Unconditional Love

0 komentar



Kita berjalan menyusuri jalanan yang sepi di siang itu, alam begitu indah menakjubkan dan kulihat kau tampak senang, berkali kali kau tertawa ringan menanggapi ucapanku, hari yang selalu kita nantikan, saat yang jarang kita temukan, dan aku bahagia mengajakmu menikmati alam, menebarkan cinta kita berdua, mendakwakannya ke dunia, kepada orang-orang di sekeliling kita dan semuanya biar mereka tahu arti cinta kita, biar mereka tahu kita adalah simbol kebahagiaan dan cinta, biar mereka tahu, ya meski pada akhirnya tidak perlu.

Di tempat ini tempat kenangan kau dan aku, kita bisa memandangi perbukitan yang kehijauan, luas dan begitu menenangkan, begitu damai membuat hati ini tentram, bersamamu dinda berjuta rasa hadir di sana di dalam hatiku, kata-kata ku rasanya tidak akan cukup untuk menafsirkan nya malahan aku tidak tahu apa yang harus diucapkan dan ada saatnya kita diam, tak perlu bicara lagi.

Di bawah pohon yang rindang kita berhenti, pohon itu meneduhi kita dari terik mentari yang menyengat, kita melepaskan lelah fisik karena berlari lari kecil tadi dan  hanya fisik kita saja yang lelah tidak dengan hati, Bersama kita melihat daun daun berguguran satu persatu, melayang ringan di udara, berputar dan akhirnya jatuh ke tanah, kita melihat daun daun hijau melambai lambai terkena angin, burung burung kecil hinggap diatasnya bercicit memanggil kawan kawannya atau memanggil kekasihnya kita tidak tahu karena mereka begitu rewel, sebagian datang dan pergi, dan pabila kita melihat ke langit kita lihat awan putih berarak, bergerak perlahan, langit biru begitu luas, pantulan warna laut menurut para ahli tapi bagiku itulah warna langit terlihat cerah
 kita berpegangan tangan seolah tak ingin terlepas, kita berpegangan tangan seolah hati kita telah bersatu, kita berpegangan tangan sampai terasa panas dan basah, tanganmu yang halus memberikan sejuta makna, dan senyuman itu………... meski kita sama sama terdiam sibuk dengan perasaan masing masing, tapi kita telah mengerti suatu arti hubungan ini.
"tangan kita berkeringat" kataku tanpa beranjak dan aku masih memandangi langit yang biru
Dan ku tahu kau hanya tersenyum saja,
Kau pasti tahu tangan kita basah berkeringat, karena terus berpegangan tangan, dan yang kurasa selanjutnya kau malah mempereratnya

Ayo siapa yang paling kuat, bisiku dalam hati dan aku tersenyum sendiri

Dinda, kemanakah hati kita akan berlabuh? Aku tidak pernah tahu, apa kau tahu?
Hanya kita bisa berharap, dan harapan itu selalu baik, kita bermimpi dan mimpi terkadang menjadi kenyatan meski tak selalu, kuingat pula pembicaraan kita suatu hari

"kak, apakah kakak punya mimpi?" tanyamu suatu hari
"setiap orang pasti punya mimpi" jawabku sambil tersenyum
"apa coba?" godamu, dan kulihat itu serasa tak perlu untuk dikatakan
"hidup bahagia bersama dinda"
"hmmm, gimana kalo nggak bahagia?" tanyamu lagi
"kenapa harus memikirkan itu?" aku balik bertanya, karena memang aku tidak pernah memikirkan itu
"dinda tidak memikirkan itu hanya itu adalah kenyataan, kenyataan dimana hal itu mungkin saja terjadi dalam kehidupan kita suatu saat nanti"
Aku terdiam sejenak, dan aku mengerti tentu saja
"lalu apakah dinda punya mimpi?" kini giliranku bertanya
 kau memandangku sejenak, dan kulihat mata itu mata yang menyimpan berjuta rahasia di dalamnya dan aku tidak tahu lalu jawabanmu selanjutnya membuatku terdiam,
"hidup bahagia walau tanpa kakak" katamu
Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan, aku hanya merenungkan apa yang kau katakan
"kakak, jangan pernah menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain, kebahagiaan itu ada di sini" lanjutmu sambil menunjuk hati ku,
"be unconditional love"
Dan kau tersenyum.

Sungguh mulia hatimu, bunga mu merekah dengan sendirinya tanpa perlu ku siram pabila memang iya, apabila memang kau bisa bahagia tanpaku seperti sekarang ini, dan tentunya aku akan beruntung memiliki hatimu sebagai cahaya kebahagiaanku, dan ya  memang aku menggantungkan kebahagiaanku padamu aku akui, dan aku tidak mau mengakui kalau itu sebuah kesalahan, kesalahan bagiku adalah memilih wanita lain selain kamu. Memang pandangan kita berbeda tapi yang pasti kita saling mencintai, perbedaan biarlah tetap ada supaya menjadi keindahan , kita berbagi hal dan saling melengkapi kekurangan masing-masing setiap saat di saat waktu yang kita habiskan berdua.

