Angin berhembus dengan pelan, udara pegunungan yang sejuk bersama
iringan lagu instrument forrest gump theme serasa melengkapi kenyaman suasana
ini, suara gemericit burung saling bersahutan dan dibawah pohon yang rindang
aku duduk bersama dinda, memandang gundukan pohon teh yang tampak indah, berdua
saling menyelami pikiran masing-masing.
Dinda tampak
bimbang dan menjadi pendiam hari ini, aku mengerti posisinya sekarang dan
seharusnya dia menolak ku ajak kemari, bagaimanapun ini tidak baik dan aku
tidak tahu diri malah membawa calon istri orang ke tempat ini, tempat untuk
muda-mudi pacaran tetapi kemudian selalu saja ada alasan yang dibuat masuk akal
dalam segala tindakan, entah karena ingin memuaskan diri atau karena rasa
sayang yang terlambat datang, semua tidak tentu karena disini diperkebunan teh
yang indah aku dan dinda mengenang masa lalu, mempertanyakan ini itu kenapa
harus seperti ini, kenapa harus seperti itu, dan kami ngobrol dengan kata-kata
yang berat penuh dengan perasaan tapi bukankah semua sudah terlanjur dan tak
ada yang bisa dirubah? wajar bila dia menyalahkan diriku sebagai seorang
yang munafik, egois atau pengecut karena aku juga semuanya jadi kacau...
Ada yang
menyaksikan aku dan dinda tidak seberapa jauh, anak-anak smp yang keluyuran
disini bukannya sekolah, membuatku agak risih padahal aku ingin bermesraan
dengannya saat ini,
"tu
anak-anak smp bukannya sekolah, malah ngumpul disini!" kataku agak kesal
"ah
biarin aja, masing-masing... mang knpa?"
"nggak
enak aja ditonton terus seperti ini, emang nya artis"
Dinda sedikit
tersenyum mendngarnya
"jadi
besok dinda mau pulang?" tanyaku kemudian stlh terdiam beberapa saat
"ya ini
hari terakhir A...." jawabnya, mengambang diantara suara angin pegunungan
Berat aku
mendengarnya, ini hari terakhir dan semua nya memang terlambat aku akan
kehilangan seseorang yang kusayang, besok lusa dia akan menikah dengan
orang lain, jiwa raganya kan menjauh dan hanya kenangan yang tersisa. pintu
sudah mulai tertutup rapat tak mungkin terbuka lagi, harapanku sirna sudah
tenggelam bersama badai hati yang kini melanda
"A sakit
hati v, kenapa secepat ini" desahku “kenapa begini akhirnya”
Dinda kemudian
menatapku, sorot matanya menusuk hatiku
"andai A
tidak terlambat mungin tidak seperti ini..
A kenapa
bersikap githu ke dinda selama ini?, itu membuat dinda tidak punya harapan"
"karena
kita waktu itu sudah putus din" hanya itu yang ku jawab,
rasanya sulit
menjelaskan dengan kata-kata
"tapi
tidak harus seperti itu kan, dinda sakit tau ga melihat sikap A kayak gthu,
asal A tahu tiap hari dinda nunggu perubahan sikap A, tapi ternyata A tidak
berubah malah semakin menjauh...!"
Kulihat daun
daun berjatuhan, bersama jatuh nya perasaanku , semua nya menjadi rumit
seperti lilitan tali yang pagujud berserakan tak beraturan. Cinta di
dunia ini beragam sekali dan begitu mengagumkan bila kita renungkan, mungkin
bukan aku saja yang mengalami hal seperti ini, harus menerima perempuan yang kita
sayangi pergi dengan orang lain, mungkin aku tidak sendiri dan pabila aku sadar
akan itu, sedikit aku bisa menahan gejolak hati yang tidak menentu, yakinanku
yang mengalami nasib serupa ini masih banyak diluar sana...
"sudahlah
kita tidak perlu saling menyalahkan karena tidak ada yang bisa dirubah"
ujarku, mengingat ketidakmungkinan yang membayangi
dinda diam
mendengarkan
Tentu saja aku
ingin ke tempat indah ini bukan untuk bertengkar dan saling menyalahkan,
aku ingin memuaskan hasratku yang terpendam, ingin mengganti
hari-hariku yang terlewat dengan percuma, dan yang terakhir aku ingin menepati
janjiku padanya, janji membawanya main ke suatu tempat ketika aku dan dinda
masih berstatus pacaran dulu, dan kini aku tepati janji itu walaupun sekarang
statusnya hanya pacar sehari. Seperti perjanjian semalam sebelumnya di telepon
bahwa sebelum dia menikah aku ingin berpacaran dulu meski sehari, kedengarannya
memang lucu. Tapi kita memang tidak pernah ingin rugi dalam segala hal, biar
yang sehari ini menjadi sesuatu yang berarti
Gemericit
burung yg masih bersahutan dan kesejukan hawa pegunungan sedikit menyegarkan
hatiku yang sedang panas, aku duduk bersandar kaki di bawah pohon besar
disamping dinda, alunan lagu instrument mulai berhenti dan diganti dgn yg lainnya.
