Apa Itu Cinta??

0 komentar



"kak, apa itu cinta?" tanyamu setelah kita lama terdiam oleh suara dedaunan pohon mangga yang terkena tetesan air hujan dan tertiup angin malam, udara malam ini begitu dingin, hujan sejak pagi tidak berhenti pula membuatku terpenjara di sini di rumahmu, padahal biasanya sehabis maghrib aku sudah pulang
Aku menatapmu dan tersenyum
"menurut dinda? Aku balik tanya
"yey malah nanya, jawab dulu donk" katamu cemberut, dan aku suka melihatnya
"haha ok, nanti dijawab tapi kenapa nanya itu, semua orang juga tahu"
"kata siapa?"
"aku yang bilang barusan" jawabku
Dan kau jadi cemberut, sekali lagi aku suka melihatnya haha…
"ok sayang sebentar aku minum dulu" ujarku sambil mengambil gelas yang berisi jus jeruk di depanku, disana terdapat pula bermacam kue yang di suguhkan ibu mu

Kita duduk di teras depan rumah, keluarga mu asik nonton tv di dalam dan kita duduk berdua di luar sambil melihat lalu lalang kendaraan, rumahmu menghadap jalan raya hanya dibatasi pagar pendek dan sebuah pohon mangga yang pendek sehingga aktivitas di jalanan terlihat jelas, aku suka berada di sini, aku suka melihat pergerakan benda yang bergerak dan aku tidak suka melihat sesuatu yang diam, sesuatu yang diam tidak membuatku nyaman tidak membuatku merasa hidup makanya aku lebih suka disini daripada di ruang tamu, keluargamu memang sudah mempersilahkanku masuk dan sedikit memaksa agar aku di dalam saja kata mereka cuaca di luar dingin, aku mengerti tapi aku suka berada di sini melihat pergerakan..

"apa cinta punya batas waktu??, hari hari ini dinda sering membayangkan apakah dinda masih mencintai kakak suatu saat nanti jika kita ditakdirkan bersama dan hidup berumah tangga" tanyamu, kau menatap kosong ke depan
Aku tertegun mendengarnya, dan kutaruh kembali gelas yang kugenggam
"dinda memikirkan itu?" tanyaku menatapmu
"dinda melihat ada orang saling mencintai, kemudian saling membenci, lalu apakah cinta itu?" lanjutmu seperti tidak bertanya kepadaku
"hmm, bukankah sudah jelas dinda, apa yang perlu di bahas dari masalah ini?"
Kau menggeleng pelan lalu menatapku, dan kulihat di sana sesuatu yang tersembunyi, aku tidak bisa mendefinisikan arti tatapanmu padaku, yang ku tahu aku bingung
"tidak ada, kakak tidak akan mengerti"
"haha.. Dinda ini kenapa?" tanyaku tidak mengerti "baiklah aku akan katakan apa yang aku tahu tentang cinta" lanjutku
Kaupun tersenyum

"begini, jika dinda mendengar kata cinta apa yang dinda pikirkan pertama kali?"
"hmm.. Berhubungan.." jawabmu
"selain itu?" lanjutku
"menikah" jawabmu lagi

"nah aku dapatkan jawaban versi dinda, cinta berarti hubungan yang berujung pernikahan, lalu apakah orang orang yang menikah saling mencintai? Katakanlah saling mencintai dulu, tapi kenapa banyak yang selingkuh? Kita lihat di luar sana, kita lihat gaya hidup selebritis sekarang ini dan jangan jauh jauh lihatlah di sekeliling kita, dinda akan menemukannya"

