Kisah Cinta Kita

1 komentar



Tiga tahun sudah kita menjalani kehidupan rumah tangga, dalam masa itu kita merasakan suka duka bersama, jalan memang tidak selalu mulus tapi kita percaya dengan kekuatan cinta jalan akan selalu ada buat kita untuk melewatinya, seperti jalan kita dulu semasa berpacaran yang penuh liku-liku, bahkan seperti tidak mungkin ketika itu untuk kita bersama karena aku malah menikah dengan orang lain dengan mantan kekasihku sebelum kamu tapi jodoh memang ditangan tuhan kita hanya bisa berencana dan menjalani apa yang telah seharusnya terjadi, hingga sekarang kita menjalani bahtera rumah tangga kita selalu yakin kita memang ditakdirkan untuk bersama, kita saling mencintai dan menyayangi, kau rela menerima ku ketika itu meski kau tahu aku seorang duda.

Tak akan pernah aku lupa, tiga tahun yang lalu kau meminta ku untuk untuk memberikan kepastian status hubungan kita yang sudah setahun lebih kita lalui tanpa kejelasan, kita sangat dekat layaknya sepasang kekasih, tapi aku sebagai seorang laki-laki belum bisa berkomitmen dengan status hubungan kita itu.

“Bukan cuma dinda aja yang capek, … kakak juga capek dengan perasaan ini, kakak gak mau seperti ini, kakak sayang sama dinda…. tapi, kakak takut nggak bisa bahagiain dinda!!” kataku waktu itu

 “Kak , kenapa kakak slalu berfikir begitu…dinda merasa bahagia bila didekat kakak bahkan dinda selalu merasa bahagia hanya dengan mengingat kakak, dinda sayang sama kakak!“ balasmu sambil menatap ku, dan aku bisa lihat dimata mu tersimpan ketulusan

“Kata sayang dan cinta sangat mudah untuk diucapkan, kakak butuh lebih dari itu, din…”

“Tolong jelasin sama dinda kak, rasa sayang yang seperti apa yang kakak butuhkan… rasa cinta yang bagaimana yang kakak inginkan dari dinda…. Jelasin, biar dinda tahu seberapa pantaskah rasa sayang dan cinta dinda ini buat kakak"

“Hanya waktu yang bisa menjelaskan semua itu, dinda…”

 “Setahun lebih dinda bertahan dengan semua ini…berharap cinta ini kakak sambut!”

“Setahun masih belum cukup buat kakak untuk bisa yakin memiliki cinta dinda… karena
 kakak sudah pernah melewati waktu 2 tahun hanya untuk bisa mengerti sebuah arti cinta dari orang yang sangat kakak cintai dulu… dan dinda tahu?...dia pergi ninggalin kakak, dan menyisahkan kehancuran dihati kakak”  jawabku dan kurasakan ada yang panas dimata ku

jika mengingat masa lalu dengan seseorang yang sangat kusayangi, linangan air mata menjadi saksi kepedihan hatiku meski tak sampai terjatuh. kau sangat mengerti kepedihan masa lalu yang aku alami.

 “Kak… jangan bayang-bayangin dinda dengan masa lalu kakak, dinda punya hati dan cinta yang berbeda, kalau kakak masih enggan melepas masa lalu, biarkan dinda yang pergi”
kau beranjak pergi meninggalkanku…

“dinda…” aku berhasil menahan mu

“Cukup kak, lepasin dinda..!” kau berontak

“dinda… tolong jangan tinggalin kakak, kakak hanya butuh waktu untuk semua ini” aku mendekap mu hingga wajah kita berdekatan, kita  bertatapan saling pandang yang membuat detak jantung ku lebih cepat secara tiba-tiba kau melingkarkan tanganmu ke leherku, kepala  kita mendekat perlahan, bibir kita bagaikan magnet cinta yang ingin bersentuhan dan saling melumat. Dan terjadilah moment yang sangat romantis kemudian kau melepaskan ciuman mu, dan berbisik di telingaku dengan suara bergetar karena menahan tangis..

“Mungkin ini yang pertama, atau mungkin akan menjadi yang terakhir buat kita… biarkan dinda pergi sekarang, kakak bisa miliki hati dinda jika kakak mau, jika kenangan dapat melupakan cinta sejati kakak, kembalilah pada masa lalu kakak”

dan akhirnya kau pergi meninggalkanku yang masih tertegun memikirkan kata-katamu saat itu… aku masih belum beranjak dari taman itu, aku merenungi setiap detail kejadian demi kejadian yang terjadi dalam hidupku…

“Ya Allah… kenapa kisah cinta ku ribet seperti ini?”
 kata-katamu terus terngiang ngiang  apa mungkin aku bisa melupakan masa lalu ku sementara kau kembali datang kepada ku.