Aku menengok ke arah anak-anak smp tadi, dan aku senang mereka sudah tidak ada.
"pergi
juga akhirnya mereka" ucapku puas dan dinda tersenyum menanggapinya
Kemudian
sesuatu pikiran lain muncul, disaat sepi seperti ini apa yang akan dilakukan
dengan seorang pacar sehari?, tentunya harus dimanfaatkan sebaik-baiknya karena
sehari bukanlah waktu yang lama apalagi besok lusa dia akan menikah dengan
orang lain, lalu timbul keinginan memeluk inda tapi sungguh aku tidak berani
dan tidak tahu harus mulai dari mana, sambil ngobrol-ngobrol santai aku
berusaha menemukan momen yang tepat dan sialnya aku tidak bisa menemukan momen
yang tepat itu karena selalu saja obrolan kami mengarah ke hal kekecewaan dan
saling menyalahkan
"sebenarnya
A pengen peluk dinda sekarang" ujarku terus terang ditengah pembicaraan
"terus
terang amat" katanya memandangku dan tersenyum heran
Senyum itu
serasa menawan dan menggodaku
('hehe pake
ngomong segala, langsung aja capluk') bisik hatiku dan kemudian mereka tertawa
Tapi apanya
yang salah pikirku, langsung saja kurangkul pundaknya tapi... Dinda tidak
meresponnya sama sekali, dia hanya mengeluarkan rintihan kecil tanda penolakan,
aku jadi malu dibuatnya tapi terlanjur tanganku meraih pundaknya, kutarik saja
dia agak paksa..
Jadilah
pelukan paksa dengan posisi yang aneh, bingung aku dibuatnya sebenarnya apa
yang sedang dipikirkannya, bimbangkah dia diposisinya sekarang, lalu untuk apa
datang ke tempat ini kalau hanya untuk ngobrol doang, inginnya aku menghabiskan
waktu yang singkat ini dengan mesra saling mengeluarkan isi hati yang
terpendam, berbagi kasih yang telah lama terdiam..
Aku ingin
mencium nya dan merasakan lagi kehangatan dulu ketika menjalin hubungan, tapi
jangankan mencium dipeluk aja segini susahnya, dinda tidak merespon apa yang
kuinginkan sampai akhirnya terpaksa aku harus mengerti keadaan, aku tidak ingin
memaksa karena perbuatan itu tidak ada dlm kamus percintaanku, dia sudah bukan
dinda yang dulu lagi, sekarang dia tidak tahu jalan yang akan diambilnya, dia
katakan sendiri padaku bahwa hatinya belum yakin untuk menikah tapi saatnya
malah akan segera tiba dan tidak mungkin ditunda apalagi kalau dibatalkan.. aku
merasa seperti orang yang dijatuhi eksekusi mati dan tinggal menunggu hari
terakhir..
Aku putus
dengan dinda dulu karena orang ketiga. Sampai sekarang dinda selalu
mengingatnya, dia pikir aku orang munafik dan mempermainkannya karena aku
‘bandel’, waktu itu jalan terbaik harus diambil untuk menengahi konflik
karena orang ketiga itu, semua karena aku yang tidak tahu diri berhubungan
dengan cewek lain lewat handphone padahal dinda selalu mengecek hp ku, kotak
kirim dan tak lupa kotak masuknya diinterogasi isi nya, aku sadar telah
menghianati cintanya ketika itu dan selalu saja ada alasan yang dibuat masuk
akal atas apa yang kulakukan, alasannya karena cintaku bercabang dan aku tidak
mengundangnya hadir, cinta datang dengan sendirinya dan aku merasa tidak salah
berhubungan dengan lebih dari seorang cewek asalkan bukan pacar semua,
menurutku pacar cukup seorang saja dan teman wanita berapapun terserah.
