tidak punya uang itu, sedang temanku terus
saja menanyakan nya , sampai suatu hari aku bertemu dengannya katanya gimana
mau atau tidak, karena aku pusing dan bosan karena pertanyaan itu, kubilang
saja aku sudah dibelikan motor oleh kakakku lalu sejak itu dia mungkin kecewa
denganku, dan disisi lain aku kecewa dengan kakakku walau keadaanya aku
mengerti tetap saja aku merasa kecewa berat,,
Mungkin aku kurang bisa
menghargai temanku itu....
Tapi aku akan membela diri,
seharusnya dia mengerti keadaanku sebagai teman baiknya, andai dia bosan karena
aku selalu memintai pertolongan darinya, seandainya dia bosan karena selalu dia
yang main ke rumahku, itu wajar saja bila penilaian itu hanya di pihaknya saja
tanpa melihat keadaanku, seandainya aku mempunyai motor dia tak perlu
terus-terusan datang ke rumahku karena aku dengan leluasa bisa main ke rumahnya
atau kemana saja karena aku punya sepeda motor, sedang kenyataannya aku
tidak mempunyai itu, karena jelas aku tidak mampu dan tidak ada yang mampu
membelikannya, kedua. Seandainya dia kecewa karena bisnisnya tidak jadi dan dia
terus-terusan menanyaiku kapan sedang aku sendiri tidak sekalipun tampak seperti
orng yang sangat menginginkannya atau tampak dingin-dingin saja, itu karena
uang nya itu tidak ada, kakakku tidak bisa diandalkan, sebenarnya dia tidak
punya uang itu, seandainya uang itu ada, dia tidak perlu terus-terusan
menanyaiku kapan, jadi atau enggak, mau atau tidak dsb, dia tidak perlu
melakukan itu karena aku langsung datang padanya dan mencairkan bisnis itu lalu
dia dapat komisi dariku, kalau uangnya memang ada. Aku tampak dingin-dingin
saja bukan semata aku tidak menghiraukannya tapi karena kebingungan uangnya
belum ada, aku tidak mau memberikan kepastian palsu dengan mengatakan iya
takutnya tidak jadi dan memang tidak jadi akhirnya, bukan aku merasa dibutuhkan
olehnya,,
Yang terakhir ketika kekecewaan
nya memuncak, ketika ku katakan aku sudah membeli motor, mungkin dia merasa aku
tidak menghargainya, jujur mungkin aku memang kurang bisa mengahargainya dengan
mengatakan seperti itu, tapi waktu itu aku sedang pusing karena terus ditanyai
sedang aku sendiri tidak tahu dan merasa risih juga tertekan juga kecewa dengan
kakakku karena uang yang dijanjikan tidak pernah ada, bila dia teman yang
memahami nya dia tak perlu menjauhiku sekarang, tapi tak perlu menyalahkan
siapa-siapa tentunya...............
Aku maklum dengan kekecewaanya
Aku sadar akan keadaanku...dan
aku minta maaf padanya karena kekuranganku.
Ruslan a j