Kemudian kita lihat seekor kuda putih berlari lincah di sebuah taman di depan kita, begitu elok, kau menatapku dan tersenyum penuh arti, ku tahu apa yang kau inginkan, dan aku berfikiran sama.

"yuk" ajakmu dengan bersemangat
"hmm.. Masa ?"
Kita berdua memang sering berkuda di berbagai tempat rekreasi , tapi kita membayar dan …
"itu kuda siapa hayo?" godaku
"ya biarin aja, ayo donk udah lama" pintamu manja
"nanti kalo ada orang yang punya nya gimana?"
"ya nggak gimana-gimana" kau bersikeras

Dan, aku tidak tahu apa yang kupikir selanjutnya karena tiba-tiba kita sudah berada di atas punggung kuda, kuda yang besar juga, kau tahu dinda aku tidak tahu apa yang aku lakukan, yang aku tahu hanya kita melakukan apa yang kita mau. Itu saja. No mind

kau memeluku dari belakang, ringan rasa nya, sang kuda berjalan pelan dan kita bercanda sepanjang perjalanan, kau tertawa ringan tampak senang begitupun dengan ku, Kita lihat mentari, awan dan langit terus mengikuti kita, kebun teh yang luas begitu hijau menyejukan, mata mu tampak berbinar memandangnya. Kita berkeliling mengelilingi padang rumput dan perkebunan teh, mentari bersinar dengan teriknya keringat mengucur pelan dari dahi mu, tapi kesejukan hati membuat kita tidak merasa kepanasan sama sekali meski kenyataan nya iya.
 
Lalu kita tahu sang pemilik kuda memperhatikan kita, aku terkejut tentu saja, rasanya seperti aku akan kena marah atau apa tetapi sungguh diluar dugaan, dinda sang pemilik kuda itu malah tersenyum melihat kita dan mengijinkan kita menaikinya sehingga kita semakin bebas ke sana kemari, sungguh menyenangkan.

Dinda pabila aku mengingat momen momen yang kita lalui rasanya aku tak ingin berhenti tak ingin berakhir, lepas panjang jauh perjalanan yang kita lalui ini aku ingin selamanya menuju bahtera kehidupan kita bila saatnya memang tiba. Kita berdua telah melihat orang orang berlari  mengejar mimpi, sebagian saling menjatuhkan satu sama lainnya, menandakan setiap orang selalu ingin impiannya tercapai, begitupun dengan kita dinda, kita tahu kita tak pernah mendapat restu orang tua, kita tahu kita berbeda dan pabila aku menyinggung soal perbedaan kita kau selalu berkata

"iya kita memang beda, kakak laki-laki dan dinda perempuan haha.."
Ku tahu kau tak mau memikirkan itu, dan pada akhirnya akupun tak mau memikirkan itu, biarlah terjadi adanya, selama cinta kita kuat menahan cobaan yang akan tiba selanjutnya.

Setelah aku mengembalikan kuda yang kita tunggangi kepada pemiliknya aku mengajakmu ke sebuah sungai dimana terdapat air terjun sederhana di sana yang tidak jauh dari tempat kita berdiri, di sana pula tempat orang orang melepaskan penat dan gerah, aku ingin bermanjaan dalam air,

"dinda gerah?" tanyaku, dan kaupun mengangguk

Air yang jatuh serasa melambat, kau asyik bermain air membasahi tubuhmu membasahi hatiku, suara gemericik air begitu merdu, memberikan kesegaran jiwa pada siapa saja yang haus akan pemenuhan batin

Kau menyelam ke dalam air dan ku susul ke sana, dimana hati kita  telah bersatu, dimana kita mendakwakan cinta kita kepada ikan-ikan yang hidup di sana membuat mereka iri, atau kita telah membuat iri kodok kodok besar yang saling bersuara di sana, kita berteriak riang, kau manja padaku
Dan kulihat bibir merahmu yang indah merekah dan aku ingin merasakan manisnya, kau memejamkan matamu dan kubelai rambutmu, dan kita berciuman begitu lama sampai kita kehabisan nafas. Kemudian kita mengambil nafas kau terengah engah, kemudian kita tertawa dan melakukannya lagi dan lagi.

Dinda, setelah hari menjelang sore kitapun pulang dengan membawa getaran cinta yang makin kuat, tali penghubung jiwa kita menjadi semakin erat. Berjanjilah padaku sayang untuk selalu bersamaku dalam suka dan duka. Bangunkanlah aku disaat aku terjatuh, tegarkanlah aku disaat aku kehilangan harapan, peluklah tubuhku di saat aku kedinginan, teguhkanlah cinta kita. Aku berjanji akan selalu ada untuk mu dan membahagiakanmu.

Dan sudahlah jangan terlalu banyak bicara lagi kini tinggal hati saja yang berbicara.


Continue reading →

Labels