Sedangkan dinda tidak mengerti dengan itu, dia akan marah bila ada sms dari
temen cewekku, berkali-kali aku ketahuan sms an sampai puncaknya terjadi pada
malam hari.
Waktu itu kami
kerja shift malam, saat jam istirahat dia mengajakku ke tempat yang sepi tapi
dalam sekitar gedung , sebelumnya kami bertengkar sedikit tentang sms yang
selalu membuat dinda kesal dan marah, awalnya aku tidak curiga apa-apa ketika
dinda mengajakku karena kupikir dia hanya ingin berduaan.
kami duduk
dilantai dan bersandar pada pilar gedung..
"a gimana
kalo kita temenan aja" katanya langsung
Aku terkejut
mendengarnya
"kenapa?"
"mungkin
kita cocok jadi temen, ga lebih!" dinda memainkan hp nya, dia hnya
menunduk, kutahu apa yang dikatakannya bukan dari hati
"a tidak
pernah meminta..." kucoba tuk membela diri
"selama
ini ternyata hubungan kita tidak pernah cocok" katanya dengan tersenyum
getir
Aku jadi
merasa bersalah, aku bertanya-tanya haruskah kupertahankan hubungan ini? Dan
memang benar apa yang dikatakannya bahwa kami tidak pernah cocok..
Bukankah aku
selalu ingin putus dengannya setiap terjadi konflik, aku menginginkannya bila
kupikir ada orang lain yang lebih baik daripada dinda tapi pada saat itu aku
mulai merasa sayang padanya meski masih ada orang lain yang mengganggu hatiku
"maaf kan
A din, tp memang kita tdk pernah cocok kita sudah menjalani hubunga ini lumayan
lama, kita memang cocok jadi temen" tanpa sadar mulutku berkata seperti itu
Kemudian
kulihat raut sedih di wajah dinda, dan aku tidak bisa meralat kata-kataku itu
Sampai disitu
hubunganku berakhir, terbesit tanya dihati 'inikah jalan terbaik?'
Sebelumnya aku
memang menginginkan putus?, kupikir sebuah hubungan itu tidak cukup atas dasar
cinta saja, harus ada kecocokan satu sama lain dan jika itu tidak ada maka yang
terjadi adalah konflik dan ketidak harmonisan, meski itu wajar dalam setiap
hubungan asmara namun saat itu aku sedang dalam posisi bad mood karena berbagai
problem di dalam diri, saat itu aku ingin mengasingkan diri, saat itu aku ingin
sendiri dikarenakan masalah keluarga yang membuatku merasa sendiri di dunia ini
dan juga dikarenakan ada tiga wanita yang menghantuiku, mereka hadir begitu
saja dan membekas di hatiku..
Setelah putus
aku mempunyai komitmen baru, untuk mempertanggung jawabkan apa yang tlah
kuputuskan, aku tidak boleh kembali ke kehidupan dinda.. meski aku merasa ada
sesuatu yang hilang dalam hidupku tetapi aku tidak tahu apa, setiap hari setiap
berjumpa kuacuhkan dia ku tak ingin hiraukan apa-apa tentang nya lagi, kuingin
menghapus kenangan bersamanya tetapi saat itu dengan berat jujur kusadari aku
mulai merasa kehilangan dia, namun aku harus kuat dan mempertanggung jawabkan
apa yang telah aku putuskan, aku belajar tentang bagaimana bertanggung jawab
dan menjadi seorang laki-laki yang tidak cengeng karena urusan cinta dari para
ahli dibidangnya, sehingga aku tidak terpengaruh sedikitpun ketika dinda mulai
mendekatiku lagi, dia sering misscall ke hpku di waktu senggang dan aku tidak
mau peduli, aku selalu meyakinkan diriku sendiri bahwa aku tidak mencintainya,
tidak pula menyayanginya, dinda bukan tipe cewek yang kusuka! Yang tentu
membuatku lebih tidak peduli padanya.
Kemudian aku
mencari-cari pengganti dinda untuk penentram hatiku yang kacau, aku mencoba
kembali ke orang ketiga itu, tapi harapanku harus hilang, aku lihat dia
berjalan dengan laki-laki yang lebih tinggi dariku ketika kami berpapasan
hendak pulang, dia memang selalu bilang suka dengan laki-laki yang badannya
tinggi kurasa dia telah menemukan pilihannya, membuatku sangat marah dibuatnya,
karena dia juga yang mnyebabkan aku putus dengan dinda tapi tak apa aku
merelakannya ketika itu seperti yang aku yakini laki-laki tidak boleh cengeng
hanya karena urusan cinta.