Kemudian aku teringat akan pertemuan ku dengan devi mantan kekasihku itu bebebapa waktu sebelumnya

“kak.. Devi minta maaf sudah mengecewakan kakak, devi menyesal sudah ninggalin kakak!” dia memohon dengan linangan air mata.

“Kalau devi cuma mengharap kata maaf, devi sudah mendapatkannya kakak sudah memaafkan devi dari dulu!” jawabku

 “terima kasih…, devi semakin sadar kalau devi bener-benar merasa jadi perempuan terbodoh yang telah menyianyiakan laki-laki sebaik kakak, devi harap kakak masih mau nerima devi lagi, kita bisa menjalin kembali suatu hubungan dan… kita lanjtutin lagi mimipi-mimpi kita..”

aku semakin bingung dengan perasaan ku waktu itu dinda, di satu sisi aku merasa memang telah menemukan cinta bersamamu, tapi aku selalu takut tidak bisa membahagiakan mu, karena cintaku masih belum sepenuhnya untuk mu karena pada saat itu masih ada bayang-bayang devi dalam hatiku dan karena buatku kau adalah sosok yang sangat sempurna yang saat itu masih banyak laki-laki yang berusaha mengejar cintamu, memang selama setahun itu kau masih bertahan mencintaiku dan mengacuhkan tawaran - tawaran cinta dari laki-laki lain, tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi. Di lain sisi aku juga masih memikirkan mantanku devi, kehadirannya semakin membuat gamang hatiku. Jujur, selama itu pula devi masih terpatri dalam hatiku, meskipun sebelumnya dia telah menyakiti hatiku tapi aku masih selalu mengharapkan kedatangannya untuk meminta penjelasan kenapa dia meninggalkanku. Kedatangannya waktu itu menjelaskan semuanya, ternyata bukan keinginan dia sendiri untuk meninggalkanku dulu, itu semua karena paksaan orang tuanya yang menjodohkannya dengan pengusaha kaya, tetapi kemudian pengusaha kaya itu telah meninggalkannya, karena itu dia kembali, berharap aku mau merajut kembali kisah yang dulu pernah dilalui dengan indahnya.

Aku merana memikirkan cintamu dinda, haruskah aku memilihmu dengan bayang-bayang kesempurnaannya dan harus menguatkan hatimu untuk siap melihat begitu banyak lelaki yang akan memuja kekasihku itu , atau aku harus memilih kembali kepada sang mantan devi yang pernah menyakitiku tapi masih tulus mencintainya?

Kaupun pulang dan menangis, kau tidak  pernah bisa mengerti apa sebenarnya yang aku inginkan, setahun lebih menjalani kisah tanpa status yg jelas, perhatian & rasa sayang yang diberikanku kepadamu sudah tentu membuatmu jatuh cinta kepadaku. kau bingung kenapa aku menggantung cintamu  seperti itu, kau selalu menunggu, tapi bagimu apalah arti menunggu kalau tidak pernah ada kepastian, Dalam keadaan seperti itu, kau butuh sahabasahabatmu yang bisa kau jadikan sandaran untuk menumpahkan semua isi hatimu, hanya dua orang yang selalu ada untukmu waktu itu mereka selalu ada dalam suka maupun duka.
Fery dan retna… hanya mereka yang selalu bisa mengerti akan kamu, yang selalu siap menjadi apapun untukmu. kau hidup sebatang kara di sukabumi, orang tuamu meninggal karena kecelakaan pesawat sementara kakakmu satu-satunya memilih tinggal di jakarta untuk meneruskan perusahaan keluarga. Sebagai sahabatmu, fery dan retna di minta oleh kakakmu untuk menjagamu, dan merekapun berjanji akan selalu menjagamu dan selalu membahagiakanmu.  mereka jugalah yang mengenalkanmu kepadaku dulu. aku adalah sahabat mereka dan akhirnya setelah kedatangan mu ke sukabumi kita berempat bersahabat, kau, aku, fery dan retna… dalam persahabatan itulah awalnya terjadi benih-benih cinta antara aku dan kamu hingga selanjutnya menjadi rumit.

