Di Dalam Kereta (15-11-14)

1 komentar



Kereta Commuter line berguncang ke kiri ke kanan, tangan-tangan orang yg berdiri bergantungan meraih handle agar tidak terjatuh, begitupun dengan ku, di dalam kereta yang panjang  tampak putih penuh sesak dengan orang-orang entah mereka mau kemana, bukan ururusanku pula harus tahu mereka mau kemana. Kebanyakan dari mereka saling diam dengan pikirannya masing-masing, mungkin saling menilai satu sama lain dalam kediaman atau hanya melihat tanpa berpikir, dari kaca jendela terlihat tetesan air hujan membasahi luar. Hujan turun dengan perlahan.
Di dalam tas yang ku gendong ada 4 buah foto yang baru saja diambil dari pihak penyelenggara wisuda, ya aku baru saja diwisuda dan mendapatkan gelar sarjana, rasanya tas ini begitu berat karena ada sebuah beban  di dalamnya, ada sebuah pertanggung jawaban yang harus dibawa. Akan jadi apa aku setelah ini? Hanya sedikit gambaran dalam kepalaku, selebihnya aku tidak tahu lalu aku terpikirkan tentang sebuah pesta penyambutan terhadap aku yang telah lulus, jika itu memang ada dan terjadi, aku membayangkan saja  dan tersenyum beberapa saat kemudian semua itu menjadi semakin tidak penting lagi, senyumku terhenti dan harapan itu memudar kembali bersama keinginan terpendam tentang sebuah keluarga. Dan bukan, ini bukan tentang keluhan ataupun kesedihan, ini hanya tentang keinginan.
Semakin lama penumpangpun semakin berkurang sampai aku bisa duduk di kursi yang sedari tadi hanya di tempati para wanita, pegal rasanya kaki ini berdiri cukup lama, aku coba bersandar dan bersantai, dan dari jendela kulihat semua benda bergerak mundur membuat pikiranku serasa dibuat  mundur,  hadirlah satu nama dalam ingatan, Rena sebuah nama yang  begitu lekat dalam kenangan, pabila ingat nama itu ada rasa yang timbul antara bahagia, harapan dan kecewa. Bila dipikir terlalu jauh maka semuanya terasa rumit, aku tidak tahu salah dan benar secara pasti aku hanya tidak mau mendebatkan hal itu.
Tapi aku menikmatinya, menikmati Rena hadir dalam ingatanku, samar-samar kulihat dia sedang berdiri di pojok kereta, tangan kanannya meraih handle dan tangan kirinya menenteng sebuah tas kecil dan samar samar aku berdiri disampingnya, bersama melihat hujan yang turun dengan perlahan, tertawa dan bercerita bersama dan apabila kereta telah terhenti kita turun berpegangan tangan menerobos hujan kemudian mencari tempat teduh serta berbagai ekspektasi hadir secara acak membuatku asik sendiri hingga beberapa saat kemudian aku harus menyadarkan diriku sendiri bahwa semua itu tidak ada, semua itu telah berlalu atau tidak pernah terjadi sama sekali..
Aku kembali menatap lurus ke depan, dengan fokus tak tentu karena orang - orang berjajar di depanku, mereka saling diam, hanyut dalam dialog dalam diri yang hanya mereka dan tuhan yang tahu.
Notifikasi  dari pesan facebook berbunyi,  handphone ku sedari tadi ada di genggaman kemudian kulihat layar, pesan dari orang-orang jauh terpampang di sana. Orang-orang yang tak pernah kujumpai selama ini namun mereka lebih dekat daripada tetangga sendiri. Tekhnology terkadang memang aneh, ia mendekatkan orang yang jauh dan menjauhkan orang yang dekat, tekhnologi seperti  banyak hal lainnya memberikan dampak dalam dua sisi, baik dan buruk. Semua tergantung kepada siapa yang menggunakannya tak perlu mendebatkan hal itu.
Di dalam kereta yang memanjang, orang-orang duduk dan berdiri menuju tujuan masing-masing, sebagian dari mereka berangkat meninggalkan rumah dan sebagian pulang menuju rumah,  sebagian besar mencari makan demi kelangsungan hidup yang ingin terus dijalani, semua orang memang sama dan berbeda, terkadang aku memperhatikan seseorang, cara dia berkedip dan berucap, cara dia berpakaian dan bersikap, semua terlihat sama dan berbeda. Mungkin seseorang memperhatikanku, dan menilai seperti yang terkadang kulakukan terhadap orang.

Pada sore hari saat hujan kereta membawaku pulang membawa gambaran tentang awal dari sebuah pencapaian..





Continue reading →

Labels