Beberapa
minggu kemudian kutemukan seseorang yang aku sukai namun anehnya aku malah
menjadi seorang pecundang seperti dulu, aku tidak berani mendekati seseorang
itu, aku merasa serba kekurangan dalam segala hal, aku merasa berbeda dari yang
lainnya yang membuatku mundur dan putus asa, tiap libur kerja aku biasa main
dengan si fahri ke suatu tempat dan mencari-cari kenalan, namun yang dapat Cuma
si fahri doank begitupun bila main-main dengan si yosef aku selalu tercecer di
belakangnya membuatku merasa payah dan kalah, tapi hidup tidak selalu untuk
wanita pikirku kemudian ketika kegagalan datang terus menerus maka sudah aku
diam, yakinku bila memang saatnya tiba untukku dia tidak akan kemana tentunya,
seperti dinda yang tidak kusangka-sangka kehadirannya itu.
Hari berganti
hari dan bulan berganti bulan aku tetap sendiri dan merasa kesepian, bukannya
aku tidak berusaha tetapi selalu begitu, aku mundur kalah sebelum perang di
halangi oleh psimistis dan ketidak percayaan diri
Suatu hari aku
berfikir jika sebenarnya aku masih mempunyai rasa sama dinda, dan dia masih ada
tanda-tanda suka, kenapa tidak mencoba untuk balikan lagi kenapa harus mencari
yang tidak pasti di luar sana jikalau ada yang pasti tidak jauh dariku, aku
harus mnghilangkan ego dan menyadari diri sendiri tidak menjadikan alasan
komitment yang hanya menghancurkan aku
‘aku akan
kembali lagi padanya’ tekadku suatu hari dengan pasti
Lalu aku
menunggu waktu yang tepat, aku selalu ingin moment yang pas, kupikir pasti ada
jalan yang baik
Namun
kegagalanku ternyata masih berlanjut dan tidak selesai sampai disitu saja,
disaat keyakinanku begitu kuat bahwa aku akan bersama dinda lagi, datang kabar
yang memukulku jauh lebih dalam
suatu hari
ketika aku sedang bekerja, sarah teman deketnya dinda menemuiku
“A risman hari
minggu datang ya ke rumah ka dinda” katanya
“ngapain?”
sahutku cuek
“mau ada acara
nikahan”
“nikahan
siapa?” ada sedikit rasa cemas
“nikahan nya
ka dinda” jawab sarah dengan polos
Jantungku
serasa berhenti mendengar itu
Kuberpaling ke
arahnya berharap dia bercanda saja, tapi kulihat sarah tidak sedang bercanda
“beneran rah,
sama siapa?” tanyaku dengan was-was
“beneran, sama
yang sms A risman thea itu”
Rasa
cemas menjadi nyata, hatiku serasa perih sekali serasa dijatuhkan tanpa ampun
tentu aku ingat seorang laki-laki yang dengan kasar mengata-ngataiku di sms
tapi aku tidak pernah tahu orang nya seperti apa,
“ntar bareng
ya ke sana nya harus lho!” pesannya sambil berlalu meneruskan pekerjaannya
lagi, kurasa sarah sebenarnya tahu apa yang kurasakan dia sengaja membuatku
dalam keadaan menyedihkan
Setelah
mendengar itu aku tidak fokus lagi pada pekerjaan, pikiranku serasa melayang
jauh, tidak kuduga tidak pernah ku menduga dia akan menikah dan meninggalkanku
secepat itu, kegagalanku ternyata masih berlanjut aku tidak percaya dinda akan
mengahiri masa lajang nya...
kenapa harus
terburu-buru begitu dia kan belum tua? dinda masih muda apa dia takut jadi
perawan tua? pikirku, aku sungguh tidak percaya atas apa yang terjadi,
harapanku telah sirna padam kembali padahal aku sangat ingin bersamanya lagi,
disaat rasa sayangku padanya datang aku malah harus merelakannya pergi dengan
laki-laki lain, aku mengutuki diri sendiri kenapa aku menyia-nyiakannya
dulu?. kalau tau akan begini mungkin aku akan mempertahankannya dan takkan
kubiarkan lepas ketika itu tapi memang penyesalan selalu datang terlambat
kuhubungi
dinda dan mengatakan sejujurnya apa yang kurasa, aku sangat sedih ketika dia
mengaku menungguku selama ini, aku merasa menjadi orang terbodoh didunia ini,
membiarkan sesuatu yang berharga yang seharusnya kumiliki tapi tak kuambil
semua karena egoku yang tinggi karena kesombonganku yang tak tahu diri, disaat
harapanku kandas kuingin memadu kasih dahulu sebelum semuanya benar-benar
berakhir, kami membuat janji untuk bertemu dan menjadi pacar sehari setidaknya
apa yang kuinginkan terlaksana meski sesaat hingga sampai di perkebunan teh ini
sekarang........