Kau menghubungi mereka, dan seperti biasa mereka berusaha meredakan perasaanmu yang hancur karena aku

“din, dia itu sebenernya gengsinya gede jadi dia masih jaim-jaim gitu mau nembak dinda, dia juga sebenernya cemburu sama laki-laki  yang ngejar ngejar dinda, si israj, Taufan, irfan, teguh siapa lagi tuh… jadi dinda tenang aja, cinta si ruslan Cuma buat dinda” kata retna berusaha menenangkanmu yang masih menangis

 “Dinda kan nggak pernah nanggepi mereka Na, terus ngapain si kakak cemburu  Ya udah mulai sekarang dinda bilang ma mereka jangan gangguin dinda lagi, biar si kakak cepet nembak dinda…!!’
“Ya uda sekarang senyum donk… biar cantik lagi” rayu fery padamu kau mulai tersenyum

 “terima kasih fey.. karena selalu ada buat dinda”
kemudian memeluk retna

 “Na  juga..!!”


Keesokan harinya…
Sebuah musibah terjadi padamu, kau menagalami kecelakaan dan pihak kepolisian menghubungi mereka mengabarkan kau telah dirawat di rumah sakit
keadaanmu sangat parah saat itu bahkan kaupun di nyatakan koma oleh dokter,
Retna dan fery menghubungiku untuk mengabarkan semuanya.. Saat itu aku sangat terkejut mendengarnya

“Na.. dimana dinda sekarang??” Tanyaku dengan muka yang sangat tegang saat itu ketika tiba di rumah sakit

“Di dalam rus… masih di periksa dokter, tunggu dulu aja disini!” jawab retna

 “Gimana keadaannya… kenapa bisa sampai kecelakaan kayak gini?” aku mondar mandir

“Tadi pagi si dinda di jemput si israj buat sarapan… masih di selidiki oleh polisi di TKP bagaimana sebenernya kronologi kecelakaannya!!” terang Retna

Mendengar nama si israj disebutkannya, pikirankupun jadi kacau…  pikirku ternyata kau memang berniat meninggalkanku, seperti yang kau katakan itu
Tiba-tiba rasa simpatiku kepadamu hilang begitu saja, rasa kecewa malah menjalari hatiku waktu itu, aku merasa kau hianati yang pada akhirnya saat itu aku memutuskan untuk pergi dari Rumah sakit tanpa ingin melihat keadaan mu dahulu

“rus… mau kemana?” Tanya retna saat itu, heran melihatku tiba-tiba lari kearah luar

 dan Dalam perjalanan pulang itu aku sibuk dengan pikiranku yang kacau, kenapa kau tega melakukan semua itu karena baru kemarin itu kau minta kejelasaan hubungan kita, tapi kau dengan mudahnya mau jalan sama lelaki lain, akhirnya ketakutan yang aku rasakan pada waktu itu terjadi juga, kau meninggalkanku dan memilih cinta dari orang lain…
 
Dua Minggu kemudian setelah kau mengalami kecelakaan, Keadaanmu masih belum ada kemajuan yang signifikan, kau masih terbaring koma. mereka masih setia menemanimu di Rumah sakit, siang malam mereka selalu berada di sisimu, sementara aku tidak sekalipun datang walau hanya untuk menengok atau menanyakan perkembangan keadaanmu saat itu.  merekapun merasa heran kenapa orang yang sangat kau cintai itu tidak pernah terlihat batang hidungnya, mereka menghubungiku lewat hp tapi sengaja aku mengabaikan mereka karena aku terlanjur kecewa padamu saat itu dan karena mantan kekasihku devi mendesakku untuk segera menikahinya yang akhirnya aku melamar devi berangkat dari kekecewaanku padamu,  aku memang tidak tahu yang sebenarnya terjadi yang aku tahu kau pergi kencan dengan si israj, aku pikir dengan menikahi devi kekecewaanku akan segera hilang karena devi memang seseorang yang masih sangat kucintai saat itu.


“Lu punya hati nggak sih rus? … lu tega ngelakuin semua ini sama si dinda?” tanya si fery yang datang ke rumahku ketika itu setelah aku berikan sebuah undangan pernikahan,  dia terlihat emosi dan aku diam…

“Bilang sama gue, kenapa lu lakuin ini…?” tanya si retna

“Gue minta maaf, gue nggak bisa ngebahagiain dia, biarlah dia bahagia sama laki-laki lain, dan biarkan gue juga mencoba bahagia dengan orang lain!” kataku pada mereka

“Tapi dinda cuma mau bahagia sama lu, rus…" balas retna

 Gue yakin, suatu saat lu akan nyesel udah ninggalin dia!” fery menimpali dan kemudian merekapun pergi meninggalkanku saat itu dengan sejuta kemarahan padaku


4 hari kemudian, kau masih tetap terbaring dalam koma. Disampingmu ada mereka yang masih setia menemanimu. Saat itu tiba-tiba mereka melihat air mata mengalir di pipimu mereka sama-sama aneh melihat air mata itu yang keluar begitu saja tanpa ada isak tangisan atau apa, merekapun saling berpandangan tidak mengerti atas apa yang terjadi padamu, kemudian retna teringat akan sesuatu

“Fey lihat!” retna menunjukkan jam tangannya pada si fery

“hari ini jam 10:10 si ruslan akan melaksanakan akad nikah, dan sekarang tepat jam 10:10 apa mungkin air mata dia ada hubungannya dengan ini?”

