Kereta
Commuter line berguncang ke kiri ke kanan, tangan-tangan orang yg berdiri bergantungan
meraih handle agar tidak terjatuh, begitupun dengan ku, di dalam kereta yang
panjang tampak putih penuh sesak dengan
orang-orang entah mereka mau kemana, bukan ururusanku pula harus tahu mereka
mau kemana. Kebanyakan dari mereka saling diam dengan pikirannya masing-masing,
mungkin saling menilai satu sama lain dalam kediaman atau hanya melihat tanpa
berpikir, dari kaca jendela terlihat tetesan air hujan membasahi luar. Hujan
turun dengan perlahan.
Di
dalam tas yang ku gendong ada 4 buah foto yang baru saja diambil dari pihak
penyelenggara wisuda, ya aku baru saja diwisuda dan mendapatkan gelar sarjana,
rasanya tas ini begitu berat karena ada sebuah beban di dalamnya, ada sebuah pertanggung jawaban
yang harus dibawa. Akan jadi apa aku setelah ini? Hanya sedikit gambaran dalam
kepalaku, selebihnya aku tidak tahu lalu aku terpikirkan tentang sebuah pesta
penyambutan terhadap aku yang telah lulus, jika itu memang ada dan terjadi, aku
membayangkan saja dan tersenyum beberapa
saat kemudian semua itu menjadi semakin tidak penting lagi, senyumku terhenti
dan harapan itu memudar kembali bersama keinginan terpendam tentang sebuah
keluarga. Dan bukan, ini bukan tentang keluhan ataupun kesedihan, ini hanya
tentang keinginan.
Semakin
lama penumpangpun semakin berkurang sampai aku bisa duduk di kursi yang sedari
tadi hanya di tempati para wanita, pegal rasanya kaki ini berdiri cukup lama,
aku coba bersandar dan bersantai, dan dari jendela kulihat semua benda bergerak
mundur membuat pikiranku serasa dibuat
mundur, hadirlah satu nama dalam
ingatan, Rena sebuah nama yang begitu
lekat dalam kenangan, pabila ingat nama itu ada rasa yang timbul antara
bahagia, harapan dan kecewa. Bila dipikir terlalu jauh maka semuanya terasa
rumit, aku tidak tahu salah dan benar secara pasti aku hanya tidak mau
mendebatkan hal itu.
Tapi
aku menikmatinya, menikmati Rena hadir dalam ingatanku, samar-samar kulihat dia
sedang berdiri di pojok kereta, tangan kanannya meraih handle dan tangan
kirinya menenteng sebuah tas kecil dan samar samar aku berdiri disampingnya,
bersama melihat hujan yang turun dengan perlahan, tertawa dan bercerita bersama
dan apabila kereta telah terhenti kita turun berpegangan tangan menerobos hujan
kemudian mencari tempat teduh serta berbagai ekspektasi hadir secara acak
membuatku asik sendiri hingga beberapa saat kemudian aku harus menyadarkan
diriku sendiri bahwa semua itu tidak ada, semua itu telah berlalu atau tidak
pernah terjadi sama sekali..
Aku
kembali menatap lurus ke depan, dengan fokus tak tentu karena orang - orang
berjajar di depanku, mereka saling diam, hanyut dalam dialog dalam diri yang
hanya mereka dan tuhan yang tahu.
Notifikasi dari pesan facebook berbunyi, handphone ku sedari tadi ada di genggaman
kemudian kulihat layar, pesan dari orang-orang jauh terpampang di sana.
Orang-orang yang tak pernah kujumpai selama ini namun mereka lebih dekat daripada
tetangga sendiri. Tekhnology terkadang memang aneh, ia mendekatkan orang yang
jauh dan menjauhkan orang yang dekat, tekhnologi seperti banyak hal lainnya memberikan dampak dalam
dua sisi, baik dan buruk. Semua tergantung kepada siapa yang menggunakannya tak
perlu mendebatkan hal itu.
Di
dalam kereta yang memanjang, orang-orang duduk dan berdiri menuju tujuan
masing-masing, sebagian dari mereka berangkat meninggalkan rumah dan sebagian
pulang menuju rumah, sebagian besar
mencari makan demi kelangsungan hidup yang ingin terus dijalani, semua orang
memang sama dan berbeda, terkadang aku memperhatikan seseorang, cara dia
berkedip dan berucap, cara dia berpakaian dan bersikap, semua terlihat sama dan
berbeda. Mungkin seseorang memperhatikanku, dan menilai seperti yang terkadang
kulakukan terhadap orang.
Pada
sore hari saat hujan kereta membawaku pulang membawa gambaran tentang awal dari
sebuah pencapaian..