********************************
"A....
Sebenarnya tertekan karena apa?" tanya dinda menatapku
Aku tertegun
mendengarnya, semalam di sms ku jelaskan alasan putus dulu ku bilang tertekan
"A..
Tertekan karena keluarga din, keluarga A nggak setuju kalau A pacaran"
jawabku berbohong sekenanya saja
"lho
kenapa bgitu..?" dinda memandangku heran
"nggak
tahu, pernah A ngajak seorang cewek ke rumah sehabis cewek itu pulang A
langsung dimarahin sama kakak" aku tersenyum di akhir kata
"oh
ya!" katanya dan ikut tersenyum
“aneh..”
“itu yang buat
A merasa tertekan din”
Stlh itu kami
ngobrol ke hal yang lain
Mudah sekali
dinda kubohongi pilirku, apa semua perempuan seperti itu atau apa mereka tahu
tapi pura-pura tidak tahu, entahlah... Karena aku tidak bisa menebak-nebak
tentunya, aku tidak tahu apa-apa soal perasaan mereka, ku hanya tahu
bahwa perasaan seorang wanita sangat kompleks dan susah dimengerti apa maunya.
Aku sudah
tidak merangkulnya lagi, aneh kan kalau tidak ada respon? hanya saja dia
membalas pegangan tanganku, yang mengalirkan sesuatu perasaan yang aneh,
tiba-tiba aku sangat menyayanginya dan aku tidak ingin kehilangannya, ku
genggam tangannya erat serasa ada kehangatan lain dihatiku juga timbul suatu
hasrat yang menggebu, aku ingin menciumnya dan......(sensor). Tapi tentu itu
takkan terjadi, dia milik orang lain dia juga tidak merespon apa yang
kuinginkan, terpaksa aku harus meredam birahi yang naik, kemudian aku teringat
akan sesuatu yang ingin kutanyakan belakangan ini lalu ku mainkan jari
kelingkingnya beberapa lama
"lagi nge
test ya pake pegang-pegang kelingking segala?" tanyanya menolehku
Nge test? Tau
dari mana dinda kalau aku nge test dia, aku hanya tersenyum saja kalau sudah
ketahuan emang apa yang harus dikatakan,
Kusangat ingin
mendengar pengakuan dan penjelasan dari dinda, apakah dirinya masih murni
ataukah sebaliknya? Seperti yang dikatakan seseorang padaku lewat sms sebelumnya
"din, ada
hal yang sangat ingin A tanyakan?"
"iya apa?"
"emmmh,
tapi kira-kira dinda tersinggung nggak?"
"tersinggung!"
jawabnya langsung
"dinda
tersinggung ah, nggak nggak mau!!" lanjutnya sambil geleng-geleng kepala
Hal itu
membuatku agak curiga, apa dia bisa membaca ke arah mana pertanyaanku nanti?
Dan mungkin saja karena tes jari kelingking adalah tes keperawanan, bila dinda
tidak ingin aku menanyakannya aku tidak kan bertanya.. jika dinda tidak
merasa ada sesuatu yang salah pada dirinya dia tidak akan takut tersinggung
pastinya, tetapi biarlah sesuatu yang pribadi biar dia sendiri yang tahu
Terdengar
suara dering hp dinda berkali-kali kemudian, seketika raut wajah nya berubah
ketika melihat layar hp ditangannya dan dia membiarkannya berdering tidak
diangkat dan tidak juga di reject, dia terlihat gelisah ku bisa menduga dari
siapa..
"kenapa
din? Angkat saja nggak pa pa?"
"dia
pasti tahu dinda lg diluar, dinda nggak bisa angkat skrang dia pasti marah-marah"
Suaranya
terdengar tertekan ditelingaku, dan aku cemburu pada laki-laki itu yang tidak
pernah kukenal siapa dan bagaimana orang nya, sering aku bertanya lebih baikkah
dia daripadaku?, lebih sempurnakah dia dibanding aku? Jika saja benar tentu aku
tidak akan terlalu berat melepaskan dinda..