"menemukan apa?" potongmu
"kenyataan, orang yang mengaku saling mencintaipun bisa berhianat satu sama lain, jadi cinta bukan soal berhubungan"
Kau mengganti gaya dudukmu dan tampaknya kau serius mendengarku padahal aku kurang yakin dengan yang kukatakan sebenarnya
"jadi cinta yang sebenarnya sangat dalam maknanya bukan soal cinta adalah hubungan dua insan yang saling peduli dan menjalin ikatan pernikahan.." sampai disini aku jadi bingung dengan yang kukatakan dan aku mencari kata-kata yang pas dan tepat sesuai versi yang kutahu tentang cinta
Kau tampak menunggu kelanjutanku
"hmm.. Jelasnya yang berkaitan dengan menjalin hubungan itu bukan cinta tapi ego rasa ingin memliki" lanjutku
"jadi hubungan kita ini bukan cinta?' tanyamu agak dingin
"aku masih memiliki ego itu dan aku menginginkan serta membutuhkannya, jadi aku ingin memiliki dinda, aku ingin kita menjalin hubungan atas nama cinta" jawabku meyakinkanmu
"kakak belum mengatakan apa itu cinta" katamu kemudian
"memang dan ini… sesuatu yang agak rumit dimengerti namun pada akhirnya kita kembali ke kesimpulan awal yang lebih masuk akal"
Kau mengernyitkan dahi
"kakak ngomong apa sich?" tanyamu
Lalu terdengar suara langkah kaki dari dalam rumah menuju ke luar, sesaat kemudian tampak bu ratih ibumu membawa 2 mangkuk bubur kacang ijo yang masih tampak asapnya. Berarti masih panas sungguh pas dengan udara dingin seperti malam ini,
"ni makan dulu, enak" kata ibumu sambil meletakannya di meja kecil depanku
"ah ibu nggak usah repot repot" kataku basa basi sambil senyum senyum
"ah kamu ini, makan aja lah" balas ibumu gemas dan menepuk pundaku
"dingin disini kenapa nggak di dalem aja padahal "
"enakan di sini seger, nggak papa koq" jelasku, "dinda juga suka di luar" aku menatap dinda
"nggak papa mah disini aja" ujarmu
"yaudah ibu masuk dulu yah, tuh dimakan mumpung masih anget" kemudian ibu mu ke dalam lagi
"mmh makan dulu yuk enak ni" ajak mu seraya mengambil mangkuknya, dan tentu saja tak akan aku tolak
Bubur kacang ijo buatan ibumu sungguh enak, mungkin juga karena suasananya yang pas atau memang enak aja bubur nya, yang jelas tubuhku jadi serasa hangat
Keluarga mu sangat baik padaku, terlebih ibu mu begitu perhatian padaku meski hal ini menjadi sedikit beban karena ada tuntutan untuk tidak mengecewakan kamu putri satu satu nya, memang tak ada niat untuk memepermainkanmu dinda tak pernah sekalipun terlintas dalam benakku melakukan itu tapi siapa sangka jika ada hal yang tak diinginkan terjadi, kita manusia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, seperti pepatah bilang kita hanya berencana dan tuhanlah yang menentukan, dan ya aku berencana menikahimu selanjutnya membahagiakanmu, itu rencana ku itu keinginan terbesarku..

"sampai mana tadi?" tanya mu kemudian sambil menguyah

Dan dari tadi kuperhatikan gerak mulutmu, cara kamu mengunyah dan menelan tiba tiba ada rasa senang melihatnya, tiba tiba ada keinginan kuat dalam diriku untuk memberi mu makan dari hasil kerjaku dan uangku, aku suka melihatmu makan dan aku janji bila nanti kita hidup bersama dalam rumah tangga aku tidak akan membiarkan mulutmu berhenti mengunyah makanan, bukan dalam artian yang sebenarnya pastinya haha..

