Gemericik
air sungai di malam hari, disinari rembulan dan bintang-bintang yang putih
menghangatkan rasa, aku memandang langit yang bertabur bintang mencari sebuah
wajah, memang tak seharusnya aku mencari karena wajah itu telah tertanam jauh
di dalam, hanya saja aku ingin menciptkannya dalam taburan bintang yang
gemerlapan dan saling berkedip-kedip diatas sana, jauh disana padahal cahaya
itu dekat sangat dekat karena yang jauh hanyalah benda nya, cahaya itu telah
sampai di sini, sampai pada mata..
Aku
berbaring di atas loteng menghadap langit malam, berharap menemukan sesuatu di
sana, sesuatu yang tidak aku mengerti
Kemudian
aku sadar cahaya yang kulihat dari bintang-bintang itu adalah cahaya kuno,
bersinar dari sumber cahaya lalu sampai pada mataku ratusan bahkan jutaan tahun
lamanya mungkin saja bintang itu telah tiada, kita tidak tahu pasti
Tiba-tiba
aku teringat dengan perkataan dinda, sahabatku suatu hari
"di
dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan kak, hidup bersifat teratur
kehidupan berada dalam keteraturan.." ucapmu ketika kita berdua mendayung
perahu di sebuah danau tempat kita bermain
"misalnya
dinda?" tanyaku
"masih
inget nggak kejadian 3 hari yang lalu?" kau balik bertanya
Seketika
aku teringat ketika aku kena ludah orang dari sebuah bis saat mengendarai motor
"hmm,
waktu kakak diludahi itu?"
Lalu
kau mengangguk
"pernah
nggak kakak berpikir kenapa nggak orang yang di depan atau yang dibelakang
kakak yang kena ludah orang itu, mungkin kakak pikir itu kebetulan semata, ya
kan?"
Aku
mengangguk
"yang
harus kakak tahu, semua detil kejadian yang terjadi pada kita merupakan
gambaran dari apa yang pernah kita lakukan sebelumnya.." lanjutmu
"berarti
bisa disebut karma? Tanyaku
"sebab
akibat jelasnya, coba kakak ingat-ingat pernahkah kakak meludahi orang secara
sengaja atau tidak sengaja?"
"hmm,
nggak ingat sich.." gumamku, beberapa detik kemudian aku mengingat pernah
melemparkan kantong minuman yang isinya lumayan banyak dan jatuh tepat di depan
kaca sebuah mobil sedan, aku waktu itu sedang naik angkot
"kejadiannya
tidak selalu harus persis sama kak" terangmu melihat aku berpikir.
Selajutnya
aku setuju dengan ucapanmu saat itu
Dan
dimalam ini aku dibuat sadar oleh cahaya bintang-bintang itu, kejadian hari ini
mungkin adalah hasil dari apa yang aku perbuat hari-hari sebelumnya, bisa acak
bisa juga tidak
Kemudian
hadir wajah-wajah wanita yang pernah mengisi hati dan mewarnai hari hariku atas
nama cinta dan sayang, kulihat mereka semua tersenyum padaku tapi di saat yang
berlainan mereka berubah masam serta memori detil kejadian masing - masing
terekam jelas dalam benakku
Sekarang,
ya aku disakiti seorang wanita karena dulu aku menyakiti seorang wanita meski
sadar tetap aku menyayangkan kepergian wajah yang terakhir yang tampak dalam
taburan bintang-bintang itu, karena betapa aku menyayanginya tapi tidak ada
jalan lain selain menerima semuanya karena itu yang terbaik
Penerimaan
berarti sadar bahwa tak perlu ada yang di sesali lagi, penerimaan berarti
memaafkan masa lalu dan berdamai dengannya, dengan kita berdamai kita tidak
akan mengulangi lagi kejadian yang sama kembali, hukum sebab akibat berlaku
pabila kita tidak berdamai dengan masa lalu
Ah,
ya aku tersadar akan hal itu, bintang- bintang yang kutatap menjadi lebih
terang dalam penglihatanku mereka seperti saling terhubung satu sama lain dan
menjadi sebuah bentuk wajah yang tersenyum, sinarnya memberiku sebuah
pencerahan dan seakan akan mereka berbisik padaku
"berdamailah
kamu, niscaya jalanmu ke depan menjadi lebih terang"
Mendengar
itu anehnya aku ingin menangis, namun air mata tak kunjung keluar, terdengar
bisikan lagi
"menangislah
jika ingin menangis, kemudian berdamailah dengan air matamu.. Maafkanlah
kesalahan yang pernah kau lakukan, pilihlah hari baru yang lebih baik dan lebih
bijaksana"
Tak
lama kemudian aku tertidur sampai fajar menyingsing dan terbangun dengan
perasaan yang lebih damai, kutemukan sebuah pencerahan dari sinar bintang di
malam hari, hati yang gundah sebelumnya kemudian menjadi indah. Terima kasih
dinda terima kasih bintang.