“Ya, mungkin aja Na… ”

Tepat ketika air matamu itu keluar membasahi pipimu aku melangsungkan akad nikah tepat pada jam 10:10
dengan tegas kuucapkan

“Saya terima nikah dan kawinnya devi sri rahayu binti kosih dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 100gr dibayar tunai”

“Sah…” para saksi saling mengangguk

“Alhamdullilah….” semua undangan serempak mengucapkan syukur
Saat ituTiba-tiba saja air mataku serasa mau keluar tapi rasanya bukan air mata kebahagiaan atau keharuan karena pernikahanku, entahlah itu air mata apa.. ia keluar tanpa kusadari, yang kini kutahu itu sebagai jeritan hatimu
Diantara undangan yang datang untuk mengucapkan selamat kepadaku & devi, ternyata ada sosok israj hadir di acara itu. Ya israj hadir dengan kedua tongkat di tangannya, kondisinya memang belum fit, tapi saat itu dia memaksakan diri untuk datang menyampaikan sesuatu padaku, dia menghampiriku

“Maaf rus, ada yang harus gue katakan”  katanya dengan serius waktu itu

aku minta ijin kepada devi untuk berbicara sama dia, devi memperbolehkanku tanpa sedikitpun terpancar kecurigaan di wajahnya, kemudian aku dan si israj menuju tempat yang agak sepi, dan disitulah dia menceritakan semua yang terjadi pada hari nahas itu, apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan dirimu, bukan seperti yang kupikirkan ternyata…

“dinda nggak pernah memilih gue… hatinya Cuma buat lu, rus! Dinda minta gue untuk tidak lagi mengharapkannya dan berhenti mengejar cintanya, karena dia tahu, itu salah satu alasan kenapa lu belum bisa berkomitmen dengan dinda… lu masih ragu dan sering cemburu pada laki-laki yang mendekati dinda” dia menjelaskan semuanya aku hanya terdiam mendengar penjelasannya

"kenapa lu baru bilang sekarang?" tanyaku, meski aku tahu dia baru tersadar dari koma.

Kemudian Aku sadar sudah melakukan kesalahan besar, menyia-nyiakan ketulusan cinta darimu tapi semua sudah terlambat, aku telah memilih Jodohku dan  ikrar suci terlanjur terucap dari lisanku, saat itu aku telah menjadi seorang suami dari devi dan aku harus bertanggung jawab dengan statusku saat itu…

Dua Bulan Kemudian…
Kaupun  sadar dari koma, kemudian kau menjalani pemulihan di rumahmu, kau belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.  Fery, retna dan teman-teman kita yang lain tidak menceritakan pernikahanku kepadamu, mereka takut kau tidak bisa menerima semua itu, dan itu akan berakibat fatal pada proses penyembuhanmu. Ketika kau menanyakanku, mereka selalu bilang kalau aku sedang ada pekerjaan ke luar kota untuk waktu yang cukup lama jadi belum bisa menemuimu. Setiap hari mereka mengirim hadiah untukmu tapi atas namaku, Jadi kau tidak merasa kehilanganku karena tiap hari selalu datang hadiah-hadiah dan kata-kata semangat dariku dan itu sudah cukup membuatmu bahagia meski belum bisa bertemu denganku.

“Kalau kak rus pulang, dinda harap dia sudah bisa nembak dinda, aku pengen nikah sama dia… aku pengen bahagia sama dia!” katamu suatu hari ketika menerima boneka beruang atas namaku dengan senyum terkembang di bibirmu
Retna merasa tak tega melihatmu terjebak dalam harapan kosong seperti itu.