"bilang
aja di kosan din" saranku
"dinda
nggak bisa bohong sama dia, dia selalu tahu kalau dinda bohong A" akunya
membuatku serasa kalah dari laki-laki itu, untuk kesekian kalinya aku dibuat K.O
Seberapa
besarkah rasa sayang si laki-laki itu hingga feeling nya begitu kuat ketika
calon istrinya sedang dibawa pergi oleh laki-laki lain? Kata orang feeling yang
kuat berasal dari rasa sayang yang besar, seperti feeling seorang ibu yang
tiba-tiba merasa tidak enak hati ketika di tempat lain dalam waktu yang sama
anaknya mengalami kecelakaan, lalu seperti itukah perasaan si laki-laki itu
hingga selalu tahu keberadaan dinda, sedang apa dan dengan siapa dinda berada
atau dia punya semacam ilmu? Secara githu lho orang jampang terkenal dengan
dukunnya!!!,
Lalu kenapa
aku tidak mempunyai feeling kuat seperti dia? Padahal aku juga menyayagi dinda
Apa karena memang telah tertulis di atas sana kalau dinda bukan jodohku seperti
yang kita tahu jodoh itu di tangan tuhan,,
"pulang
yuk!" ajaknya terlihat cemas
"din, a
masih pengen sama dinda disini, belum ada sejam kan?"
Aku sama
sekali tidak setuju untuk pulang sekarang, pacar sehari koq Cuma se jam
"ya kita
di kosan aja ya...!"
Kemudian hp
nya kembali berdering membuat kami berdua tidak tenang, gagal kencan terakhir
ini!, kencan yang tak mungkin bisa diulang lagi tak bisa direncanakan lagi,
dinda akan menuju babak baru dalam kehidupannya setelah ini, meninggalkanku,
meninggalkan semua kenangan..
"pulang
yuk, cepetan ga papa di kosan aja ya!"
"pura-pura
tidur din, jangan diangkat biarin aja" suruhku berharap ada cara lain
menghindari si laki-laki sialan itu
Tapi kemudian
cara lain itu tak pernah ada, terpaksa kami harus pulang juga akhirnya,
kutinggalkan perkebunan teh yang indah itu dengan berat hati.
Disaat akhir
seperti ini kita selalu mengingat awal, tentu aku ingat ketika pertama kali
berjumpa dengannya di sebuah pabrik, kami tidak pernah berkenalan satu sama
lain secara langsung tapi karena aktivitas dan rutinitas setiap hari yang mau
tidak mau selalu berjumpa setiap hari membuat kami saling mengenal satu sama
lain tanpa harus berkenalan, awalnya tidak sedikitpun terlintas dalam
benakku bahwa suatu saat aku akan menyayanginya karena perempuan seperti dia
bukan tipeku sikapnya itu kasar dan sering berkata kasar, tapi juga karena itu
aku jadi suka mengerjainya, aku akan senang ketika dia membentakku dengan kasar
menanggapi kejahilanku.. Dan semua itu berjalan selama berbulan-bulan lamanya.
Dan perempuan
yang selalu kujahili itu kini tinggal dihatiku
Aku
ingat saat-saat sebelum jadian dengannya masa dimana aku sedang mencari seorang
pacar karena dorongan teman-temanku yang bawel
" sampai
kapan loe mau ngejomblo terus ris?" tanya yosep temanku suatu hari,
Dan aku tidak
bisa menjawabnya, alasan ketika itu adalah karena aku tidak pernah berani
mendekati perempuan dan bila saja aku mencoba pdkt pada seseorang yang ku
taksir selalu saja hasilnya adalah teman biasa dan bagus nya jadi teman deket,
aku jadi cape karenanya
Lalu datang
lagi si fahri
" ris loe
mau ngejomblo seumur hidup, liat gue! Sama gue juga pemalu kayak loe, masih
inget nggak gue dulu yang looser?, bro semua butuh proses dan loe harus berani
mengambil resiko" katanya dengan bersemangat
Tentu saja aku
ingat bagaimana dia dulu, cowok yang nggak laku dan minder sama juga kayak aku
nggak ada bedanya.. Kemudian dia berubah mendahuluiku, sedang aku masih
gitu-gitu aja monoton ga da perubahan, membuatku terpacu ingin seperti mereka...