"mmh.. Cinta seperti bubur kacang ijo ini" jawabku
Kau tersenyum menanggapinya
"bubur ini memberi kehangatan di malam yang dingin ini, dan bubur ini tidak menuntut balasan apa-apa, cinta adalah tentang memberi, memberikan kasih sayang, perlindungan dan memberikan ketulusan"
"hakikat cinta adalah kehidupan, karena cinta dari ayah bunda kita, maka kitapun ada namun cinta bukan kehidupan jika tak saling memiliki" lanjutku
"katanya cinta tidak harus saling memiliki?' tanyamu
"benar, karena pada dasarnya cinta adalah tentang memberi, tapi jika tidak ada timbal balik maka cinta hanya sebatas cinta, tidak menghasilkan apa-apa"
"dan ingat dinda kita ini manusia bukan matahari yang hanya memberi, banyak orang yang mengumpamakan cinta seperti sinar matahari kita ini makhluk hidup yang membutuhkan satu sama lain, kata kata itu hanya sebagai pengobat hati bagi yang cintanya bertepuk sebelah tangan atau orang orang yang sok sok an bijak" lanjutku dengan serius
Lalu kaupun tersenyum
"jadi cinta seperti apa yang kakak berikan untuk dinda?"  tanyamu menggodaku
"cinta yang artinya kehidupan"
"alasannya?
"karena kakak mencintai dan memiliki dinda" jawabku singkat
Dan kau mencubitku dengan pelan, lalu ku tarik tanganmu dan kucium dan kau hanya tersenyum membiarkan tanganmu dalam genggamanku
"eh balik lagi ke pembahasan tadi,  kakak bilang orang yang mengaku saling mencintai pun bisa saling menghianati, jadi cinta seperti apa yang tidak akan saling menghianati"
"dinda, dalam hidup ini hitam dan putih akan selalu ada, tidak ada yang abadi di dunia ini dan tidak pula ada yang sempurna, jika dinda ingin tahu jawabannya adalah tidak ada dan yang mungkin bisa kakak jawab adalah cinta yang saling menghianati adalah cinta yang berasalan sedangkan cinta yang tidak akan saling menghianati adalah cinta yang tak beralasan"
"maksudnya gimana? Tanyamu
"dinda pasti mengerti maksud kakak, tapi oke lah kakak jelaskan misal dinda mencintai seseorang karena ketampanannya, kemudian suatu hari ada lelaki yang lebih tampan datang ke kehidupan dinda, sudah pasti dinda akan meninggalkan si lelaki yang sebelumnya dinda cintai, dan dinda seandainyapun dinda memiliki seorang pacar yang super  tampan sekalipun tapi ketahuilah kita ini memiliki batas rasa, kita memiliki rasa yang dinamakan bosan, seperti yang dinda tanyakan diawal tadi apakah cinta memiliki batas waktu kakak bilang bisa ya bisa juga tidak itu tergantung"
"tergantung dari apa?"
"tergantung dari jenis cinta nya, kalau cintanya bersyarat pasti memiliki batas waktu karena tak ada yang abadi, yang abadi hanyalah tuhan" jawabku

Kaupun mengangguk sambil merenungi kata kata ku
"apa alasan kakak mencitai dinda?" tanyamu kemudian, tentu mengujiku lagi dan aku tersenyum

Kemudian kukatakan padamu bahwa aku menuruti apa kata hati, hatiku tertuju padamu, hasratku ingin bersamamu, inginku menghabiskan sisa hidupku bersamamu, dan aku tidak munafik untuk mengakui aku mencintai kecantikanmu pula, dan lebih dari itu aku melihatnya lebih dari hati daripada kedua mataku, kemudian di malam itu kau rebahkan tubuhmu di pelukanku dalam dinginnya malam, kau tidak risih lagi dilihat orang-orang yang lalu lalang di depan rumahmu akupun semakin tidak peduli, karena apa peduli mereka sebenarnya kalau bukan memaksakan sesuatu yang mereka anggap benar, kenyataan nya tidak ada benar dan salah yang ada hanyalah persepsi masing-masing yang ingin dianggap benar

Malam ini aku pulang larut malam dengan sebuah janji...









Leave a Reply

Labels