 ****
sementara Rumah tanggaku dengan devi terasa hampa, aku tidak menemukan kebahagiaan yang selama itu ku harapkan bersamanya dan dalam hatiku sebenarnya ada sebuah penyesalan telah menyia-nyiakanmu dan saat itu aku merasa devi berubah sikapnya, entah karena apa

 “A…sampai kapan kita akan seperti ini?” Tanyanya padaku pada suatu malam
“Maksud devi apa…bukannya kita baik-baik saja?” aku balik bertanya tak mengerti maksudnya
“Tidak A.. rumah tangga kita tidak baik-baik saja… raga Aa disini, tapi hati dan fikiran Aa entah dimana?.. apa Aa menyesal nikahin Devi?” tanyamu dan kulihat matamu memerah
“Vi, Aa nggak nyesel nikahin devi, kita akan baik-baik saja…kita hanya butuh sedikit adaptasi saja dengan status kita sebagai suami-istri!”
Tapi saat itu dia malah menangis dan aku jadi serba salah
“Devi tahu Aa tidak bahagia sama V sekarang, kalau Aa mau lepasin devi sekarang…devi rela  A!” katanya dengan terisak
“Apa maksud devi?" aku sangat terkejut sekali, sungguh suatu kata yang tidak ingin aku dengar, dan aku merasa bersalah saat itu
“Devi rela Aa ceraikan” aku merasa seperti ada petir menyambar - nyambar diluar

Tetapi pada Malam itu aku tidak terlalu menanggapi ucapannya meski hal itu terus menghantuiku, kurasa dia hanya sedang tertekan saja dan tidak sadar mengucapkan itu, tapi dari hari ke hari dia malah jadi semakin jauh, dan pada  suatu pagi aku memergokinya sedang mengemas baju-bajunya pada sebuah koper

"devi mau kemana?"

 ****

aku memutuskan untuk menemui kedua sahabatku fery dan retna, sebenarnya saat itu aku masih malu untuk menemui keduanya karena telah mengecewakan mereka, tapi demi memperjuangakan cintaku padamu, saat itu aku butuh mereka. kemudian  aku menceritakan semua yang terjadi pada rumah tanggaku dan alasan kenapa aku menikahi devi dan sekaligus memohon bantuan mereka untuk kembali bisa mendapatkan cintamu…

Kau saat itu tengah duduk di taman rumahmu, di tanganmu tergenggam sebuah buku yang terbuka, tapi kau sedang tidak membaca buku itu, ku tak tahu apa yang sedang kau pikirkan, waktu itu aku melihat air matamu menetes membasahi bukumu

 “Din…!!” sapaku, namun kau diam saja tidak bergeming

 “Dinda gimana kabarnya” ulangku dan akhirnya kau mau menoleh, matamu merah basah

"mereka memberi tahu dinda kakak akan datang" katamu dingin

"oh" ucapku sambil tersenyum

"selamat ya atas pernikahan kakak sebelumnya!"

“Din…Ma’afin kakak” aku merasa tak berdaya mendengar ucapan itu

"Kalau kakak cuma mengharap kata maaf, kakak sudah mendapatkannya dinda sudah memaafkan kakak!"

Oh jawabanmu sama persis seperti jawabanku pada devi ketika dia meminta maaf
"terima kasih" jawabku sambil tersenyum, aku mencoba mendekatimu saat itu, aku ingin menghapus air matamu, dan ketika kulakukan air matamu malah semakin deras dan kau menepis tanganku

"kenapa kakak tega sekali sama dinda"

"dinda.. Kakak memang salah kakak fikir saat itu dinda jalan sama si israj untuk melupakan kakak, kakak sakit hati saat itu dinda, kakak diliputi rasa kecewa dan tidak tahu yang sebenarnya terjadi antara dinda dan si israj dan kakak juga terlalu cepat mengambil keputusan, yang akhirnya kakak sadar kakak telah melakukan kesalahan yang besar dan hari-hari selanjutnya kakak semakin sadar kalau cinta kakak hanya untuk dinda bukan untuk mantan istri kakak itu"

Dan tangisanmu tak juga reda
"ini terjadi karena kesalahpahaman saja dinda, tolong jangan nangis maafkan kakak" ratapku Berharap jalan terang kau berikan padaku, namun di hari itu kau tidak memberikan kepastian apa-apa, kau hanya memintaku untuk menunggu hatimu untuk bisa menerima semua itu, aku mengerti akan perasaanmu waktu itu dan akupun pergi hanya dengan membawa harapan tetapi aku sangat yakin kau akan menerimaku kembali

Hingga akhirnya keyakinan itupun terjadi, suatu hari kau berdiri di depan pintu rumahku dengan tersenyum manis seperti tidak terjadi apa-apa antara kita sebelumnya, aku menyambutmu dengan ketulusan hati, senyummu itu adalah kenangan indah yang tak mungkin akan aku lupakan sampai kapanpun dan aku tahu sebagai jalan takdir yang harus dilalui,
sampai sekarang hingga kisah kita ini ditulis kita adalah sepasang suami istri yang berbahagia.


Continue reading →

Labels