Saat itu juga
aku tidak 100% jomblo maksudnya tidak 100% jauh dari makhluk yang namanya
cewek, ada seseorang yang sangat dekat denganku namanya yuni dia adalah teman
sekolahku di smp dulu dan bertemu kembali di pabrik, hubungan kami tidak jelas
ketika itu, kalau dibilang temen terlalu deket dan kalau dibilang pacar terlalu
jaga jarak, karena memang ga da status bodohnya diriku ga mau bilang jujur soal
perasaan, susah kalau punya sifat pemalu, bawaannya minder dan tidak percaya
diri jadi sulit untuk berkembang dan mennghadapi dunia, sukar dirubah karena
selalu saja si otak memberi alasan yang masuk akal dan meyakinkan kita dengan
keadaan diri yang membuat kita menuruti perintah si otak untuk menjadi minder
dan tidak percaya diri.
Awalnya aku
pdkt sama si yuni niatnya pengen jadi pacar namun karena kelamaan pdkt nya
akhirnya nyaman jadi temen dah sudah deh sulit untuk di rubah, tp kelakuan kami
layaknya orang pacaran ga jauh beda, sering sms an dan marahan kalau ga di bls,
main ke luar tiap hari minggu dsb, namun aku bosan begitu terus, selalu saja
dari dulu begitu..
Teman-temanku
pada mengoceh ketika aku dekat dengan yuni, dari kanan dari kiri
"loe
tembak donk, kelamaan loe" suruh teman-temanku suatu hari
Tapi aku pikir
hubungan ku dengan yuni hanya bisa sampai teman saja, tidak mungkin aku
berharap lebih karena yuni sepertinya nyaman jadi temanku, dan biarlah semua
berjalan apa adanya karena seperti yang aku yakini cinta itu tak harus
memiliki, teman-temanku mengejek apa yang aku yakini tapi aku tidak peduli
Kemudian
datang seseorang lagi dalam hidupku, seorang karyawati baru di pabrik tempat ku
bekerja, dia cantik dan mirip dengan teman cewek ku di SMA yang ku taksir dia
bernama febri, aku suka dia dan mulai berkenalan tp itu juga stlh si yosef dan
si fahri bawel supaya aku bertindak cepat kata mereka nanti keburu diambil
orang lain, mereka sangat mendukungku dan aku terharu karenanya, terharu karena
aku seorang yang terseok-seok dan terlunta-lunta mencari seorang pacar sedang
mereka dengan bangganya menceritakan kisah nya dengan beberapa cewek yang
pernah mereka kencani.
Perkenalanku
dengan febri terbilang cukup agresif karena begitu cepat kami langsung main,
dan suatu hari nanti aku tahu apa yang sebenarnya ada di otaknya...
Ketika proses
pdkt itu berjalan tiba-tiba datang seseorang yang tidak kusangka-sangka, dinda.
Dia teman satu pabrik yang selalu ku jahili ketika itu, dinda mendekatiku, aku
bisa rasakan itu dari tingkahnya yang tidak biasanya, aku memang suka bercanda
dengan nya, aku suka merayunya dan berkata-kata puitis aku suka saja
menjahilinya, tapi akhirnya jadi berbeda mungkin ada perkataanku yang
dianggapnya serius sehingga suatu hari dinda begitu sering menghubungiku dan
bila aku berjumpa dengannya aku bisa rasakan ada sesuatu yang berbeda dari
caranya bertemu denganku, gelagat itu bukan aku saja yang merasakannya,
"sepertinya
si dinda suka sama loe ris" kata yosef ketika kami sedang istirahat di
kantin
"ah nggak
mungkin.."
"beneran
gue nggak bohong nih, keliatan nya begitu" lanjutnya meyakinkan
Dan aku malah
bingung..
"sebenarnya
gue juga ngerasain itu sef"
Lalu yosef
tersenyum
"embat
aja bro, yang gede emang lebih enak" katanya sambil menepuk pundaku
kemudian dia tertawa lepas
Dinda memang
memiliki postur tubuh yang lebih besar daripada aku, dan itu selalu menjadi
topik yang disukai yosef untuk di bahas
Kemudian Hal
tentang dinda ku utarakan juga pada si fahri keesokan hari di rumahnya
"udah loe
pilih yang pasti aja bro, mending punya cewek yang suka sama loe daripada loe
suka sama dia" katanya
"ya klo
seandainya kita nya nggak suka kan nggak enak" kilahku
"suka itu
bisa datang menyusul stlh jadian biasanya, itu jg klo terjadi sich"
"sebaiknya
gue harus gimana sekarang?" tanyaku mulai pusing
"itu sich
terserah loe karena loe yang jalanin tapi saran gue loe pending aja tuh si
febri, coba loe deketin si dinda sekarang" suruhnya enteng
Sejujurnya aku
memang suka sama si dinda tapi hanya sebatas suka saja ketika itu berbeda
dengan rasaku sama si febri,
"eh
ngomong-ngomong gimana tuh si yuni?" lanjut si fahri dg antusias
"besok
rencananya mau main" jawabku santai sambil rebahan di kasur
"sebenarnya
loe mau jalani yang mana sich?"
"gue
nggak tahu ri, gue nggak tahu"
"loe
ribet bener ya ris" dia menggaruk-garuk kepalanya dan aku tahu dia tidak
sedang gatal
Tak tahulah
aku sendiri merasa rumit ketika itu, entah aku sendiri yang membuatnya rumit
atau karena perasaanku ini rumit dan kerumitan ini bukan hanya sekali terjadi
dalam kehidupanku
Bisa dibilang
aku selalu rumit soal perasaan yang terkadang membuat orang bingung dan tidak
mengerti apa yang kuinginkan sebenarnya, aku selalu berbelit-belit dan inginnya
bertahan dengan pendapatku sendiri mungkin karena hal itu aku jadi gemar
menulis puisi atau menuliskan perasaanku pada buku
Kuingat ketika
di sekolah dulu aku di juluki sang pujangga cinta karena dibuku tulisku penuh
dengan puisi-puisi
"dasar
pujangga mau nyatakan cinta saja pake panggil-panggil bulan segala"
celoteh teman perempuan ku suatu hari, dan aku selalu menjawab nya dengan
tenang dan kata-kata puitis, dengan gaya yang dibuat-buat seolah penyair
sungguhan, aku selalu ingat akan hal itu dan membuat ku selalu tersenyum
sendiri.
Kembali akan
halku itu, stlh mencari saran dari beberapa teman akhirnya kuputuskan untuk
menembak dinda, kulakukan pada malam hari ketika dia meneleponku, dan tidak
sulit seperti dugaan sebelumnya kemudian akhirnya kami jadian.. Menjadi
sepasang kekasih, kami menjalaninya apa adanya
Namun problem
percintaanku tidak selesai sampai disitu saja Ketika rasa sayangku pada dinda
mulai bersemi, selalu saja ada teror dari yuni dan febri yang membawaku pada
kegagalan pada akhirnya
Masa - masa
yang telah lewat selalu berkesan dalam bagiku, hal itu bagiku adalah momen yang
emosional dan bisa membawaku dalam perenungan tentang kehidupan.
Aku telah
mengalami kegagalan beberapa kali, selalu aku sakit hati karena wanita
membuatku merasa tidak ingin terlahir kedunia pabila datang rasa seperti ini
rasanya aku ingin pergi menemui almarhumah ibuku di alam sana, aku ingin
mengadu padanya, aku ingin bersamanya seperti dulu saat-saat dimana aku merasa
dilindungi dan disayangi.
Terkadang
kegagalan bisa membawaku dalam keadaan emosional yang selalu mengesankan hatiku
karena darinya aku mendapat pengetahuan tentang kehidupan yang sesungguhnya
tentang hukum alam yang abadi, darinya aku bisa merenung dan berbagi kata
mutiara kepada orang-orang
Terkadang pula
aku berpikir seharusnya aku tidak memandang kegagalan sebagai sesuatu yang
baik, tapi sepertinya memang ada benarnya karena kegagalan selalu memacu kita
menuju kesuksesan, semua orang tidak ingin menginjak lubang untuk kedua kalinya
bukan?
Kisahku dengan
dinda adalah sebuah liku-liku kehidupan yang memang harus ada, sesungguhnya
tidak ada yang harus disalahkan karena itu sudah seharusnya, bukan kah kita
tahu bahwa kita hanya bisa berencana dan tuhanlah yang menentukannya? Meski
sering bila malam tiba dan mengingat dinda sedang bersama suaminya hatiku pedih
dan merasa cemburu
Aku tidak
dirakdirkan untuk bersama dengan dinda apapun alasan yang dibuat atau memang
terjadi.
aku sadar akan
pilihan yang telah kuambil tak ada yang bisa dirubah, semua telah terjadi kita
tidak bisa menyalahkan masa lalu terus karena hanya menguras emosi,
membuang-buang tenaga sedangkan waktu tidak akan pernah kembali.
"tulisan
dariku ini mencoba mengabadikan
Mungkin akan
kau lupakan atau untuk dikenang” (jikustik)
Sukabumi, 22
april 2012
Minggu 23:26
WIB